Profil Bakteri dan Resistensi Antibiotik pada Lansia Penderita Infeksi Saluran Kemih

VOKASI NEWS – Infeksi Saluran Kemih (ISK) merupakan infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme pada saluran kemih. Infeksi ini sering terjadi pada lansia (>60 tahun) khususnya dengan jenis kelamin perempuan. Faktor yang menyebabkan lansia banyak terkena ISK adalah terjadinya penurunan dari fungsi kekebalan tubuh. Akbiatnya tubuh menjadi lebih rentan terhadap penyakit, tingginya jumlah penyakit penyerta, sfingter uretra mengalami kelemahan dan kurangnya volume kandung kemih.

Gejala ISK

Gejala infeksi saluran kemih ditandai dengan adanya nyeri saat buang air kecil dan frekuensi buang air kecil meningkat. Selain itu, warna urin menjadi keruh, bau menyengat dan disertai darah. Dapat juga timbul rasa terbakar pada organ intim saat buang air kecil. Penderita juga dapat merasakan sakit atau tekanan di bagian punggung atau perut bagian bawah. Gejala lainnya adalah demam, menggigil, gemetar dan juga merasa lelah. Pemberian antibiotik menjadi pilihan terapi dan pengobatan pada penderita ISK. Munculnya resistensi terhadap antibiotik tampaknya tidak dapat dihindari, sehingga dianggap menjadi masalah dalam mengobati infeksi. 

Infeksi Saluran Kemih pada Lansia

Penelitian dilakukan pada bulan Februari-Juni 2024 dengan mengambil data sekunder dari pasien lansia (>60 tahun) penderita ISK di Laboratorium Mikrobiologi Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Iskak Tulungagung. Tujuannya untuk mengetahui profil pasien berdasarkan jenis kelamin, profil bakteri, dan hasil uji resistensi antibiotik pada sampel urin pasien lansia penderita ISK. Hasilnya, 215 sampel adalah positif.

BACA JUGA: https://vokasi.unair.ac.id/gambaran-kadar-hemoglobin-pasien-stunting-puskesmas-bugul-kidul-pasuruan-pada-bulan-februari-2024/

Hasil penelitian menunjukkan pasien lansia (>60 tahun) sebagian besar berjenis kelamin perempuan 58% (125/215 kasus). Sebagian besar ditemukan bakteri Gram negatif 79% (170/215 kasus). Bakteri Gram negatif penyebab ISK sebagian besar terdiri dari Escherichia coli ESBL 24% (52/215 kasus), Escherichia coli 23% (50/215 kasus), dan Klebsiella pneumoniae 10% (22/215 kasus). Bakteri Gram positif sebagian besar terdiri dari Enterococcus faecalis 6% (13/215 kasus), Staphylococcus haemolyticus 4% (9/215 kasus), Staphylococcus aureus dan Streptococcus thoraltensis 2% (5/215 kasus). Pola resistensi antibiotik menunjukkan bakteri Gram negatif sebagian besar resisten terhadap Ampicillin. Sedangkan bakteri Gram positif sebagian besar resisten terhadap tetracyclin.***

Penulis: Esti Rukhmana Ummami

Editor: Galuh Candrawati