Mengenal Metode Pemeriksaan Parasit Intestinal

VOKASI NEWS – Munculnya infeksi intestinal yang kerap kali ditemukan di daerah pedesaan, berikut merupakan metode pemeriksaan parasit intestinal.

Infeksi intestinal biasanya terjadi pada daerah perdesaan dan tidak menutup kemungkinan pada daerah perkotaan yang dijumpai adanya infeksi intestinal. Hal ini dapat disebabkan oleh golongan helminth dan golongan protozoa intestinal. Infeksi parasit intestinal umumnya terjadi pada anak usia 5-12 tahun dan dapat mengganggu pertumbuhan serta perkembangan anak, dikarenakan parasit intestinal akan menyerap nutrisi hospes, sehingga anak yang terinfeksi akan mengalami nafsu makan menurun, kekurangan nutrisi, anemia, berat badan menurun, dan pertumbuhan terhambat.

Terdapat Beberapa Metode Pemeriksaan Parasit Intestinal : 

A. Pemeriksaan Kualitatif 

1.Metode Natif 

    Metode natif merupakan metode yang paling sederhana yang dilakukan untuk pemeriksaan sampel feses. Teknik yang digunakan adalah dengan menggunakan reagen Eosin 2% yang bertujuan untuk menilai berbagai unsur dalam sediaan/preparat. Eosin sendiri memiliki sifat yang tidak mudah terurai dan menimbulkan limbah yang berbahaya (toxic) serta mudah terbakar (flammable).

    2. Metode Sedimentasi 

    Pemeriksaan sedimentasi mempunyai prinsip kerja yaitu dengan adanya gaya centrifuge atau pemusingan sehingga menghasilkan endapan dan supernatan, supernatan yang dihasilkan di buang dan endapan yang tersisa akan diperiksa di bawah mikroskop.

    3. Metode Pengapungan (Flotasi) 

    Pemeriksaan feses metode pengapungan atau flotasi merupakan metode pemeriksaan yang menggunakan reagen NaCl jenuh, dimana NaCl berfungsi untuk menjenuhkan sehingga telur helminth yang didapatkan akan naik pada cover glass yang telah ditutupkan pada bagian atas tabung. Lalu di periksa di bawah mikroskop dengan perbesaran 10X dan pada perbesaran 40X. Pemeriksaan dengan NaCl didasarkan atas berat jenis jadi telur akan mengapung pada saat diamati.

    B. Pemeriksaan Kuantitatif 

    1. Metode Stoll

    Metode Stoll memiliki keunggulan yaitu cepat dan murah. Dalam teknik ini menggunakan prosedur menimbang 3 g feses lalu dibuat  satu dari 15 pengenceran dengan air dalam wadah bertutup. Penggunaan natrium hidroksida 0,1 mol/L sebagai pengganti air dianjurkan pada saat pemeriksaan dengan sampel feses. Wadah wajib ditutup dan dihomogenkan. Menggunakan pipet Pasteur hingga 0,15 mL sampel dipindahkan ke dalam kaca objek, ditutup dengan kaca penutup, dan diperiksa di bawah mikroskop.

    2. Metode Kato-Katz 

    Metode Kato-Katz digunakan secara luas untuk menilai prevalensi dan intensitas infeksi STH. Kato-Katz memiliki beberapa keunggulan, yaitu memiliki sensitivitas yang tinggi, kuantifikasi telur, efektivitas biaya, dan membutuhkan infrastruktur minimal. Untuk metode Kato-Katz, sampel feses yang telah disaring (kurang lebih 41,7 mg, 20 mg, atau 50 mg tergantung ukuran template) diletakkan pada kaca objek. Sediaan ditutup dengan selembar plastik yang telah direndam dalam gliserol. Kemudian, slide dibalik dan ditekan perlahan sehingga menghasilkan apusan tipis. Penambahan gliserol berfungsi untuk membersihkan feses (lemak) dari sekitar telur. Telur helminth tambang membutuhkan waktu sekitar 30 menit untuk langkah ini, sedangkan untuk spesies lain, pembacaan slide di bawah mikroskop dapat dilakukan setelah 1 sampai 24 jam, lalu telur dihitung di bawah mikroskop.

    BACA JUGA : RAPID 2024: Radiologi Peduli Donor Darah, Bentuk Pengabdian Mahasiswa

    ***

    Penulis : Nadya Jasmine Ali

    Editor : Maulidatus Solihah