VOKASI NEWS – Pengelolaan overtime di industri perhotelan penting untuk menjaga work-life balance karyawan melalui manajemen waktu, strategi pribadi, dan dukungan manajemen.
Fenomena Jam Kerja di Industri Perhotelan
Jam kerja di industri perhotelan memiliki karakteristik unik dibanding sektor lain. Umumnya, karyawan bekerja 8–9 jam per hari sesuai ketentuan jam kerja penuh waktu. Namun, sifat operasional hotel yang berjalan 24 jam membuat karyawan sering terlibat dalam penyesuaian jadwal. Pergantian shift, kebutuhan pelayanan tamu yang mendadak, dan acara khusus menjadi faktor yang memengaruhi durasi kerja.
Dalam satu minggu, total jam kerja karyawan dapat mencapai atau bahkan melampaui batas ketentuan. Beberapa waktu yang seharusnya digunakan untuk istirahat atau kegiatan pribadi terpaksa dialihkan untuk bekerja. Fenomena ini menunjukkan bahwa batas antara jam kerja formal dan overtime sering kali kabur di industri ini. Jika tidak diimbangi dengan pengaturan yang tepat, kondisi tersebut dapat mengganggu work-life balance karyawan.
Faktor Penyebab Overtime di Industri Perhotelan
Overtime di industri perhotelan tidak hanya dipicu oleh tingginya tingkat okupansi. Faktor internal seperti distribusi beban kerja yang tidak merata sering menjadi penyebab. Karyawan dengan keterampilan tertentu cenderung mendapatkan tugas tambahan di luar jam kerja. Kondisi ini juga dapat terjadi jika koordinasi antar departemen kurang optimal.
Selain itu, faktor seperti kurangnya tenaga kerja, lambatnya penyelesaian tugas, dan sifat pekerjaan yang mendesak membuat lembur sulit dihindari. Dalam beberapa kasus, karyawan juga memilih lembur untuk menunjukkan komitmen pada perusahaan. Namun, tanpa manajemen yang baik, overtime yang berulang dapat memengaruhi kesehatan fisik dan mental.
Makna Work-Life Balance Menurut Karyawan
Work-life balance dimaknai sebagai kemampuan memisahkan waktu kerja dan waktu pribadi secara tegas. Pemisahan ini dilakukan agar individu dapat fokus penuh saat berada di tempat kerja dan menikmati waktu istirahat dengan optimal. Penyelesaian pekerjaan di kantor dianggap sebagai langkah penting untuk menghindari gangguan pada waktu pribadi. Konsep ini diyakini berdampak positif terhadap produktivitas serta kualitas hidup secara keseluruhan. Bagi sebagian orang, menjaga batas waktu adalah kunci untuk mencegah beban kerja terbawa ke luar jam resmi.
Selain batas waktu, peran ganda menjadi tantangan besar dalam mencapai work-life balance. Individu yang juga memikul tanggung jawab rumah tangga harus mengelola waktu dengan cermat. Kestabilan finansial dan pembagian peran menjadi faktor pendukung agar keseimbangan tetap terjaga. Ada pula yang menitikberatkan pada keseimbangan energi untuk menghadapi beban kerja harian. Kesadaran untuk tidak membawa pekerjaan ke rumah merupakan strategi penting yang banyak diterapkan.
[BACA JUGA: Efektivitas Sistem Pengarsipan Digital AIL DMS di PT PLN ULP Sumenep]
Strategi Menghadapi Overtime
Berbagai strategi diterapkan untuk mengelola lembur dan menjaga keseimbangan hidup. Aktivitas olahraga seperti badminton atau memancing digunakan untuk melepas penat setelah bekerja. Beberapa memilih hiburan seperti menonton film atau mendengarkan musik guna menjaga kesehatan mental. Aktivitas relaksasi ini membantu memulihkan energi dan mengurangi tingkat stres. Dukungan manajemen berupa toleransi libur dan fleksibilitas shift turut berperan dalam menjaga keseimbangan tersebut.
Manajemen waktu menjadi salah satu strategi kunci dalam menghindari lembur yang berlebihan. Penyelesaian pekerjaan di tempat kerja diutamakan agar waktu istirahat tidak terganggu. Kesadaran terhadap tanggung jawab profesional membuat lembur tetap dilakukan saat pekerjaan bersifat mendesak. Meski demikian, keputusan lembur biasanya mempertimbangkan dampaknya terhadap kesejahteraan pribadi. Dengan pengaturan waktu yang tepat, keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi dapat lebih mudah tercapai.
Implikasi bagi Manajemen dan Karyawan
Keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi tidak hanya ditentukan oleh durasi jam kerja. Kesadaran untuk mengatur waktu, menjaga kesehatan, dan menetapkan batasan menjadi faktor kunci yang harus dimiliki setiap individu. Di sisi lain, peran manajemen sangat penting dalam menciptakan sistem kerja yang sehat. Kebijakan yang jelas terkait lembur, insentif, dan pembagian shift yang adil dapat mendukung kesejahteraan tenaga kerja. Penerapan kebijakan yang tepat juga dapat meningkatkan loyalitas serta produktivitas di lingkungan kerja.
Secara keseluruhan, tingkat kesadaran terhadap pentingnya work-life balance terbilang cukup tinggi di industri perhotelan. Berbagai strategi diterapkan untuk menjaga keseimbangan meskipun tuntutan pekerjaan sering kali tinggi. Dukungan dari manajemen menjadi faktor pendukung yang signifikan bagi keberhasilan strategi tersebut. Pengaturan waktu yang efektif serta komitmen pribadi turut menjadi pondasi utama dalam mencapai keseimbangan. Dengan sinergi antara manajemen dan individu, terciptalah lingkungan kerja yang lebih sehat dan berkelanjutan.
***
Penulis: Sita Arifani Rahayu