VOKASI NEWS – Buah Alpukat (Persea americana Mill.) merupakan salah satu jenis buah klimaterik yang memiliki karakteristik unik akan suhu, yaitu kemampuannya untuk melanjutkan proses pematangan meskipun sudah dipanen dari pohonnya. Proses pematangan ini melibatkan berbagai perubahan biokimia. Contohnya seperti peningkatan kadar gula, pelunakan jaringan buah, perubahan warna kulit, serta pelepasan gas etilen. Di antara berbagai faktor yang mempengaruhi proses ini, suhu menjadi salah satu elemen yang paling krusial.
Suhu yang tidak terkendali dengan baik dapat mempercepat proses pembusukan. Hal ini menyebabkan ketidaksesuaian tingkat kematangan, bahkan menimbulkan kerugian pascapanen dalam bentuk susut bobot atau penurunan kualitas buah. Tentunya, hal ini menjadi tantangan tersendiri, khususnya bagi petani dan distributor alpukat yang ingin memastikan buah sampai ke konsumen dalam kondisi terbaik. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu sistem yang mampu mengontrol lingkungan pemeraman agar lebih optimal dan aman.
Menjawab tantangan tersebut, Indriani Elsya Putri, mahasiswa dari Universitas Airlangga, merancang sebuah sistem pengendalian suhu otomatis berbasis mikrokontroler untuk mendukung proses pemeraman buah alpukat. Sistem ini bertujuan menjaga suhu ruang pemeraman pada kisaran optimal. Adapun suhunya yakni sekitar 30°C — suhu yang telah terbukti secara ilmiah mampu mempercepat pematangan tanpa mempercepat pembusukan.
Komponen dan Fitur Utama Sistem Pengendalian Suhu Buah Alpukat
Perangkat ini dirancang menggunakan Arduino Mega 2560 sebagai pusat pengendali, dan dilengkapi dengan berbagai sensor pendukung. Adapun diantaranya yaitu sensor suhu dan kelembaban DHT-22, sensor gas MQ-135 untuk mendeteksi gas etilen. Selain itu juga terdapat sensor load cell untuk mengukur berat buah secara berkala. Data dari setiap sensor ditampilkan dalam layar OLED dan disimpan ke dalam kartu SD sebagai catatan log harian.
Salah satu fitur utama sistem ini adalah kemampuan otomatisasi kipas pendingin. Ketika suhu dalam ruang pemeraman terdeteksi melebihi ambang batas, maka Arduino akan mengaktifkan kipas melalui relay untuk menurunkan suhu secara bertahap. Dengan demikian, suhu tetap stabil dan mendekati titik optimal selama pemeraman berlangsung.
BACA JUGA: [Sistem Kunci Motor Pintar Pakai Sidik Jari, Mahasiswa UNAIR Ini Punya Solusinya!]
Dari hasil pengujian yang dilakukan, sistem ini terbukti mampu menjaga kestabilan suhu, memberikan hasil pemeraman yang lebih merata. Selain itu juga mengurangi potensi kehilangan bobot yang signifikan. Selain itu, buah alpukat yang diperam menggunakan sistem ini memiliki tekstur daging yang lebih lembut, warna kulit yang seragam, dan umur simpan yang lebih lama.
Kesimpulannya, suhu merupakan variabel penting yang sangat mempengaruhi keberhasilan proses pemeraman buah alpukat. Melalui penerapan sistem berbasis mikrokontroler ini, proses pemeraman tidak hanya menjadi lebih efisien, tetapi juga lebih higienis, aman, dan ramah lingkungan. Solusi ini dapat menjadi alternatif ideal pengganti metode tradisional berbasis zat kimia. Contohnya seperti karbit, ethrel, atau bahan-bahan lain yang berisiko terhadap kesehatan dan lingkungan.
***
Penulis: Indriani Elsya Putri
Editor: Oky Sapto Mugi Saputro