VOKASI NEWS – Radiografi lumbosacral merupakan pemeriksaan radiografi pada regio lumbosacral untuk mengevaluasi serta menampilkan kelainan pada vertebra L1-L5. Pemeriksaan ini memberikan radiasi yang sebanding dengan 65 kali dosis untuk radiografi thorax. Hal tersebut menjadikan pemeriksaan radiografi ini menjadi salah satu pemeriksaan dengan paparan radiasi tertinggi pada manusia.
BAPETEN telah menetapkan standar dosis nasional yaitu Indonesian-Diagnostic Reference Level (I-DRL). Penetapan tersebut sebagai upaya optimalisasi untuk mengontrol dosis yang diterima pasien. Optimisasi dapat dipenuhi dengan mematuhi prinsip ALARA “as low as reasonably achievable.” Artinya yaitu pemeriksaan yang dilakukan memberikan paparan radiasi serendah mungkin dengan hasil citra yang optimal.
BMI Menjadi Patokan Dosis Pemeriksaan Radiografi Lumbosacral
Pemilihan faktor eksposi bervariasi bergantung pada ukuran objek yang akan diperiksa. Ukuran objek dapat diklasifikasikan berdasarkan Body Mass Index (BMI) yang terdiri dari tinggi badan dan berat badan serta tebal tubuh (Pratiwi, 2018). Ketebalan tubuh merupakan faktor penting yang mempengaruhi dosis pada radiografi.
Body Mass Index (BMI) merupakan indikator yang berguna untuk mengetahui ukuran dan ketebalan pasien. Selain itu juga dapat mempengaruhi dosis radiasi yang diperlukan untuk pemeriksaan radiografi lumbosacral pada pasien overweight mempunyai nilai dosis yang lebih tinggi. Hal tersebut disebabkan oleh penggunaan faktor eksposi yang bergantung pada ketebalan tubuh pasien, semakin tebal tubuh pasien maka semakin tinggi faktor eksposi yang digunakan
BACA JUGA: Solusi Atas Keterlambatan Pembuatan Faktur Pajak Penjualan
Pemeriksaan radiografi lumbosacral bisa dilakukan oleh segala umur mulai dari anak-anak hingga dewasa. Penelitian ini menggunakan sampel usia dewasa (>15 tahun). Rentang usia sampel pada penelitian ini yaitu 22 tahun sampai dengan 79 tahun. Data primer digunakan dalam penelitian yaitu 42 pasien pemeriksaan radiografi lumbosacral AP dan lateral selama bulan November – Desember 2023.
Setiap pasien akan dilakukan pengukuran tinggi badan, berat badan dan tebal tubuh sebelum melakukan pemeriksaan radiografi. Hasil pengukuran tinggi badan dan berat badan digunakan untuk menghitung Body Mass Index (BMI). Dari raw data hasil pemeriksaan lumbosacral AP dan lateral diperoleh nilai faktor eksposi (kV dan mAs) dan Dose Area Product (DAP). Nilai DAP digunakan untuk menghitung Incident Air-kerma (INAK) dan Entrance Surface Air-kerma (ESAK). Hasil perhitungan INAK dan ESAK yang diperoleh kemudian dianalisis berdasarkan faktor eksposi, tebal tubuh dan Body Mass Index (BMI).
Perhitungan I-DRL (INAK dan ESAK)
Nilai maksimal INAK dan ESAK pada radiografi lumbosacral AP adalah 0.0239 mGy dan 0.0322 mGy. Pada radiografi lumbosacral lateral nilai maksimal INAK dan ESAK adalah 0.0349 mGy dan 0.0472 mGy. Perhitungan nilai Q3 pada indikator dosis INAK dan ESAK lumbosacral AP diperoleh hasil sebesar 0.0171 mGy dan 0.0231 mGy sedangkan pada lumbosacral lateral didapatkan nilai Q3 sebesar 0.0264 mGy dan 0.0356 mGy
Optimisasi Dosis Berdasarkan Faktor Eksposi
Range penggunaan faktor eksposi (kV dan mAs) pada pemeriksaan lumbosacral AP adalah 70-90 kV dan 16-40 mAs, sedangkan pemeriksaan radiografi lumbosacral lateral menggunakan range faktor eksposi (kV dan mAs) sebesar 80-102 kV dan 16-50 mAs. Penggunaan kV cukup tinggi pada pemeriksaan lumbosacral AP dan lateral digunakan untuk memastikan penetrasi yang baik pada jaringan sedangkan penggunaan mAs yang rendah mendapatkan jumlah foton yang cukup untuk menghasilkan gambar berkualitas tanpa meningkatkan dosis radiasi pasien.
Optimisasi Dosis Berdasarkan Tebal Tubuh Pasien
Mean tebal tubuh pada pemeriksaan radiografi lumbosacral AP adalah 16,4 cm sedangkan pada pemeriksaan radiografi lumbosacral lateral adalah 24 cm. Pengelompokkan tebal tubuh pada penelitian ini berdasarkan nilai Q1, Q2 dan Q3. Semakin tinggi mean nilai kuartil semakin tinggi dosis yang diterima pasien. Pemilihan faktor eksposi bergantung pada ketebalan tubuh pasien. Pemilihan faktor eksposi pada pemeriksaan lumbosacral lateral menggunakan kV yang lebih tinggi dibandingkan lumbosacral AP dikarenakan tebal tubuh yang diperiksa lebih tebal
Optimisasi Dosis Radiografi Lumbosacral Berdasarkan BMI
Penerapan optimisasi dosis berdasarkan BMI yaitu pemilihan kV pada pasien kategori overweight lebih tinggi dibandingkan pasien underweight dan normal. Pada pemeriksaan radiografi lumbosacral AP pasien kategori BMI overweight menggunakan 81 kV sedangkan pasien dengan kategori BMI normal menggunakan 73 kV dan pasien dengan kategori BMI underweight menggunakan 70 kV. Pada pemeriksaan radiografi lumbosacral AP pasien kategori BMI overweight menggunakan 102 kV sedangkan pasien dengan kategori BMI normal menggunakan 96 kV dan pasien dengan kategori BMI underweight menggunakan 81 kV.
***
Penulis: Imroatul Hafidzah
Editor: Puspa Anggun Pertiwi