VOKASI NEWS – Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit akibat nyamuk yang kerap berkembang paling pesat di dunia. DBD disebabkan oleh virus dengue tipe 1-4 yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Gejala DBD yang umum terjadi seperti demam tinggi, mual muntah, sakit kepala, nyeri otot atau sendi, gejala seperti flu. Namun pada DBD yang parah bisa menyebabkan manifestasi klinis. Contohnya seperti kerusakan pembuluh darah, kerusakan pada sistem limfatik, pendarahan dari hidung atau dari gusi, kegagalan sistem sirkulasi, dan pembesaran hati.
Hati salah satu organ yang terdampak oleh adanya infeksi virus dengue. Virus dengue yang menginfeksi sel hati (hepatosit) secara langsung dapat menyebabkan kerusakan dan peradangan. Cedera yang terjadi pada hepatosit akibat virus dengue menyebabkan enzim dari sel hati masuk ke dalam sirkulasi darah. Dengan begitu, kadar enzim di dalam hati dapat ditemukan meningkat.
Pemeriksaan laboratorium seperti Aspartate aminotransferase (AST) dan Alanine aminotransferase (ALT) dapat digunakan sebagai indikator awal yang menunjukan adanya keterlibatan disfungsi hati pada penyakit DBD. AST dan ALT merupakan enzim yang terdapat di sel hati. Namun, keberadaanya pada sel hati ditemukan paling banyak pada mitokondria sel hati dan sebagian kecil terdapat di sitoplasma sel hati. Biasanya level AST meningkat lebih cepat dan lebih tinggi dari level ALT. Hal tersebut mungkin saja disebabkan karena cedera otot rangka.
Fase Penderita Demam Berdarah Dengue (DBD)
Pada penderita demam berdarah terdapat tiga tahapan yang dialami, yaitu sebagai berikut:
- Fase demam, ditandai dengan demam tinggi yang mencapai 40 °C yang berlangsung selama 2-7 hari, disertai dengan kulit kemerahan, wajah memerah, nyeri tubuh, mual, muntah, sakit tenggorokan, dan sakit kepala. Pada fase ini biasanya akan sulit membedakan demam akibat infeksi virus dengue dengan tidak terinfeksi.
- Fase kritis, ditandai dengan penurunan suhu tubuh menjadi 37-38°C terjadi antara hari ke 3-6 dan terjadinya kebocoran plasma yang cepat yang dapat mengarah ke gangguan peredaran darah.
- Fase pemulihan, terjadi setelah melewati fase kritis (24-48 jam) di mana cairan dari luar pembuluh darah secara bertahap diserap kembali ke dalam pembuluh darah selama 48-72 jam. Pada fase ini, kondisi pasien membaik dan nafsu makan meningkat.
BACA JUGA: Pentingnya Tetap Beraktivitas Fisik di Usia Lanjut Untuk Menjaga Fungsi Kognitif
***
Penulis: Ninda Putri Bonita
Editor: Puspa Anggun Pertiwi