VOKASI NEWS – Insomnia merupakan salah satu masalah kesehatan yang masih sering dijumpai di berbagai negara, baik pada negara maju maupun negara berkembang. Insomnia secara luas didefinisikan sebagai ketidakpuasan terhadap tidur baik secara kualitas maupun kuantitas (Patel et al, 2018). Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas tidur seseorang. Seperti adanya penyakit yang menyebabkan nyeri atau distress fisik antara lain penyakit hipertensi.
Adapun keluhan yang tidak spesifik dialami penderita hipertensi yaitu sakit kepala, gelisah, penglihatan kabur, rasa sakit di dada, jantung berdebar-debar, pusing, dan mudah lelah (Kemenkes RI,2013). Gejala dari hipertensi yang dirasakan oleh penderita menyebabkan rasa ketidaknyamanan. Oleh karena itu berpengaruh pada pola tidur dan menjadikan tidur menjadi tidak berkualitas (Meylana,2016). Untuk mengetahui tingkat keparahan insomnia dapat diukur menggunakan pertanyaan atau kuesioner.
BACA JUGA: Kegiatan Magang Mandiri Mahasiswa Paramedik Veteriner di Klinik Grand Vet Care Sidoarjo
Kelompok Studi Psikiatri Biologi Jakarta-Insomnia Rating Scale (KSPBJ-IRS) merupakan salah satu kuisioner yang telah dilaporkan validitas dan uji sensitivitas yang cukup baik. Prevalensi penderita hipertensi yang mengalami insomnia di Indonesia sendiri mencapai sekitar 10,3%. Dengan begitu, artinya kurang lebih 29 juta dari total 258 juta penduduk Indonesia menderita hipertensi dengan insomnia (Pramesti, 2021).
Penanganan Insomnia Melalui Terapi
Penatalaksanaan insomnia pada penderita hipertensi dilakukan sebagai upaya untuk mengurangi resiko terjadinya komplikasi. Penanganan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu pengobatan secara farmakologi dan non farmakologi. Terapi farmakologi yaitu menggunakan obat hipnotik. Namun terapi tersebut menimbulkan efek ketergantungan jika penggunaan secara terus menerus dalam jangka waktu yang lama (Sutardi, 2021). Penatalaksanaan secara non farmakologis dapat dilakukan dengan terapi Auriculopressure.
Auriculopressure adalah terapi komplementer yang dapat dilakukan sendiri dengan memberi tekanan pada titik akupunktur telinga. Adapun efek samping yang ditimbulkan umumnya hanya nyeri dan telinga menjadi merah setelah perawatan serta jarang sekali terjadi infeksi (Kim & Park, 2022). Efek terapi Auriculopressure pada pasien insomnia dapat menstimulasi neurotransmitter melalui rangsangan pada persarafan yang ada di telinga dan secara TCM dapat menenangkan Shen/jiwa. Selain itu, stimulasi akupresur pada titik telinga dapat merangsang pengeluaran hormon endorfin yang dapat meningkatkan relaksasi, sehingga dapat disimpulkan bahwa Auriculopressure memiliki pengaruh dalam meningkatkan kualitas tidur (Anik Sri, dkk. 2023).
Desain Penelitian Terapi Auriculopressure
Penelitian dilakukan selama 4 minggu untuk mengetahui pengaruh terapi Auriculopressure pada titik Superior Triangular Fossa, Shenmen, Ginjal, Jantung dan Occiput. Penelitian ini dilakukan terhadap perubahan skor KSPBJ-Insomnia Rating Scale pada penderita hipertensi di Puskesmas Morokrembangan, Surabaya. Metode penelitian ini menggunakan true eksperimental dengan rancangan pre-test dan post-test control group design.
Penentuan subjek penelitian menggunakan teknik Simple Random Sampling sebanyak 54 subjek terdiri dari 27 kelompok perlakuan dan 27 kelompok kontrol. Kelompok perlakuan diberikan terapi Auriculopressure selama 4 minggu dengan penempelan biji vaccaria secara bergantian pada telinga kanan selama 3 hari. Lalu diganti pada telinga kiri selama 3 hari kemudian diberi jeda 1 hari. Biji yang tertempel pada telinga dilakukan penekanan sebanyak 3x sehari (pagi antara jam 7-9, siang antara jam 11-3 sore, dan malam antara jam 7-11).
Penekanan dilakukan dengan cara tekan lepas selama 1 menit pada setiap titik secara berurutan dari titik Superior Triangular Fossa, Shenmen, Ginjal, Jantung, dan terakhir Occiput. dan mengkonsumsi obat amlodipin 5mg. Kelompok kontrol mengkonsumsi obat amlodipin 5mg tanpa adanya perlakuan. Subjek penelitian dilakukan pre-test sebelum memulai penelitian,kemudian dilakukan post-test pada minggu ke-4 setelah perlakuan ke-8
Hasil Penelitian
Analisis data menggunakan uji statistik paired sample t-test dan independent sample t-test dengan nilai p<0,05. Hasil analisis paired sample t-test menunjukkan bahwa terdapat pengaruh terapi Auriculopressure terhadap skor KSPBJ-Insomnia Rating Scale dengan nilai p sebesar 0,000 (p<0,05). Nilai p pada kelompok perlakuan yaitu 0,000 yang artinya terdapat penurunan skor KSPBJ-Insomnia Rating Scale yang signifikan dan kelompok kontrol 0,000 terdapat kenaikan skor KSPBJ-Insomnia Rating Scale.
Uji independent sample t-test untuk mengetahui perbandingan selisih skor KSPBJ-Insomnia Rating Scale antara kedua kelompok. Pada uji ini menunjukan nilai p sebesar 0,000 (p<0,05) yang bermakna ada perbedaan signifikan pada kedua kelompok tersebut dalam menurunkan skor KSPBJ-Insomnia Rating Scale. Dengan demikian dapat disimpulkan dari hasil penelitian dan analisis tersebut, pemberian terapi Auriculopressure efektif berpengaruh terhadap skor KSPBJ-Insomnia Rating Scale pada penderita hipertensi secara signifikan.
***
Penulis: Nur Roifah
Editor: Puspa Anggun Pertiwi