VOKASI NEWS – Mengetahui kandungan dan dampak bakteri Escherichia coli yang terdapat di etanol madu randu bagi tubuh manusia.
Bakteri merupakan mikroorganisme uniseluler yang mampu bertahan hidup dan berkembang biak di berbagai jenis lingkungan. Bakteri bisa ditemukan di tanah, laut, bahkan saluran pencernaan manusia. Salah satu bakteri yang dapat sering menyebabkan infeksi di saluran pencernaan dan infeksi saluran kemih adalah Escherichia coli.
Pengobatan infeksi yang disebabkan oleh bakteri Escherichia coli salah satunya dengan penggunaan antibiotik. Antibiotik bekerja dengan cara menghambat sintesis dinding sel bakteri, sintesis protein, DNA, RNA, atau menghambat fungsi membran sel bakteri. Escherichia coli menjadi salah satu bakteri yang dilaporkan resisten terhadap antibiotik. Pada dekade terakhir ini banyak dilakukan perkembangan pengobatan yang berasal dari bahan alam. Sehingga penelitian terus dilakukan untuk mencari alternatif mengatasi resistensi antibiotik.
Salah satu bahan alam yang dapat digunakan adalah madu karena madu diduga mengandung senyawa aktif yang berperan sebagai antibakteri, salah satu madu yang dapat digunakan adalah madu randu. Madu tidak hanya berguna sebagai pemasok energi, tetapi juga memiliki efek anti-inflamasi, antibakteri, antijamur, dan sifat antioksidan. Madu randu mengandung senyawa aktif yaitu flavonoid, inhibin, dan hidrogen peroksida yang berperan sebagai antibakteri.
Kandungan flavonoid memiliki peran sebagai antibakteri yang dapat menghambat aktivitas enzim bakteri uji dan menghambat metabolisme energi pada bakteri. Madu juga memiliki senyawa inhibin yaitu hidrogen peroksida. Komponen hidrogen peroksida yang terkandung dalam madu berasal dari reaksi oksidasi glukosa, air, dan oksigen. Senyawa aktif pada madu bisa didapatkan melalui proses ekstraksi.
Hasil Penelitian Bakteri Escherichia Coli pada Ekstrak Madu Randu
Penelitian ini dilakukan selama kurang lebih 3 bulan dengan melakukan penelitian eksperimental laboratorium. Penelitian ini menggunakan bakteri uji Escherichia coli dan ekstrak etanol madu randu. Metode yang digunakan adalah metode difusi dan dilusi. Uji difusi digunakan untuk menentukan diameter zona hambat dengan melibatkan zona bening yang terbentuk di sekitar sumuran.
Pada uji difusi menggunakan metode well diffusion atau sumuran dengan variasi konsentrasi 20%, 20%, 40%, 60 %, 80 %, dan 100%. Pada uji dilusi menggunakan dua metode yaitu mikrodilusi dan dilusi padat. Mikrodilusi merupakan metode yang digunakan untuk menentukan nilai Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) yang merupakan konsentrasi terendah yang mampu menghambat pertumbuhan organisme tertentu.
BACA JUGA: Prosedur Pembuatan Restorasi Porcelain Fused To Metal Pada Gigi 24 Dengan Kasus Palatoversi
Sedangkan, Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM) merupakan konsentrasi terendah antibakteri yang diperlukan untuk membunuh bakteri. Variasi pada uji dilusi yaitu 100%, 50%, 25%, 12,5%, dan 6,25%. Setelah dilakukan uji difusi, didapatkan Pada konsentrasi 100% memiliki nilai rata-rata 8,25 ± 0,64 mm, konsentrasi 80% memiliki nilai rata-rata 6,75 ± 0,28 mm. Sedangkan pada konsentrasi 60%, 40%, dan 20% tidak terbentuk zona hambat.
Kategori Pertumbuhan Bakteri Menurut Tingkat Konsentrasinya
Menurut Davis and Stout (1971), hasil pengukuran diameter zona hambat menunjukkan bahwa ekstrak etanol madu randu memiliki daya hambat dengan kategori sedang terhadap pertumbuhan bakteri Escherichia coli. Perbedaan diameter zona hambat pada setiap konsentrasi dapat disebabkan karena semakin rendah konsentrasi, maka jumlah senyawa aktif dalam madu semakin sedikit sehingga kemampuan madu dalam menghambat bakteri berkurang.
Pada uji mikrodilusi didapatkan hasil pada konsentrasi 6,25% – 25% menunjukkan kekeruhan yang menandakan adanya pertumbuhan bakteri. Pada konsentrasi 50% – 100% tidak menunjukkan kekeruhan yang menandakan tidak adanya pertumbuhan bakteri. Sehingga, konsentrasi 50% ditetapkan sebagai KHM karena tidak adanya pertumbuhan bakteri yang terlihat yang ditandai dengan tidak adanya kekeruhan.
Sedangkan pada uji dilusi padat didapatkan pada konsentrasi 6,25% – 50% masih terdeteksi adanya pertumbuhan bakteri, sedangkan pada konsentrasi 100% tidak ditemukannya pertumbuhan bakteri. Sehingga, konsentrasi 100% ditetapkan sebagai KBM ekstrak etanol madu randu terhadap bakteri Escherichia coli. Berdasarkan hasil penelitian ini terdapat perbedaan konsentrasi dalam menghambat bakteri Escherichia coli.
Pada uji difusi penghambatan aktivitas bakteri terdapat pada konsentrasi 80%, sedangkan pada uji mikrodilusi penghambatan aktivitas bakteri terdapat pada konsentrasi 50%. Adanya perbedaan hasil pada kedua uji dapat disebabkan oleh perbedaan metode yang digunakan. Metode mikrodilusi merupakan metode yang sensitif dengan waktu yang dibutuhkan untuk pengujian relatif singkat, mikrodilusi juga merupakan metode yang lebih sensitif dibandingkan dengan metode difusi.
***
Penulis: Shafira Zaina Eka Maharani
Editor: Puspa Anggun Pertiwi