VOKASI NEWS – Prosedur pembuatan restorasi splint crown porcelain fused to metal pada gigi 22 dan 23 dengan kasus edge to edge dan resesi gingiva untuk memulihkan fungsi serta estetika rongga mulut.
Maloklusi merupakan kondisi ketidaksesuaian posisi gigi atau hubungan antara lengkung gigi atas dan bawah yang menyimpang dari pola normal. Salah satu bentuk maloklusi yang sering dijumpai adalah edge to edge, dengan prevalensi mencapai 5,76%. Kondisi ini umumnya disebabkan oleh asimetri antara lengkung rahang atas dan bawah.
Gigitan edge to edge terjadi ketika gigi insisivus atas dan bawah saling bertemu langsung pada ujung incisal edge. Kondisi ini dapat meningkatkan tekanan pada sendi temporomandibular (TMJ) sehingga menyebabkan rasa sakit dan ketidaknyamanan pada rahang. Selain itu, edge to edge bite juga berdampak pada estetika wajah karena membuat senyum tampak tidak simetris serta meningkatkan risiko abrasi gigi dan sensitivitas tinggi.
Resesi Gingiva
Resesi gingiva adalah pergeseran tepi gusi ke arah apikal dari pertemuan cemento enamel junction (CEJ) akibat hilangnya jaringan perlekatan tulang alveolar, sehingga permukaan akar gigi terbuka. Kondisi ini dapat menyebabkan hipersensitivitas dentin, abrasi, dan erosi pada sementum atau dentin akibat aktivitas menyikat gigi yang kurang tepat.
Selain menimbulkan gangguan fungsional, resesi gingiva juga memengaruhi penampilan estetika, terutama jika terjadi pada gigi anterior. Oleh karena itu, penanganan segera diperlukan untuk mencegah kerusakan lebih lanjut dan memulihkan fungsi serta estetika rongga mulut.
Splint Crown: Definisi, Indikasi, dan Kontraindikasi
Splint crown adalah jenis restorasi dalam prostodonti yang menyatukan dua atau lebih mahkota gigi menjadi satu kesatuan yang bersifat kaku atau semi-kaku. Restorasi ini berfungsi memberikan stabilisasi pada gigi yang mengalami mobilitas akibat kehilangan dukungan jaringan periodontal, trauma, atau faktor lain yang menyebabkan ketidakstabilan gigi.
Menurut The Glossary of Prosthodontic Terms, splint crown termasuk dalam kategori fixed dental prosthesis yang dirancang untuk menghubungkan beberapa gigi dengan tujuan mendistribusikan beban oklusal secara merata dan memperkuat stabilitas gigi.
Indikasi:
- Mobilitas gigi akibat penyakit periodontal.
- Stabilisasi gigi pasca trauma.
- Sebagai komponen gigi tiruan jembatan (bridge).
- Gigi permanen yang mengalami subluksasi atau avulsi akibat trauma.
Kontraindikasi:
- Kebersihan mulut yang buruk.
- Adanya gangguan oklusal.
- Kondisi jaringan penyangga gigi yang tidak stabil.
- Pasien dengan kebiasaan parafungsi berat.
Prosedur Pembuatan Restorasi Splint Crown Porcelain Fused to Metal Gigi 22 dan 23
Teknisi gigi menerima pesanan dari dokter gigi berupa model rahang atas dan bawah dengan kondisi gigi 22 dan 23 yang telah dipersiapkan untuk restorasi. Gigi antagonis 42 dan 43 menunjukkan hubungan oklusi edge to edge dengan overjet dan overbite sebesar 0 mm, serta terdapat resesi gingiva.
Dokter gigi menginstruksikan pembuatan splint crown berbahan porcelain fused to metal (PFM) dua unit, menggunakan logam dasar NiCr (Nickel Chromium) dengan lapisan keramik luar berwarna A3 sesuai shade guide.
Langkah-langkah pembuatan:
- Pembuatan model kerja.
- Penanaman model pada artikulator.
- Pembuatan coping wax-up dengan ketebalan 0,6 mm pada labial, disambungkan menggunakan konektor, serta diperpanjang pada bagian yang mengalami resesi.
- Penyelesaian coping meliputi penanaman pada bumbung tuang, burn out, casting, dan finishing logam.
- Aplikasi lapisan keramik: slurry, opaque, dentin, dan enamel, disertai penambahan pink ceramic pada area resesi.
- Proses staining dan glazing untuk pewarnaan akhir.
- Tahap akhir finishing dan polishing untuk mendapatkan hasil restorasi yang halus dan estetik.
Rahang atas berperan penting dalam fungsi pengunyahan, penelanan, dan bicara. Adanya kelainan seperti maloklusi edge to edge dan resesi gingiva dapat memengaruhi estetika, kenyamanan, dan fungsi rongga mulut. Melalui penerapan restorasi splint crown porcelain fused to metal, pasien dapat memperoleh kembali stabilitas, fungsi, serta kepercayaan diri dalam penampilan.
[BACA JUGA: Pembuatan Hollow Bulb Obturator untuk Pasien Maksilektomi di Daerah Palatum]
***
Penulis: Fama Indah Putriana



