VOKASI NEWS – Prosedur pembuatan restorasi splint crown lithium disilicate ceramic pada kasus abutment kecil gigi 11 dan 21, meliputi indikasi, kontraindikasi, desain, serta tahapan pembuatan secara detail.
Splint crown merupakan restorasi yang menggabungkan dua atau lebih mahkota gigi (crown) yang terpasang pada gigi penyangga tanpa adanya pontik di antaranya. Restorasi ini berfungsi menstabilkan gigi, mendistribusikan beban kunyah secara merata, serta menurunkan tegangan pada abutment dan area servikal gigi.
Indikasi penggunaan splint crown antara lain meningkatkan stabilitas gigi yang mengalami kegoyangan akibat trauma dan memperbaiki daya tahan restorasi pada gigi dengan retensi yang terbatas. Sebaliknya, splint crown tidak dianjurkan bagi pasien dengan kebiasaan bruxism atau pada gigi dengan posisi edge-to-edge, karena berisiko mengalami tekanan tidak merata yang dapat menyebabkan kegagalan restorasi.
Restorasi ini memiliki kelebihan berupa distribusi beban yang lebih baik dibandingkan crown tunggal. Namun, splint crown relatif sulit dibersihkan sehingga tidak disarankan untuk pasien dengan kebersihan mulut yang rendah. Jika salah satu crown mengalami kerusakan, seluruh restorasi juga harus diganti.
Desain dan Prosedur Pembuatan
Pada kasus abutment kecil, desain splint crown dilakukan dengan menambahkan rest atau sayap pada bagian lingual untuk meningkatkan stabilitas. Tanpa retensi yang memadai, restorasi rentan lepas akibat gaya mastikasi, khususnya gaya lateral dan gaya ungkit, yang dapat membuka tepi servikal dan memicu karies sekunder.
Prosedur pembuatan restorasi splint crown lithium disilicate ceramic meliputi beberapa tahapan:
- Merapikan dan menyiapkan model kerja.
- Melakukan duplikasi model dan pembuatan die pada gigi 11 dan 21.
- Penanaman model pada artikulator, dilanjutkan dengan ditching dan coating.
- Membuat diagnostic wax up full contour gigi 11 dan 21.
- Memilih ingot, membuat model malam dengan teknik cut-back, serta menambahkan rest pada bagian lingual.
- Melakukan spruing, penanaman model malam, preheating, dan pressing.
- Melakukan divesting, sandblasting, dan finishing.
- Melakukan wash firing, aplikasi dentin dan enamel, serta penyesuaian anatomi gigi.
- Memberikan staining sesuai shade guide.
- Melakukan tahap akhir dengan glazing.
Tahapan tersebut menghasilkan restorasi yang stabil, estetik, dan fungsional, sehingga dapat mendukung kenyamanan pasien dalam jangka panjang.
[BACA JUGA: Teknik Pembuatan Restorasi All Ceramic Zirconia Monolitik Gigi 11 dan 21]
***
Penulis: Dwi Hadzar Istiqomah
Dosen Pembimbing: Eny Inayati, drg., M.Kes dan Sri Wahjuni, drg., M.Kes
Editor: Fatikah Rachmadianty