VOKASI NEWS – Menjadi kartini modern merupakan topik pembahasan dalam pertemuan Dharma Wanita Persatuan Fakultas Vokasi UNAIR.
Dua puluh satu April, merupakan peringatan Hari Kartini. Dimana R.A. Kartini sangat berjasa bagi para perempuan di Indonesia dalam memperjuangkan hak yang setara dan tidak dirampas hak-haknya bahkan hingga saat ini perjuangannya sangatlah berpengaruh besar terhadap kemajuan kaum perempuan Indonesia.
Tak ingin melupakan jasa Ibu kita Kartini, para anggota Dharma Wanita Persatuan Fakultas Vokasi mengadakan acara dengan mengangkat topik “Menjadi Kartini Masa Kini”. Acara ini berlangsung pada (26/04) pukul 11.46 di Ruangan Rapim I, Gedung A Fakultas Vokasi UNAIR.
Dihadiri oleh kurang lebih 30 anggotanya, acara diawali dengan menyanyikan Mars Dharma Wanita Persatuan yang kemudian dilanjutkan oleh Dr. Nove Hidajati Anwar, drh., M.Kes selaku Ketua Dharma Wanita Persatuan Fakultas Vokasi menyampaikan sambutannya.
“Hari Kartini hampir sama dengan Hari Wanita sedunia, tetapi ini asli Indonesia kalau Hari Kartini. Bagaimana kesetaraan gender kita maknai. Karena kita bisa lebih setara dengan laki-laki. Meskipun setara kita saling menguatkan satu sama lain untuk berkolaborasi dalam tujuan visi dan misi pemerintah . Untuk itu selalu kita sesuai dengan tema yang digariskan pada organisasi perempuan. Kita bagian dari situ. Tentunya semua kegiatan perempuan ini sangat bermanfaat.”
Usai mendengarkan sambutan dari Dr. Nove, masuk pada sesi materi yang disampaikan oleh Prof. Dr. Nurul Hartini, S.Psi., M.Kes. Prof. Dr. Nurul mengatakan bahwa Ibu Kartini sangatlah berjasa pada perempuan Indonesia, bahkan jasanya sangat membantu para perempuan.
“Ibu Kartini berani menyuarakan kegelisahan hatinya, yang pada waktu itu putri putri tidak berani. Kita tahu juga bahwa dia berjuang untuk perempuan dia melahirkan dan kemudian meninggal.”
Menjadi Kartini Modern
Prof. Dr. Nurul juga mengatakan masyarakat dapat memaknainya menjadi kartini modern utamanya peran seorang ibu yang merangkap sebagai istri serta wanita karir.
“Kalau kita maknai sekarang ini, bahwa kesetaraan gender menjadi hal yang penting untuk era kartini saat ini. Tetapi jangan lupa kodrat kita kartini saat ini. Seringkali yang menjadikan kita non-solve karena kalimat yang kita buat sendiri. Artinya seringkali memang sebagai orang yang lebih banyak mengabdi maka kemudian kita menempatkan diri kita sebagai objek. Namun, ketika kita menempatkan diri kita sebagai subjek maka akan menyadari bahwa posisi kita penting.”
Membagi Peran Publik dan Domestik
Tak hanya tentang kesetaraan gender, Prof. Dr. Nurul juga turut membagikan contoh yang sangat relate dengan kehidupan para ibu-ibu diluar sana yang merasa teriris hatinya akan mengurus anak yang kurang maksimal karena juga harus bekerja. Namun, semua itu tentu kembali pada niat dan juga usaha yang telah dilakukan untuk membagi peran menjadi seorang ibu, istri, dan karir yang baik.
BACA JUGA: Dampak Negatif Penggunaan High Heels Secara Terus Menerus Terhadap Nyeri Punggung Bawah
Prof. Dr. Nurul berpesan kepada peserta DWP untuk menjadi kartini modern yang profesional dengan performa maksimal.
“Ayo menjadi sesuatu yang benar benar syukuri, kita tampilkan performa kita yang maksimal, kita perempuan bisa. Karena perempuan itu multitalenta, punya bakat bakat yang luar biasa. Jangan biarkan emosi negatif itu menurunkan produktifitas kita. Intinya ayo belajar, gaada orang yang belajar itu gabisa. Di situasi apapun kartini yang hebat adalah mereka yang dapat mempertahankan senyumnya. Duka tiap orang orang itu berbeda, jadi manusiawi jika kemudian mendapat informasi yang tidak diinginkan. Karena Kartini adalah mereka yang berani menembus batasnya.”
Prof. Dr. Nurul Hartini, S.Psi., M.Kes
***
Penulis : Nayya Illahinsyah Santoso
Editor : Oky Sapto Mugi Saputro – Tim Branding Fakultas Vokasi UNAIR