VOKASI NEWS – Penggunaan Task Risk Assessment (TRA) sebagai salah satu metode dalam menganalisis potensi bahaya di sektor manufaktur dan konstruksi.
Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi dalam hubungan kerja, termasuk kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan dari rumah menuju Tempat Kerja atau sebaliknya dan penyakit yang disebabkan oleh lingkungan kerja. Seluruh kasus kecelakaan kerja yang terjadi memiliki faktor penyebabnya. Untuk mencegah kecelakaan kerja, penyebab – penyebab tersebut harus dihilangkan. 85% penyebab kecelakaan adalah faktor manusia, sehingga upaya pengendalian selain ditujukan pada teknik mekanik juga dapat ditujukan pada aspek manusia.
Sektor manufaktur dan konstruksi menjadi sumber angka kecelakaan kerja terbesar dengan persentase sebesar 63,6%. Direktur pelayanan BPJS menyarankan pada seluruh pekerja di Indonesia untuk memperhatikan dan menggunakan alat pelindung diri (APD) di tempat kerja sesuai dengan pekerjaan yang dilakukan. Pekerja juga harus melakukan pekerjaan sesuai dengan standar operasional prosedur (SOP) yang telah ditetapkan (Rahmatullah et al., 2022).
BACA JUGA: Penentuan Harga Pokok Produksi Dengan Metode Job Order Costing
Pengendalian risiko merupakan serangkaian tindakan yang dilakukan secara berurutan untuk mengurangi risiko dari sebuah aktivitas. Task risk assessment (TRA) merupakan sebuah metode yang mengidentifikasi bahaya dari aktivitas kerja yang dilakukan untuk mengetahui potensi bahaya yang timbul selama kegiatan berlangsung sebagai upaya pencegahan kecelakaan kerja dan pengendalian terhadap bahaya tersebut (Dhani & Novitrie, 2022). Task risk assessment (TRA) juga digunakan untuk melindungi peralatan kerja dari kerusakan serta mengetahui residual risk dari setiap aktivitas kerja yang dilakukan.
Penentuan Metode Task Risk Assessment (TRA)
Terdapat 6 (enam) langkah – langkah yang perlu diperhatikan dalam menggunakan TRA sebagai metode identifikasi bahaya, yakni:
- Menentukan jenis pekerjaan yang akan dianalisis.
- Mengidentifikasi aktivitas yang akan dilakukan, bahan baku atau material yang diperlukan, peralatan kerja, serta prosedur kerja yang digunakan.
- Menganalisis potensi bahaya pada tiap aktivitas kerja beserta konsekuensinya.
- Menentukan tingkat risiko pada tiap aktivitas kerja yang dilakukan.
- Menentukan sarana pengamanan yang diperlukan.
- Menentukan sisa resiko setelah dilakukan tindakan perbaikan (Sobah & Maulitana, 2019).
Aktivitas maintenance adalah suatu kegiatan untuk memelihara dan menjaga fasilitas yang ada serta memperbaiki, melakukan penyesuaian, atau penggantian yang diperlukan untuk mendapatkan suatu kondisi operasi produksi agar sesuai dengan perencanaan yang ada. PT. Japfa Comfeed Indonesia, Tbk. Unit Gedangan merupakan perusahaan manufaktur yang menggunakan berbagai jenis mesin. Maintenance pada mesin produksi bertujuan agar mesin dapat bekerja dengan optimal.
TRA yang dilakukan pada beberapa mesin produksi didapatkan hasil bahwa terdapat beberapa potensi bahaya dalam kategori moderate dan substansial. Setelah ditentukan kategori risiko, dilakukan upaya pengendalian sesuai dengan urutan hierarki pengendalian. Hierarki pengendalian yang dilakukan oleh perusahaan adalah engineering control, pengendalian administratif, dan penggunaan alat pelindung diri (APD). Langkah selanjutnya adalah menentukan risiko sisa, risiko sisa merupakan sisa dari hasil pengendalian risiko yang telah dilakukan.
Perhitungan residual risk didapatkan dari hasil pengurangan nilai risk assessment dan nilai risk control. Jika nilai hasilnya adalah ≤ 1, maka tidak termasuk residual risk atau risk control yang dilakukan sudah baik. Sedangkan jika nilai hasilnya > 1, maka termasuk residual risk sehingga risk control perlu diperbaiki (Prastawa & Negarawan, 2020). Melalui penerapan metode task risk assessment (TRA) diharapkan kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat menurun. Penerapan TRA dapat dijadikan upaya untuk mengendalikan potensi bahaya yang ada di perusahaan.
***
Penulis: Aurelia Ivana Talita Widjanarko
Editor: Puspa Anggun Pertiwi