VOKASI NEWS – Pembuatan hollow bulb obturator untuk pasien pasca maksilektomi guna mengembalikan fungsi bicara, menelan, dan estetika wajah.
Kanker rongga mulut merupakan salah satu penyakit tidak menular yang masih menjadi perhatian di dunia medis. Di Indonesia, kasus kanker rongga mulut mencakup sekitar 3–4 persen dari seluruh kasus kanker yang tercatat, dan menempati posisi keenam terbanyak secara global. Salah satu metode penatalaksanaan medis yang umum dilakukan adalah maksilektomi, yaitu pengangkatan sebagian atau seluruh rahang atas.
Prosedur ini sering menyebabkan defek pada palatum (langit-langit mulut) yang dapat mengganggu fungsi bicara, menelan, serta estetika wajah. Untuk mengembalikan fungsi tersebut, diperlukan alat bantu medis berupa protesa obturator sebagai bagian dari perawatan rekonstruktif pascaoperasi.
Obturator dan Fungsinya bagi Pasien Maksilektomi
Protesa obturator merupakan alat pengganti struktur yang hilang pada rahang atas, termasuk bagian langit-langit mulut dan jaringan sekitar. Tujuannya adalah mengembalikan fungsi bicara, menelan, mengunyah, serta memperbaiki aspek estetika dan psikologis pasien. Obturator membantu menutup defek di rongga mulut sehingga pasien dapat beraktivitas dengan lebih nyaman dan percaya diri.
Berdasarkan waktu pemasangannya, obturator terbagi menjadi tiga jenis:
- Obturator Immediate, dipasang segera setelah pembedahan untuk menggantikan struktur yang diangkat.
- Obturator Interim, digunakan sementara waktu selama proses penyembuhan, biasanya 1–4 minggu setelah operasi.
- Obturator Definitif, dipasang setelah proses penyembuhan selesai, umumnya dalam 3–4 bulan pascaoperasi.
Obturator yang ideal harus memiliki oral seal yang baik, retensi kuat terhadap gaya kunyah, serta stabil dalam posisi. Desainnya disesuaikan dengan kebutuhan pasien untuk memastikan kenyamanan dan kekuatan protesa.
Proses Pembuatan Hollow Bulb Obturator
Dalam kasus yang dikerjakan, dokter gigi memberikan model rahang atas dan bawah dengan gigi tersisa pada nomor 16 dan 17 serta defek di bagian tengah anterior palatum. Prosedur ini merupakan pembuatan obturator definitif menggunakan bahan resin akrilik.
Tahapan pembuatan dilakukan secara bertahap, mulai dari penerimaan model kerja, pembuatan desain klamer dua jari, penyusunan gigi anterior dan posterior, hingga proses curing dan polishing. Tahapan akhir dilakukan dengan membuat tutup pada bagian hollow bulb untuk menutup defek palatum dan memastikan protesa nyaman digunakan pasien.
Obturator ini tidak hanya mengembalikan fungsi fisiologis seperti bicara dan menelan, tetapi juga membantu memperbaiki estetika wajah dan kepercayaan diri pasien pascaoperasi. Dengan pendekatan yang teliti dan desain yang ergonomis, hasil akhir diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup pasien yang telah menjalani prosedur maksilektomi.
[BACA JUGA: Teknik Pembuatan Restorasi All Ceramic Zirconia Monolitik Gigi 11 dan 21]
***
Penulis: DISKA AYU MEDIA SAFINA



