VOKASI NEWS – Meneliti kasus antagonis supraposisi dengan restorasi jembatan logam-keramik, sebuah penelitian Mahasiswa Vokasi UNAIR.
Kehilangan gigi yang tidak segera diganti dapat menimbulkan perubahan signifikan dalam rongga mulut, salah satunya adalah supraposisi gigi. Supraposisi terjadi ketika gigi bergerak melewati bidang oklusal karena ketiadaan gigi antagonis. Kondisi ini lebih sering ditemukan pada lengkung rahang atas, terutama pada gigi molar, dengan prevalensi sebesar 44%. Pada kasus supraposisi, ruang interoklusal menjadi terbatas, sehingga tekanan oklusi meningkat dan dibutuhkan restorasi yang stabil untuk menangani tekanan tersebut. Salah satu perawatan yang dapat dilakukan adalah restorasi cekat.
Keunggulan Restorasi Cekat untuk Kasus Supraposisi
Restorasi cekat memberikan stabilitas yang lebih baik dibandingkan dengan restorasi lepasan, terutama saat mengunyah. Salah satu contoh restorasi cekat yang umum digunakan adalah restorasi jembatan dengan bahan logam-keramik, yang sangat cocok untuk kasus yang memerlukan kekuatan tinggi sekaligus estetika. Bahan logam-keramik menawarkan kombinasi kekuatan mekanik dan penampilan yang menyerupai gigi alami.
Desain Restorasi Jembatan Logam-Keramik

Dalam kasus supraposisi, desain restorasi meliputi pontik modified ridge lap dengan oklusal kontak logam pada gigi molar 36. Kedua retainer diberi kolar untuk menambah stabilitas. Kontak logam pada oklusal pontik penting untuk menopang beban oklusal yang besar, sementara cusp fungsional rahang atas diletakkan pada central groove untuk mendukung distribusi beban secara merata. Kolar proksimal gigi 35 dan 36 dirancang agar tidak mengganggu estetika dan tetap memberikan kekuatan yang optimal.
Konektor dan Ketahanan Restorasi
Ketahanan restorasi jembatan logam-keramik sangat dipengaruhi oleh dimensi dan bentuk konektor, serta kekuatan gigitan pasien. Konektor yang tepat terletak di bagian tengah dengan ketinggian sekitar 4 mm dan lebar servikal sebesar 0,45 mm. Desain ini bertujuan untuk mengurangi ketegangan yang terjadi pada restorasi. Penyebaran tekanan kunyah yang merata pada jaringan pendukung juga meningkatkan ketahanan restorasi secara keseluruhan.
Perlekatan Logam-Keramik dan Glazing
Keberhasilan restorasi logam-keramik sangat tergantung pada perlekatan antara logam dan keramik, yang dapat terjadi melalui mekanisme mekanik, kimia, kompresi, dan van der Waals. Proses ini melibatkan grinding dan sandblasting pada koping logam, serta oksidasi atau degassing untuk perlekatan kimia. Koefisien ekspansi termal (CTE) logam sedikit lebih tinggi dari keramik untuk menghasilkan kekuatan kompresi optimal. Pada tahap akhir, staining dilakukan untuk mendapatkan warna yang sesuai, dan glazing dilakukan untuk menghasilkan permukaan yang halus. Namun, glazing yang berlebihan harus dihindari agar restorasi tetap tampak alami.
BACA JUGA: KNV 2024, Kolaborasi 3 Bidang Soroti Potensi Kecerdasan Buatan Era Digital
Kesimpulannya, perencanaan dan pemilihan bahan yang tepat dalam restorasi jembatan logam-keramik sangat penting untuk keberhasilan perawatan supraposisi gigi, dengan tujuan memberikan kestabilan dan kekuatan oklusal yang optimal serta menjaga estetika gigi pasien.
***
Penulis : Laura Berlina Setia Antoro
Pembimbing : Eny Inayati, Sri Redjeki Indiani
Editor : Oky Sapto Mugi Saputro – Tim Branding Fakultas Vokasi UNAIR