Pijat Refleksi Meningkatkan Aktivitas Fisik pada Penderita Dismenore Primer

Pijat Refleksi Meningkatkan Aktivitas Fisik pada Penderita Dismenore Primer_Dokumen Istimewa

VOKASI NEWS – Dismenore primer merupakan kondisi nyeri saat menstruasi tanpa gangguan organik seperti kista atau endometriosis. Keluhan ini sering dialami remaja usia 15–19 tahun dan berdampak pada turunnya aktivitas harian. Menurut data WHO tahun 2020, sekitar 90% wanita di dunia mengalami dismenore. Di Indonesia, prevalensinya mencapai lebih dari 70%.

Dismenore menyebabkan penurunan semangat belajar, kelelahan, dan keengganan melakukan aktivitas fisik. Aktivitas seperti olahraga atau sekadar berjalan kaki menjadi terasa berat. Nyeri ini disebabkan oleh kontraksi otot rahim yang dipicu hormon prostaglandin.

Terapi Alternatif Dismenore Primer yang Lebih Aman

Pengobatan dismenore bisa dilakukan secara farmakologis maupun non-farmakologis. Namun, penggunaan obat anti nyeri dalam jangka panjang dapat memicu efek samping. Oleh karena itu, terapi non-farmakologis menjadi alternatif yang lebih aman. Salah satunya adalah pijat refleksi.

Pijat refleksi menstimulasi titik-titik tertentu pada telapak kaki dan tangan. Titik tersebut diyakini terhubung ke organ-organ tubuh seperti rahim, ginjal, dan hati. Terapi ini bersifat alami, tanpa bahan kimia, dan memiliki manfaat ganda. Selain mengurangi nyeri, terapi ini juga membantu meningkatkan aktivitas fisik.

Hasil Penelitian Mahasiswa Vokasi

Penelitian dilakukan oleh mahasiswa Fakultas Vokasi Universitas Airlangga, Program Studi Pengobat Tradisional. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh terapi pijat refleksi terhadap aktivitas fisik penderita dismenore primer. Sebanyak 28 responden remaja perempuan dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok perlakuan mendapatkan pijat refleksi selama dua siklus menstruasi, masing-masing empat hari berturut-turut. Kelompok kontrol tidak mendapat perlakuan apa pun.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian adalah Baecke Questionnaire, yang menilai aktivitas fisik berdasarkan tiga aspek: pekerjaan, olahraga, dan waktu luang. Nilai aktivitas fisik dihitung sebelum dan sesudah perlakuan. Hasil menunjukkan peningkatan signifikan skor aktivitas fisik pada kelompok perlakuan. Peningkatan tidak terjadi pada kelompok kontrol. Hasil uji statistik menunjukkan nilai signifikansi (p < 0,05), artinya terdapat pengaruh terapi terhadap aktivitas fisik.

Temuan ini mendukung pendekatan tradisional bahwa pijat refleksi dapat melancarkan sirkulasi darah dan energi tubuh. Berdasarkan teori Traditional Chinese Medicine (TCM), dismenore terjadi karena gangguan aliran Qi dan darah. Pijat refleksi bekerja memperbaiki aliran tersebut.

Implikasi bagi Kesehatan Remaja

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terapi refleksi dapat diterapkan sebagai metode mandiri di rumah. Terapi ini juga bisa menjadi pelengkap pelayanan kesehatan di sekolah atau puskesmas. Selain bebas efek samping, terapi ini mudah dipelajari oleh keluarga dan tenaga kesehatan.

Penting bagi remaja perempuan untuk tetap aktif selama masa menstruasi. Aktivitas fisik teratur dapat mengurangi produksi prostaglandin berlebih dan menyeimbangkan hormon. Dengan demikian, risiko dismenore bisa ditekan. Pijat refleksi dapat dijadikan solusi jangka panjang yang efektif dan terjangkau bagi masyarakat.

BACA JUGA: [Generasi Z dan Fenomena Belanja Impulsif di Era Social Commerce]

***

Penulis: Maitsahana Aisy Dhiyafalah

Editor: Oky Sapto Mugi Saputro

https://ejournal.itn.ac.id/
https://jurnalfe.ustjogja.ac.id/
https://roaseg.ucad.sn/
https://lms.ikippgribojonegoro.ac.id/xnxx/
https://sipresma.ft.undip.ac.id/storage/views/xnxx/