VOKASI NEWS – Museum 10 November saat ini lebih inklusif berkat adanya inovasi mahasiswa Vokasi UNAIR.
Museum 10 November Surabaya telah mengambil langkah penting menuju inklusivitas dengan meluncurkan proyek video cerita yang dirancang khusus untuk pengunjung tunarungu. Inisiatif ini bertujuan untuk meningkatkan akses ke narasi sejarah, memungkinkan individu dengan gangguan pendengaran untuk terlibat dengan sejarah Indonesia yang kaya dengan cara yang lebih mudah dipahami. Dengan memanfaatkan storytelling visual, museum ini tidak hanya memperluas akses informasi tetapi juga mendukung prinsip kesetaraan di antara semua pengunjungnya.
Pentingnya Aksesibilitas di Museum
Aksesibilitas merupakan hak dasar yang harus dijunjung tinggi di setiap ruang publik, termasuk museum. UNESCO menegaskan bahwa “akses terhadap informasi adalah hak asasi manusia yang harus dijamin untuk semua individu,” menyoroti pentingnya akses yang setara, terutama dalam konteks pendidikan dan budaya. Museum 10 November, yang memperingati Pertempuran Surabaya yang krusial pada tahun 1945, berperan penting dalam meningkatkan kesadaran sejarah di masyarakat. Dengan menyediakan video cerita dalam bahasa isyarat disertai teks, museum ini memastikan bahwa pengunjung tunarungu dapat mengakses informasi yang sebelumnya sulit dijangkau.
Inisiatif ini sejalan dengan kampanye inklusivitas global, Tourism for All, yang dipelopori oleh Organisasi Pariwisata Dunia Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNWTO). Kampanye ini mengadvokasi akses universal ke destinasi wisata di seluruh dunia, menjadikannya lebih ramah bagi semua orang. Melalui pendekatan inovatif ini, Museum 10 November tidak hanya berfungsi sebagai situs sejarah tetapi juga sebagai pelopor dalam mempromosikan inklusivitas dan kesetaraan di antara para tamunya.
Proses Kolaboratif yang Melibatkan Komunitas
Pengembangan video cerita menggunakan pendekatan partisipatif yang melibatkan komunitas tunarungu secara aktif. Melalui observasi dan wawancara, tim museum memperoleh wawasan berharga mengenai tantangan aksesibilitas yang dihadapi oleh individu dengan gangguan pendengaran. Penelitian ini sangat penting dalam merancang metode efektif untuk menyampaikan informasi yang sesuai bagi pengunjung tunarungu, memastikan bahwa sejarah museum tetap menarik dan informatif.
Proses produksi video dimulai dengan penelitian mendalam tentang konten sejarah yang akan disajikan. Narasi disesuaikan agar dapat dikomunikasikan dengan jelas melalui bahasa isyarat dan visual. Tim produksi menangkap berbagai sudut pandang dari museum, menampilkan bagian-bagian ikonik dan koleksi-koleksinya. Kerjasama dengan ahli bahasa isyarat memastikan bahwa setiap informasi penting disampaikan secara visual dengan efektif.
Untuk meningkatkan pemahaman, teks pendukung menyertai konten video. Selain itu, kode QR digunakan untuk memberikan pengunjung akses mudah ke video melalui perangkat seluler mereka. Teknologi ini memungkinkan tamu untuk memindai kode dan menonton video di ponsel mereka, menjadikannya lebih praktis dan interaktif.
Manfaat Inklusivitas Melalui Media Visual
Proyek video cerita di Museum 10 November memberikan manfaat signifikan bagi pengunjung tunarungu dengan memfasilitasi penyerapan informasi sejarah yang lebih mudah melalui media visual. Ini merupakan langkah penting menuju penciptaan pengalaman museum yang inklusif dan dapat diakses oleh semua orang.
Lebih lanjut, keberadaan media inklusif diharapkan dapat meningkatkan kesadaran publik mengenai pentingnya aksesibilitas di ruang publik. Dengan menyediakan video cerita ini, museum tidak hanya memenuhi kebutuhan pengunjung tunarungu tetapi juga mendidik masyarakat luas tentang berbagai kebutuhan pengunjung lainnya. Akibatnya, Museum 10 November berfungsi tidak hanya sebagai tempat penyimpanan artefak tetapi juga sebagai pusat pendidikan yang menjangkau seluruh anggota masyarakat.
Tantangan dan Solusi dalam Produksi Video Inklusif
Membuat video inklusif menghadirkan berbagai tantangan teknis dan konseptual. Salah satu tantangan utama adalah mencapai keseimbangan antara konten visual dan narasi bahasa isyarat. Untuk menjaga keterlibatan tanpa menimbulkan kebingungan, tim melakukan uji coba dengan anggota komunitas tunarungu dan mengintegrasikan umpan balik mereka dalam penyempurnaan video.
Untuk menghasilkan produk akhir berkualitas tinggi, teknologi seperti CapCut dan Canva digunakan untuk keperluan editing video dan desain visual. Kamera resolusi tinggi menangkap visual menarik dari museum dari perspektif unik, meningkatkan daya tarik keseluruhan video.
***
Penulis : Adelia Eka Ruswansa Putri
Pembimbing : Sri Endah Nurhidayati dan Nuruddin
Program Studi : D-IV Destinasi Pariwisata
Editor : Oky Sapto Mugi Saputro – Tim Branding Fakultas Vokasi UNAIR