VOKASI NEWS – Di tengah tekanan pandemi yang berkepanjangan, musik klasik muncul sebagai terapi efektif untuk mengurangi stres dan kecemasan.
Sudah kurang lebih 2 tahun lamanya dunia digemparkan oleh penyebaran virus asal Wuhan, Cina. Virus SARS-CoV-2 atau yang biasa disebut sebagai Corona Virus telah meresahkan seluruh dunia khususnya di Indonesia. Virus ini merugikan banyak pihak, karena adanya virus ini semua negara terpaksa diberlakukan sistem lockdown atau karantina untuk mengurangi pesatnya penularan. Tidak hanya berdampak pada aspek kesehatan fisik saja tetapi juga pada beberapa aspek lainnya. Diantaranya seperti, ekonomi, sosial, pendidikan, hingga kesehatan mental.
Saat ini, semuanya sudah mulai kembali seperti sedia kala, masyarakat mulai bisa hidup berdampingan dengan virus tersebut. Namun, dampak paling berbekas yang disebabkan oleh pandemi ini yaitu kebiasaan. Untuk beberapa orang mungkin merasakan stress karena adanya kebiasaan baru setelah pandemi atau yang sering disebut dengan new normal.
Pola yang Mempengaruhi Timbulnya Stres
Menurut Sarafino pada tahun 1998 yang disebutkan dalam artikel dari (Rosanty, 2014) terjadinya stress terdapat 4 pola yaitu :
- Emosi: Emosi terjadi ketika didapatkan gangguan dalam perasaan seperti, sering merasa cemas, terlalu mudah untuk tersinggung. Gejalanya juga dapat berupa terlalu mudah marah, sering merasa gelisah, sering merasa sedih, hingga perasaan bersalah yang berlebihan.
- Kognisi: Kognisi terjadi ketika didapatkannya gangguan dalam berpikir yang dapat menyebabkan kurangnya berkonsentrasi, mudah mengalami ingatan jangka pendek, hingga merasa kesulitan dalam membuat suatu keputusan.
- Perilaku: Perilaku terjadi ketika stress yang dapat mengganggu kebiasaan sehari-hari. Salah satunya seperti, sulit untuk bersosialisasi dengan orang lain, terganggunya hubungan dalam interpersonal, hingga dapat mengganggu dalam aspek peranan sosial.
- Gangguan pada fisiologis: Stress juga dapat mengganggu dalam aspek fisiologis contohnya seperti, gangguan pada irama jantung, tubuh yang bergetar, tubuh merasa tegang, hingga merasakan sakit perut.
Musik Klasik Sebagai Solusi Mengatasi Stres
Terdapat banyak metode terapi untuk mengurangi stress. Contohnya seperti melakukan hal-hal yang dapat menghibur diri. Contohnya seperti menonton film favorit, berolahraga bahkan dapat juga dengan menggunakan metode terapi mendengarkan musik klasik. Metode ini dapat menjadi pilihan mahasiswa di masa pandemi ini karena dapat mengurangi stress yang dirasa tanpa harus keluar rumah.
Musik sudah lama dijadikan terapi untuk meringankan stress di negara lain dan terbukti ampuh dalam menurunkan tekanan darah akibat stress. Terdapat penelitian-penelitian di negara lain pula yang mengatakan bahwa musik dapat meredakan rasa cemas dan nyeri. Tidak sedikit pula yang mengatakan dapat menstabilkan detak jantung dan juga dapat menurunkan tekanan darah pada hipertensi. Namun, di Indonesia sendiri masih jarang ditemukan terapi jenis ini.
Musik klasik berperan bagi tubuh dalam sistem regulasi. Rangsangan musik klasik memiliki dampak yang positif bagi sistem peredaran darah di jantung. Tidak hanya itu, musik klasik memiliki kelebihan lain seperti dapat mengurangi aktivitas pada bagian dari saraf motorik yaitu sistem saraf simpatis (Adareth and Purwoko, 2017). Menurut Suherman pada 2010 Musik klasik dalam tempo yang lambat di kisaran 60 hingga 80 bpm dapat menimbulkan efek ketenangan, munculnya rasa aman, mengeluarkan emosi dan meningkatnya daya ingat. (Kurniawan et al., 2021)
***
Penulis: Ratu Hanum Damayanti
Editor: Puspa Anggun Pertiwi