Pembuatan Diagnostic Wax Up pada Kasus Deepbite dan Space Kecil

VOKASI NEWS – Pembuatan diagnostic wax up pada kasus deepbite dan space kecil, hasil penelitian Mahasiswa Fakultas Vokasi UNAIR.

Kehilangan gigi merupakan salah satu masalah kesehatan gigi yang sering terjadi. Masalah ini dapat mempengaruhi fungsi mastikasi, fonetik, estetika, serta kesehatan jaringan gigi. Salah satu kasus yang ada adalah deep bite, di mana gigi anterior rahang atas menutup terlalu dalam terhadap gigi anterior rahang bawah. Selain itu, edentulous atau kehilangan gigi dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan space atau ruang gigi yang sempit, yang menghambat perencanaan restorasi gigi.

Salah satu solusi untuk menangani masalah ini adalah dengan menggunakan teknik Diagnostic Wax Up. Teknik ini berfungsi sebagai panduan perencanaan restorasi gigi, yang membantu dokter gigi, teknisi gigi, dan pasien melihat gambaran restorasi yang akan dibuat. Selain itu, teknik ini juga memungkinkan penyesuaian terhadap estetika dan fungsi yang diinginkan sebelum perawatan dilakukan secara permanen.

Kasus Deep Bite dan Space Kecil

Pasien yang memiliki kasus deep bite sering mengalami tekanan yang berlebih pada gigi anterior, sehingga mempengaruhi oklusi dan estetika gigi. Pada kasus ini, gigi yang hilang pada bagian depan (gigi 11), ditambah space kecil pada gigi 12, memerlukan perencanaan yang matang sebelum dilakukan restorasi. Teknik Diagnostic Wax Up membantu memprediksi hasil akhir restorasi berdasarkan lengkungan gigi, ukuran anatomi, dan kontak antar gigi yang optimal.

Menurut literatur, prevalensi deep bite di dunia mencapai 21%, dengan beberapa faktor penyebab termasuk angulasi gigi seri dan infraoklusi molar. Faktor lain seperti supraversi gigi juga berperan dalam meningkatkan risiko deep bite, yang dapat menimbulkan masalah fungsi pengunyahan serta estetika (Fitria, et al., 2022).

Prosedur Pembuatan Diagnostic Wax Up
[Foto: Diagnostic Wax Up]

Pembuatan Diagnostic Wax Up dimulai dengan persiapan model rahang atas dan bawah yang terbuat dari bahan gips. Setelah itu, model dipasang pada artikulator untuk memastikan posisi rahang yang sesuai dengan oklusi pasien. Dalam kasus deep bite dan space kecil pada gigi 11, 12, dan 21, proses pembuatan melibatkan pengisian wax pada model gigi yang hilang. Hal itu disesuaikan dengan ukuran ruang yang tersedia.

Tahap pertama adalah pembuatan coping pada gigi 21, yang kemudian dilanjutkan dengan pembuatan pontik pada gigi 11. Bentuk anatomi gigi 12 juga diperhatikan, di mana gigi ini dibuat lebih kecil dari ukuran normal untuk menyesuaikan space yang ada. Hal ini penting untuk menjaga keseimbangan estetika dan fungsi gigi.

Menurut penelitian, perencanaan Diagnostic Wax Up yang baik dapat meningkatkan keberhasilan restorasi gigi cekat. Terutama dalam hal estetika dan prediksi fungsi akhir. Teknik ini juga memungkinkan dokter gigi melakukan komunikasi yang lebih efektif dengan pasien. Efektif mengenai hasil akhir yang diharapkan sebelum tindakan restorasi permanen dilakukan (Simon, 2008).

Evaluasi dan Kesimpulan

Setelah proses pembuatan Diagnostic Wax Up selesai, dilakukan evaluasi terhadap hasil yang telah dicapai. Pada kasus ini, gigi 11 dan 12 mengalami sedikit pengurangan ukuran untuk menyesuaikan ruang yang tersedia. Selain itu, ketebalan bagian labial dan lingual gigi diperiksa untuk memastikan bahwa hasil wax cukup untuk dilakukan tahap restorasi berikutnya.

BACA JUGA: KNV 2024, Kolaborasi 3 Bidang Soroti Potensi Kecerdasan Buatan Era Digital

Secara keseluruhan, Diagnostic Wax Up terbukti menjadi hal yang penting dalam perencanaan restorasi gigi, terutama pada kasus dengan masalah oklusi seperti deep bite dan space kecil. Prosedur ini tidak hanya membantu dokter gigi dalam memvisualisasikan hasil restorasi, tetapi juga memastikan bahwa restorasi tersebut dapat memenuhi kebutuhan fungsional dan estetika pasien secara optimal.

***

Penulis : Anisa Nur Aini

Pembimbing : Sri Wahjuni dan Eny Inayati

Editor : Oky Sapto Mugi Saputro – Tim Branding Fakultas Vokasi UNAIR