VOKASI NEWS – Pembuatan diagnostic wax up pada kasus gigi anterior dengan space kecil dan resorpsi gingiva membantu mencapai hasil restorasi yang proporsional, estetis, dan fungsional melalui komunikasi efektif antara dokter dan teknisi gigi.
Kehilangan gigi anterior tidak hanya memengaruhi fungsi bicara dan pengunyahan, tetapi juga berdampak besar pada penampilan dan kepercayaan diri seseorang. Dalam kasus ini, pasien mengalami kehilangan gigi 11 dan 21 pada rahang atas, dengan gigi 12 dan 22 berperan sebagai abutment yang telah dipreparasi. Dokter gigi merencanakan pembuatan diagnostic wax up untuk memastikan proporsi, bentuk, dan estetika gigi anterior dapat dipertahankan secara optimal.
Kondisi space kecil menjadi salah satu tantangan utama, di mana ruang edentulous yang tersedia relatif sempit akibat pergeseran gigi-gigi tetangga. Selain itu, adanya resorpsi gingiva—penurunan jaringan gusi akibat kehilangan gigi dalam waktu lama—menyulitkan penentuan kontur gingiva yang ideal. Kedua kondisi ini menuntut ketelitian tinggi dalam perencanaan restorasi agar hasil akhir terlihat natural dan seimbang.
Peran Diagnostic Wax Up dalam Perencanaan Restorasi
Diagnostic wax up berfungsi sebagai sarana komunikasi antara dokter gigi dan teknisi gigi dalam menentukan bentuk, proporsi, serta anatomi gigi yang akan direstorasi. Teknik ini memungkinkan simulasi hasil akhir secara visual sebelum tahap pembuatan gigi tiruan atau mahkota dilakukan. Pada kasus ini, dilakukan pembuatan wax up dengan satu pontik menggantikan gigi 21 dan dua abutment pada gigi 11 dan 22, sehingga tercipta keseimbangan simetris di area anterior.
Selain untuk memperbaiki estetika, diagnostic wax up juga membantu menilai fungsi kunyah dan bicara pasien. Proses ini sangat penting agar hasil akhir restorasi tidak hanya indah secara visual, tetapi juga nyaman saat digunakan. Melalui wax up, dokter dan teknisi dapat menyesuaikan bentuk gigi berdasarkan kebutuhan pasien dan kondisi jaringan yang masih ada.
Proses Pembuatan dan Hasil Evaluasi
Prosedur pembuatan diagnostic wax up dimulai dari penerimaan model kerja dari dokter gigi, dilanjutkan penanaman pada okludator. Tahap awal mencakup pembuatan coping untuk gigi 11 dan 22 serta pontik untuk gigi 21. Setelah itu dibentuk kerangka dasar, kemudian dilanjutkan dengan pembentukan anatomi penuh gigi. Pembuatan gingiva tiruan menggunakan baseplate bertujuan untuk menonjolkan perbedaan warna antara jaringan keras dan lunak.
Setelah evaluasi bentuk dan proporsi, teknisi menyarankan dokter gigi untuk melakukan sedikit modifikasi pada gigi 13 agar tampilannya menyerupai gigi 12 demi keseimbangan estetika. Komunikasi yang baik antara dokter gigi dan teknisi menjadi kunci keberhasilan perencanaan ini. Dengan pemahaman yang tepat terhadap anatomi, estetika, serta teknik wax up, hasil restorasi dapat memenuhi harapan dokter dan memberikan kepuasan maksimal bagi pasien.
[BACA JUGA: Solusi Gigi Hilang dengan Antagonis Berdesakan: Teknik Pembuatan GTSL Akrilik]
***
Penulis: Angely Maulidia Setiawan



