Pengaruh Terapi Bermain Puzzle Tehadap Kecemasan Akibat Hospitalisasi Pada Anak Prasekolah di RSI NU Lamongan

VOKASI NEWS – Adanya kecemasan akibat hospitalisasi pada anak prasekolah dapat dilakukan terapi puzzel untuk menurunkan kecemasan pada anak.

Salah satu masalah kesehatan utama saat ini di Indonesia adalah kesehatan anak. Anak-anak prasekolah yang berusia antara 3 dan 6 tahun sangat rentan terhadap efek stres dan kecemasan selama proses hospitalisasi. Hospitalisasi adalah situasi krisis bagi anak-anak ketika sakit dan dirawat di rumah sakit, sehingga harus menyesuaikan diri dengan lingkungan rumah sakit. Selama menjalani proses perawatan, anak-anak membutuhkan bermain sebagai media untuk menurunkan stress saat dirawat di rumah sakit.

Menurut World Health Organization (WHO) mengatakan bahwa prevalensi anak yang mengalami hospitalisasi dan kecemasan di rumah sakit mencapai 45% dari semua anak yang mengalami perawatan di rumah sakit (WHO, 2015). Sedangkan data menurut UNICEF pada  tahun 2019, prevalensi anak yang mengalami hospitalisasi dengan kecemasan sebanyak 84%. Di Provinsi Jawa Timur tahun 2018 hospitalisasi sebesar 48,27% dari jumlah penduduk, persentase penduduk Indonesia yang pernah rawat inap dalam setahun terakhir lebih tinggi di perkotaan dibanding di pedesaan (5,06% berbanding dengan 4,24 %) (Susana, 2019).    

Penanganan Kecemasan Melalui Terapi Bermain Puzzle 

Kecemasan pada anak yang dirawat di rumah sakit disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor pertama yaitu perubahan lingkungan rumah sakit, perpisahan, kehilangan kebebasan, dan faktor fisik. Berdasarkan hal diatas maka setiap rumah sakit perlu melakukan terapi bermain untuk mengurangi kecemasan pada anak, sedikitnya 2 kali dalam seminggu selama 15- 30 menit (Suprapto, 2021). Intervensi yang dapat dilakukan untuk mengurangi kecemasan anak-anak yang dirawat di rumah sakit adalah dengan terapi bermain puzzle.

Permainan puzzle adalah salah satu cara untuk mendorong perkembangan motorik halus anak. Bermain puzzle juga membantu anak menjadi lebih teliti sehingga dapat menyusun puzzle dengan benar dan sesuai dengan gambar. Selain itu, bermain puzzle juga dapat melatih daya kreatifitas anak sehingga anak dapat merelaksasikan pikiran dan tubuh akan mengeluarkan hormon endorphin yang bersifat menenangkan, memberikan pengaruh terhadap system limbic, dan dapat menimbulkan perasaan senang.

Desain Penelitian Terapi Bermain Puzzle

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif dengan desain penelitian menggunakan quasi eksperiment dengan pendekatan Pre- post test nonequivalent control group. Waktu pengambilan data ini dilaksanakan sejak bulan Maret sampai dengan Juni 2024. Penelitian ini dilakukan di Ruang Anggrek RSI Nashrul Ummah Lamongan Kabupaten Lamongan. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien anak prasekolah dan seluruh orang tua yang mempunyai anak prasekolah yang mengalami hospitalisasi di RSI Nashrul Ummah Lamongan Kabupaten Lamongan berjumlah 24 responden. Adapun metode sampling yang digunakan yaitu nonprobability sampling dengan teknik consecutive sampling. Teknik ini  yaitu teknik pemilihan sampel dengan menentukan subjek yang memenuhi kriteria inklusi dan dimasukkan dalam penelitian sampai kurun waktu tertentu. Penelitian ini menggunakan instrumen berupa kuesioner (Preschool Anxiety Scale Revised) PASR dengan total 25 pertanyaan.

Hasil Penelitian Terapi Bermain Puzzle

Berdasarkan penelitian menunjukkan bahwa pada kelompok intervensi sebelum dilakukan terapi bermain puzzle mayoritas responden memiliki kecemasan sedang. Kemudian, setelah dilakukan terapi bermain puzzle mayoritas responden memiliki kecemasan ringan. Pada kelompok kontrol sebelum dilakukan intervensi responden memiliki kecemasan sedang dan berat, setelah dilakukan intervensi mayoritas responden memiliki kecemasan sedang.

Pada analisis bivariat dengan uji Wilcoxon didapatkan hasil bahwa terdapat pengaruh terapi bermain puzzle terhadap kecemasan akibat hospitalisasi pada anak prasekolah di Ruang Anggrek RSI Nashrul Ummah Lamongan. Diperoleh nilai p value 0.003 < α= 0,05 yang berarti H0 ditolak dan H1 diterima, dapatdisimpulkan bahwa terapi bermain puzzle berpengaruh dengan hasil menurunnya kecemasan akibat hospitalisasi pada anak prasekolah di Ruang Anggrek RSI Nashrul Ummah Lamongan.

BACA JUGA : RAPID 2024: Radiologi Peduli Donor Darah, Bentuk Pengabdian Mahasiswa

***

Penulis : Sri Sulastri

Nama Pembimbing : Anestasia Pangestu Mei Tyas dan Lailatul Fadliyah

Editor : Maulidatus Solihah