Perpustakaan Masyarakat TBM Jojoran 1 : Menghubungkan Komunitas dengan Sumber Informasi yang Beragam

VOKASI NEWS – Perpustakaan masyarakat yang ada di TBM (Taman Baca Masyarakat) Jojoran 1 menjembatani masyarakat dengan sumber informasi yang beragam.

Dalam pengertiannya  komunitas ialah sekumpulan dari       orang – orang yang memiliki tujuan yang sama,

baik dalam berbagi perhatian, masalah, sharing pengetahuan serta kegemaran mereka terhadap sesuatu yang sama dengan cara saling berinteraksi secara terus menerus (Wenger, 2002).

Dapat di pahami bahwa terbentuknya suatu komunitas ini dipicu karena adanya kesamaan dalam pemikiran, keresahan  maupun hobby.

Adanya sebuah komunitas ini berguna sebagai wadah  bagi beberapa kalangan masyarakat untuk saling bertukar pikiran, informasi serta penyaluran hobby masyarakat.

Konsep perpustakaan berbasis komunitas ini jika dilihat dari bagaimana terbentuknya serta bagaimana pengelolaannya, dapat dikatakan memiliki kemiripan dengan TBM atau Taman Baca Masyarakat.

Dalam hal ini TBM Jojoran yang di rintis oleh Mahasiswa D3 Perpustakaan yang menyelenggarakan suatu Taman Bacaan Masyarakat tidak harus memenuhi standart nasional perpustakaan.

Pada umumnya yang meliputi standart koleksi, sarana prasarana, pelayanan, tenaga  pustakawan, pengelolaan dan penyelenggaraan.

Pernyataan   mengenai TBM tersebut juga  menjelaskan bahwa TBM sendiri merupakan fasilitas perpustakaan yang  berada ditengah – tengah komunitas,

atau community based library yang dikelola secara sederhana dan swasembada oleh komunitas  masyarakat yang bersangkutan.

Dapat dikatakan bahwa koleksi yang ada pada perpustakaan merupakan koleksi pribadi dari anggota komunitas tersebut dan diperoleh dari masyarakat yang menghibahkan bukunya.

 

Peran Perpustakaan Komunitas

Community Libraries merupakan lembaga yang memiliki peran penting dalam menghubungkan komunitas dengan sumber informasi yang beragam.

Dalam era digital dan informasi yang berkembang pesat,

perpustakaan memiliki peran yang tak ternilai dalam memastikan akses yang mudah dan terjangkau terhadap pengetahuan dan informasi bagi seluruh anggota komunitas.

Peranan yang dilakukan oleh  perpustakaan komunitas di Jojoran 1 diharapkan dapat memberikan pelayanan  yang memuaskan kepada masyarakat,

dan dorongan agar masyarakat lebih mampu serta lebih berdaya guna meningkatkan  minat bacanya,

yang pada akhimya akan mendorong dan menjadikan masyarakat mandiri dan memiliki pengetahuan serta wawasan yang luas dalam berpikir untuk mengambil keputusan.

Salah satu fungsi utama perpusmasy adalah menyediakan beragam koleksi buku dan sumber daya.

Dengan menyediakan buku-buku teks, majalah, dan sumber daya elektronik, perpusmasy memastikan bahwa anggota komunitas memiliki akses ke berbagai jenis bahan bacaan maupun sumber informasi.

Hal ini membantu meningkatkan literasi dan pengetahuan di dalam komunitas.

Tidak hanya menyediakan koleksi, perpus masyarakat juga menjadi pusat pembelajaran dan pendidikan.

TBM juga menyediakan materi pembelajaran, buku teks, dan referensi yang membantu individu dalam meningkatkan keterampilan dan pengetahuan mereka dalam berbagai bidang.

Baik anak-anak, remaja, maupun orang dewasa, perpus masyarakat memberikan ruang untuk belajar, berdiskusi, dan bertukar informasi.

Selain itu, tempat tersebut sering menjadi tempat pertemuan dan kolaborasi bagi anggota komunitas.

TBM Jojoran sering menyelenggarakan acara-acara seperti diskusi buku, lokakarya, presentasi dan sebagainya.

Hal ini memfasilitasi interaksi sosial, kolaborasi, dan pertukaran gagasan di antara anggota komunitas.

Perpustakaan masyarakat juga berfungsi sebagai pusat informasi lokal,

menyediakan informasi tentang kegiatan komunitas, acara, layanan kesehatan, lowongan pekerjaan, dan informasi penting lainnya.

Mereka juga dapat membantu anggota komunitas dalam mencari informasi khusus, seperti riset, proyek sekolah, atau informasi hukum.

Dengan demikian, perpustakaan masyarakat menjadi sumber daya yang berharga bagi komunitas dalam memenuhi kebutuhan informasi mereka.

Menurut Sutarno (2003), dalam bukunya “Perpustakaan dan Masyarakat”,

mengatakan bahwa perpustakaan memiliki peran yang sangat penting diantaranya: sebagai lembaga pendidikan non formal bagi anggota masyarakat;

sebagai institusi untuk mengembangkan minat baca melalui penyediaan bahan bacaan yang sesuai minat, keinginan, dan kebutuhan masyarakat;

sebagai sarana yang menghubungkan sumber informasi dan ilmu pengetahuan yang terkandung di dalam koleksi perpustakaan dengan pemakainya;

berperan aktif sebagai fasilitator, mediator, dan motivator bagi mereka yang ingin mencari, memanfaatkan,

serta mengembangkan ilmu pengetahuan dan pengalamannya; sebagai media untuk menjalin, mempererat,

dan mengembangkan komunikasi antara semua pemakai serta antara penyelenggara perpustakaan dan masyarakat yang dilayani;

berperan aktif sebagai agen perubahan, agen pengembangan, dan agen pembangunan manusia.

 

Kondisi Masyarakat

Bangsa yang cerdas adalah bangsa yang menguasai ilmu pengetahuan dan peradaban yang tinggi. Salah satu sumber ilmu pengetahuan dan peradaban adalah buku/perpustakaan.

Dalam hal ini perpustakaan merupakan sistem yang menunjang perkembangan ilmu pengetahuan dan peradaban masyarakat.

Pada perpustakaan melekat tugas untuk pencerdasan masyarakat.

Elemen penting dalam sebuah perpustakaan adalah terciptanya habitat masyarakat pembaca.

Perpustakaan bukan sekedar kumpulan buku, katalogisasi dan perangkat keras lainnya,

tetapi sumber motivasi dan penyedia informasi yang beragam untuk masyarakat membaca dalam konteks melangsungkan belajar sepanjang hayat.

Perpustakaan diselenggarakan dalam konteks budaya peningkatan budaya demokratisasi, keadilan, keprofesionalan, keterbukaan, keterukuran, dan kemitraan.

Perpustakaan berfungsi sebagai wahana pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi, dan rekreasi untuk meningkat-kan kecerdasan dan keberdayaan bangsa.

Namun beberapa permasalahan di masyarakat bahwa :

  1. Budaya Baca masih rendah

Di beberapa lapisan masyarakat tertentu, keengganan untuk membaca masih menjadi kebiasaan. Artinya minat untuk membaca sesuatu masih dirasa kurang dikeranakan sosiokultural masyarakatnya itu sendiri yang membuat kondisinya seperti demikian.

  1. Budaya lisan belum hilang

Budaya lisan yang menjadi budaya turun temurun dalam masyarakat kita masih kental. Budaya ini biasanya disebut budaya tutur. Dimana masyarakat masih biasa menggunakan budaya tutur dalam mengungkapkan atau mengkomunikasikan dalam kehidupan social kemasyarakatannya.

  1. Budaya pandang dengar masih tinggi

Pandang dengar adalah sarana yang paling mengenakan untuk dinikmati, tanpa perlu mencerna dan menggunakan pemikiran yang lebih, sarana pandang dengar merupakan paling banyak diminati masyarakat

  1. Penggunaan Teknologi Informasi semakin kuat

Semakin berjalannya waktu, perkembangan teknologi informasi semakin kuat dan semakin beragam, sehingga memungkinkan masyarakat menggunakannya.

  1. Belum menggunakan perpustakaan secara efektif

Perpustakaan sebagai tempat untuk mendapatkan informasi secara komprehensif sebetulnya memiliki peran yang sangat penting. Namun bagi sebagaian besar masyarakat berkunjung ke perpustakaan hanya apabila ada tugas baik dari kampus atau sekolahnya.

Kurangnya minat baca pada masyarakat kita secara umum merupakan persoalan yang kompleks.

Diperlukan berbagai upaya dan usaha untuk menciptakan lingkungan yang mendukung terciptanya kebiasaan membaca.

Lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat harus menciptakan atmosfir yang mendukung peningkatan minat baca.

Banyak persoalan yang harus diselesaikan untuk penguatan literasi pada masyarakat.

Fasilitas-fasilitas yang dibangun, hendaknya mudah diakses oleh masyarakat dan dipergunakan sebanyak-banyaknya untuk kepentingan masyarakat itu sendiri.

Harapannya adalah peran pemerintah lebih intens lagi dan memikirkan nasib masyarakat, terutama di perdesaan untuk menikmati fasilitas informasi (perpustakaan) seperti masyarakat di perkotaan.

***

Penulis : Erna Anggraeni

Editor : Tim Branding Fakultas Vokasi 2023