Pengaruh Persepsi Manfaat, Kemudahan Penggunaan, dan Kepercayaan Terhadap Minat Digital Payment UMKM

VOKASI NEWS – Mengetahui tantangan dan persepsi masyarakat terhadap kemajuan teknologi berupa digital payment pada UMKM setempat. 

Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) adalah entitas bisnis penting yang sering terlibat dengan masyarakat di berbagai tingkatan. Perusahaan-perusahaan ini secara signifikan berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi Indonesia. Adanya UMKM sendiri tidak hanya mampu meningkatkan pendapatan masyarakat, tetapi juga menekan tingkat kemiskinan dan menghasilkan kesempatan kerja.

Pada dasarnya, UMKM memiliki kapasitas untuk bertahan dan berkembang, sehingga meningkatkan tingkat pendapatan individu. (Umniyah & Mulyadi, 2023). UMKM memainkan peran penting tidak hanya dalam Produk Domestik Bruto, tetapi juga dalam penciptaan lapangan kerja. Menurut data BPS, ada lebih dari 64 juta UMKM yang beroperasi di Indonesia pada tahun 2021. UMKM ini mempekerjakan sekitar 97% dari tenaga kerja nasional dan menyumbang lebih dari 60% dari PDB. 

Gambar 1. Data Persebaran UMKM di Indonesia (Sumber: Kementrian Koperasi dan UMKM)

Berdasarkan data tersebut, terlihat bahwa Pulau Jawa mendominasi dengan jumlah UMKM yang paling banyak. Hal ini terlihat dari Jawa Barat yang menempati posisi pertama dalam jumlah UMKM terbanyak di Indonesia dengan jumlah sebesar 1.494.723. Selanjutnya Jawa Tengah menempati urutan kedua yaitu sebanyak 1.457.126. Sedangkan Jawa Timur memiliki UMKM terbanyak ke 3 di Indonesia yaitu sebesar 1.153.576, dan disusul oleh DKI Jakarta dan Sumatera Utara sebanyak 658.365.

Tantangan UMKM di Era Kemajuan Teknologi

Meskipun UMKM berkontribusi besar terhadap perekonomian Indonesia, sektor ini masih menghadapi tantangan seperti kurangnya keterampilan manajemen, sumber daya manusia terbatas, dan akses teknologi yang kurang memadai. Revitalisasi UMKM melalui pemanfaatan teknologi dan sistem informasi diperlukan untuk meningkatkan daya saing di pasar global. Kemajuan teknologi pembayaran, seperti sistem pembayaran digital (e-wallet, QRIS), telah mengubah preferensi masyarakat menjadi lebih suka pembayaran non tunai, yang lebih efisien dan aman.

Penggunaan QRIS di Jawa sangat tinggi dibandingkan dengan daerah lain. Di Jawa Timur, tingkat penggunaan pembayaran digital terus berkembang, menunjukkan tren positif dalam transformasi digital. Pengguna layanan pembayaran mobile di Jawa Timur menempati peringkat ketiga terbesar di Pulau Jawa dengan tingkat penetrasi 7,45%. Adopsi uang elektronik yang efisien, user-friendly, dan cepat meningkatkan penggunaan pembayaran mobile di Indonesia. 

Surabaya, sebagai kota terbesar kedua dalam penggunaan mobile payment, melihat pertumbuhan ekonomi tahunan dan persaingan ketat. Pemerintah kota Surabaya mendukung UMKM melalui berbagai inisiatif dari Dinas Koperasi Usaha Kecil dan Menengah serta Perdagangan untuk memberdayakan usaha mikro dan mengembangkan perdagangan. Salah satunya dengan mengembangkan aplikasi E-Peken.

Aplikasi mobile E-Peken dibuat untuk meningkatkan penjualan UMKM dan mempermudah transaksi dengan pembayaran digital. Berdasarkan rencana strategis 2021-2026, strategi dan kebijakan diterapkan di seluruh kelurahan, termasuk Sukolilo yang dipilih sebagai objek penelitian karena memiliki perkembangan UMKM yang pesat. UMKM di Kelurahan Sukolilo telah menggunakan teknologi digital dalam sistem pembayarannya. 

Produk UMKM yang dipasarkan beragam, seperti makanan, minuman, kerajinan tangan, dan aksesoris, yang bisa dibeli dengan pembayaran non tunai seperti QRIS dan PEKEN Surabaya, situs belanja daring pemerintah Surabaya. Hal ini memikat minat peneliti untuk meneliti lebih lanjut penerimaan teknologi digital dalam masyarakat, khususnya penggunaan pembayaran digital oleh UMKM di Sukolilo.

Faktor yang Mempengaruhi Minat Penggunaan Digital Payment UMKM

Dengan meningkatnya adopsi digital payment, penting untuk memahami faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan teknologi ini di kalangan UMKM. Salah satu kerangka kerja yang dapat digunakan untuk menganalisis hal ini adalah Technology Acceptance Model (TAM), yang diperkenalkan oleh Davis pada tahun 1986. Model ini mengubah konsep kepercayaan, sikap, intensi, dan perilaku pengguna menjadi bagian dari teori perilaku yang lebih luas.

Dalam konteks UMKM, dua komponen utama dari TAM adalah persepsi manfaat dan persepsi kemudahan penggunaan. Persepsi manfaat didefinisikan sebagai keyakinan bahwa memanfaatkan sistem dapat meningkatkan kinerja individu. Sementara itu, persepsi kemudahan penggunaan dipahami sebagai keyakinan individu pada kemampuan sistem teknologi untuk menyederhanakan tugas bagi penggunanya. Kedua faktor ini sangat penting dalam menentukan minat UMKM untuk mengadopsi digital payment.

BACA JUGA: [Pentingnya Sistem Pengendalian Internal dalam Pengelolaan Piutang]

Dengan memahami berbagai faktor yang mempengaruhi penerimaan digital payment melalui pendekatan TAM, diharapkan UMKM dapat lebih siap untuk beradaptasi dengan perubahan teknologi dan memanfaatkan peluang yang ada di pasar digital. Pengembangan strategi yang berfokus pada peningkatan kesadaran akan manfaat dan kemudahan penggunaan sistem pembayaran digital dapat membantu mempercepat adopsi teknologi ini di kalangan UMKM, sehingga mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan di Indonesia.

***

Penulis: Diyan Elok Marcelina

Editor: Puspa Anggun Pertiwi