VOKASI NEWS – Perbandingan efektivitas terapi infusa daun belimbing wuluh dan roselia terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi.
Angka tekanan darah tinggi terus merangkak naik dan kini menjadi salah satu penyebab kematian tertinggi di seluruh dunia. Data WHO mencatat penyakit tidak menular, termasuk hipertensi, bertanggung jawab atas lebih dari 63 % kematian global. Sementara itu, Riset Kesehatan Dasar 2018 menunjukkan bahwa lebih dari sepertiga penduduk Indonesia berusia di atas 18 tahun hidup dengan tekanan darah di luar batas normal. Situasi serupa juga terlihat di Surabaya, di mana belasan ribu warga Kecamatan Bubutan tercatat sebagai penyintas hipertensi.
Herbal Lokal dalam Menekan Tekanan Darah
Selain obat dokter, masyarakat mulai melirik terapi alami yang mudah diakses dan ramah di kantong. Daun belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi) dan bunga rosela (Hibiscus sabdariffa) menjadi dua kandidat populer berkat kandungan flavonoid dan kalium. Flavonoid berperan melemaskan pembuluh darah sehingga aliran darah menjadi lebih lancar, sedangkan kalium membantu menyeimbangkan cairan tubuh. Kombinasi keduanya diyakini mampu menurunkan tekanan darah tanpa efek samping berat.
Perbandingan Efektivitas Belimbing Wuluh dan Rosela
Untuk menakar efektivitas kedua tanaman tersebut, tim peneliti melibatkan 20 responden hipertensi berusia 45–59 tahun di Kampung Hijau Margo Rukun. Mereka dibagi ke dalam dua kelompok kecil: satu kelompok mengonsumsi infusa belimbing wuluh, kelompok lain meminum infusa rosela. Simplisia seberat dua gram diseduh dengan 200 mililiter air mendidih, lalu diminum setiap pagi setelah sarapan selama dua minggu penuh. Tekanan darah responden diukur 15 menit sebelum dan sesudah konsumsi, dengan observasi tambahan setiap dua hari sekali.
Hasil pengukuran menunjukkan tren positif pada kedua kelompok. Rata‑rata tekanan sistolik kelompok belimbing wuluh turun dari 150,20 menjadi 138,50 mmHg, sementara diastolik menyusut dari 89,50 menjadi 85,00 mmHg. Di sisi lain, kelompok rosela mengalami penurunan sistolik dari 136,50 menjadi 126,00 mmHg dan diastolik dari 82,90 menjadi 81,00 mmHg. Tak satu pun responden melaporkan efek samping berarti, dan semua peserta bertahan hingga akhir program.
[BACA JUGA: BATTRA UNAIR Edukasi Warga Sidoarjo Lewat Akupresur dan TOGA]
Temuan ini menegaskan bahwa ramuan belimbing wuluh maupun rosela dapat menjadi pilihan pendamping terapi medis untuk menstabilkan tekanan darah. Belimbing wuluh sedikit lebih unggul menurunkan sistolik, sedangkan rosela menawarkan rasa lebih segar sehingga mudah diterima lidah. Dengan ketersediaan bahan yang melimpah di pekarangan atau pasar tradisional, masyarakat dapat mencoba alternatif herbal ini sebagai bagian dari pola hidup sehat—tentu saja sambil tetap berkonsultasi dengan tenaga kesehatan.
***
Penulis: Jamaludin A Nur
Editor: Habibah Khaliyah