Warning: Trying to access array offset on false in /home/vokasi.unair.ac.id/public_html/wp-content/plugins/elementor-pro/modules/dynamic-tags/tags/post-featured-image.php on line 39

Warning: Trying to access array offset on false in /home/vokasi.unair.ac.id/public_html/wp-content/plugins/elementor-pro/modules/dynamic-tags/tags/post-featured-image.php on line 39

Warning: Trying to access array offset on false in /home/vokasi.unair.ac.id/public_html/wp-content/plugins/elementor-pro/modules/dynamic-tags/tags/post-featured-image.php on line 39

Warning: Trying to access array offset on false in /home/vokasi.unair.ac.id/public_html/wp-content/plugins/elementor-pro/modules/dynamic-tags/tags/post-featured-image.php on line 39
Pembuatan Diagnostic Wax Up Gigi Anterior Rahang Atas

Pembuatan Diagnostic Wax Up Gigi Anterior Rahang Atas pada Kasus Gigitan Terbalik untuk Memenuhi Estetika


Warning: Trying to access array offset on false in /home/vokasi.unair.ac.id/public_html/wp-content/plugins/elementor-pro/modules/dynamic-tags/tags/post-featured-image.php on line 39

VOKASI NEWS – Pembuatan diagnostic wax up gigi anterior rahang atas pada kasus gigitan terbalik untuk memenuhi estetika, hasil uji coba Mahasiswa Fakultas Vokasi UNAIR.

Maloklusi adalah kondisi di mana susunan gigi tidak sesuai dengan bentuk oklusi normal, yang dapat mengganggu fungsi pengunyahan, penelanan, bicara, dan penampilan wajah. Menurut WHO, maloklusi dapat mempengaruhi kesejahteraan psikososial dan estetika seseorang. Oleh karena itu, pemahaman tentang maloklusi serta pendekatan dalam penanganannya, seperti penggunaan diagnostic wax up, menjadi sangat penting. Oklusi normal ditandai oleh hubungan harmonis antara gigi rahang atas dan bawah. Maloklusi bukanlah penyakit, tetapi bila tidak ditangani, dapat menimbulkan berbagai masalah. Terdapat enam kunci oklusi normal, termasuk hubungan molar yang tepat dan kontak akurat antara gigi. Apabila salah satu kunci ini tidak terpenuhi, maloklusi dapat terjadi.

Salah satu bentuk maloklusi yang umum adalah gigitan terbalik (crossbite) anterior, di mana gigi anterior rahang atas terletak di belakang gigi rahang bawah. Hal ini dapat disebabkan oleh faktor seperti trauma, kehilangan gigi sulung, kebiasaan buruk, atau erupsi gigi permanen yang tidak memadai. Prevalensi maloklusi di Indonesia cukup tinggi, mencapai 80%, dengan gigitan terbalik anterior berkisar antara 2,2% hingga 11,9%.

Keberhasilan restorasi gigi sangat bergantung pada pemahaman dokter gigi terhadap keluhan dan harapan pasien. Restorasi yang tepat tidak hanya memperbaiki penampilan, tetapi juga menjaga kesehatan gigi dan jaringan di sekitarnya. Maka dari itu, penting untuk merencanakan modifikasi restorasi sebelum tindakan definitif dilakukan, guna menghindari kekecewaan pasien dan pembuatan ulang yang tidak perlu. Diagnostic wax up merupakan prosedur prerestoratif yang digunakan untuk merencanakan restorasi gigi. Dengan menggunakan inlay wax, dokter gigi dapat memvisualisasikan bentuk gigi yang diinginkan serta mengevaluasi oklusi dan lengkung gigi. Proses ini tidak hanya membantu dokter gigi dalam menentukan langkah perawatan yang tepat. Akan tetapi juga berfungsi sebagai alat komunikasi antara dokter gigi, teknisi, dan pasien.

Desain Diagnostic Wax-up pada Kasus Gigitan Terbalik Anterior

Kasus yang dikerjakan adalah gigitan terbalik anterior dengan overjet -3 mm dan overbite +2 mm. Sehingga untuk memperbaiki estetika, perlu dibuatkan desain dengan oklusi normal yang mempertimbangkan kontur dan inklinasi mahkota gigi-gigi insisivus. Hal itu karena pada kasus ini perlu untuk merubah inklinasi yang semula oklusi crossbite anterior menjadi oklusi dengan relasi yang mendekati normal yaitu edge to edge karena jarak yang terlalu jauh sehingga apabila tetap dibuatkan oklusi yang normal maka perubahan inklinasi terlalu besar dan tidak proporsional.  Beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain adalah anatomi fisiologi dan anatomi marfologi pada setiap mahkota gigi, diantaranya yaitu embrasure, interproksimal, inklinasi, titik kontak, dan juga kontur gigi.

BACA JUGA: KNV 2024, Kolaborasi 3 Bidang Soroti Potensi Kecerdasan Buatan Era Digital

Dengan keaadaan seperti ini, pergeseran inklinasi untuk menciptakan relasi yang mendekati normal tentunya akan menambah beban kunyah pada gigi pasien. Sehingga memerlukan restorasi yang kuat dan estetik. Mengingat crown zirconia berkontraindikasi dengan gigi anterior maka dapat diatasi dengan pemilihan zirconia jenis Y-TZP (Yttria-Stabilized Tetragonal Zirconia Polycrystals). Hal itu karena memiliki kekuatan dan daya tahan yang tinggi (Fracture thoughness) yaitu berkisar 7-10 MPa√m. Selain itu, pada restorasi gigi anterior, zirconia jenis ini sering dipilih dalam bentuk yang lebih tipis dan memiliki kelebihan lain yaitu biokompabilitas, presisi yang tinggi, dan juga memiliki estetika dan translusen yang lebih baik dibandingkan dengan bahan lainnya dengan catatan restorasi dibuat dengan kontak ringan dan tidak bersentuhan pada oklusi sentrik.

Hasil Sebelum dan Sesudah Dilakukan Diagnostic Wax-up

Pentingnya pemahaman tentang maloklusi dan penerapan diagnostic wax up dalam perawatan restoratif tidak dapat diabaikan. Melalui pendekatan ini, dokter gigi dapat memberikan hasil yang lebih memuaskan. Memuaskan secara estetik dan fungsional, membantu pasien mengembalikan kepercayaan diri mereka. Dengan informasi yang jelas dan komunikasi yang baik antara teknisi gigi, dokter gigi, dan juga pasien sehingga restorasi gigi yang estetik dapat tercapai secara optimal.

***

Penulis             : Dinda Nur Agustin

Pembimbing    : Sri Wahyuni, Sri Redjeki Indiani

Program Studi : D III Teknik Gigi

Editor              : Oky Sapto Mugi Saputro – Tim Branding Fakultas Vokasi UNAIR