VOKASI NEWS – Penanganan kasus FLUTD Kronis pada kucing jantan di Klinik Azria Vet Care Lamongan, hasil observasi Mahasiswa Vokasi UNAIR.
Feline Lower Urinary Tract Disease (FLUTD) adalah gangguan pada kandung kemih atau uretra kucing (Nugroho, 2025). Gejala klinis yang umum terjadi meliputi kucing jarang urinasi, pembesaran vesica urinaria, malas bergerak, dan menunjukkan tanda-tanda kesakitan.
Kesulitan buang air kecil pada kucing jantan umumnya disebabkan oleh struktur anatomi urogenital yang berbentuk tabung dan semakin menyempit, sehingga meningkatkan risiko penyumbatan urine dari vesica urinaria (Adilianti et al., 2024). Faktor eksternal, seperti kurangnya pemahaman pemilik dalam merawat kucing jantan, juga berperan. Contohnya, pemberian air minum yang kurang steril dan konsumsi makanan basah yang berlebihan dapat menyebabkan kucing kurang minum, sehingga meningkatkan risiko FLUTD.
Pengobatan FLUTD
Penanganan FLUTD melibatkan pemasangan kateter serta terapi pendukung. Pada kondisi parah, urine kucing dapat berwarna merah kecoklatan akibat bercampur darah. Dokter hewan sering kali menyarankan sterilisasi sebagai tindakan tambahan bagi kucing jantan yang mengalami FLUTD berat.
Sterilisasi dapat merangsang produksi hormon Ghrelin (hormon lapar), yang membantu mempercepat metabolisme kucing. Terapi suportif diberikan dengan obat oral yang mengandung keji beling, neurodex, adrome, dan dexamethasone, yang dihaluskan menggunakan mortar sebelum diberikan selama lima hari dengan dosis 2x sehari setelah makan. Jika kondisi tidak terlalu parah, obat Cystaid juga dapat digunakan sebagai alternatif.
Tindakan Operasi Kastrasi
Drh. Nurinda AK, pemilik Azria Vet Care, bersama mahasiswa D3 Paramedik Veteriner yang sedang magang dan menyusun tugas akhir, melakukan tindakan operasi kastrasi pada pasien FLUTD dengan kondisi parah.
[BACA JUGA: Insan Kampus Berkontribusi untuk Negeri: Dialog Inspiratif Dekan Vokasi UNAIR di Radio Suara Muslim]
Sebelum operasi, kucing dipuasakan dari makanan dan minuman selama 6 jam untuk mencegah risiko aspirasi. Premedikasi dilakukan dengan Atropin Sulfat (0,1 ml/kg) secara intramuskular, kemudian setelah 10 menit, diberikan anestesi Ketamine (0,1 ml/kg) pada lokasi yang berbeda.
Prosedur operasi meliputi:
- Kucing diposisikan dorsoventral dan keempat kakinya ditali.
- Insisi dilakukan pada kulit hingga tunica vaginalis communis, sehingga testis dan epididimis tidak lagi terbungkus.
- Ductus deferens, saraf, dan pembuluh darah diikat dan disayat langsung.
- Luka dijepit menggunakan arteri klem dan dioleskan salep Ialuset untuk mempercepat penyembuhan.
Perawatan Pasca Operasi
Setelah kastrasi, terapi obat diberikan untuk mempercepat pemulihan:
- Betamox LA (antibiotik) diberikan intramuskular dengan dosis 0,1 ml/kg berat badan.
- Haemostop diberikan 0,1 ml/kg untuk mengurangi perdarahan.
- Salep Ialuset dioleskan setiap hari untuk mempercepat penyembuhan luka.
Setelah satu minggu, kucing sudah mulai aktif kembali dan diperbolehkan pulang. Dengan prosedur yang tepat, tindakan kastrasi dapat membantu menurunkan risiko FLUTD berulang serta meningkatkan kualitas hidup kucing.
***
Penulis : Ian Aerleo Prasetyo
Editor : Oky Sapto Mugi Saputro – Tim Branding Fakultas Vokasi UNAIR