VOKASI NEWS – Pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan resin akrilik pada kasus crossbite posterior membantu mengembalikan fungsi kunyah dan estetika pasien secara optimal.
Gangguan posisi gigi atau maloklusi sering kali memengaruhi fungsi dan estetika rongga mulut. Salah satu bentuknya adalah crossbite posterior, yakni kondisi ketika posisi gigi rahang atas dan bawah tidak sejajar secara transversal. Pada kasus ini, gigi posterior rahang atas berada lebih ke dalam (palatal) dibandingkan gigi rahang bawah. Kondisi tersebut dapat menimbulkan masalah pada fungsi kunyah, distribusi tekanan oklusi, serta kesehatan sendi rahang (TMJ).
Selain aspek fungsional, crossbite juga berdampak pada penampilan wajah pasien. Karena itu, penanganan yang tepat menjadi penting, termasuk melalui pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan berbahan resin akrilik.
Peran Gigi Tiruan Sebagian Lepasan Resin Akrilik
Gigi tiruan sebagian lepasan merupakan solusi prostodonti untuk menggantikan satu atau beberapa gigi yang hilang. Jenis ini dapat dilepas-pasang secara mandiri oleh pasien, memudahkan dalam perawatan kebersihan.
Bahan resin akrilik dipilih karena memiliki sejumlah keunggulan, antara lain tampilan estetis yang menyerupai gigi asli, mudah diperbaiki, ringan, dan biokompatibel dengan jaringan mulut. Selain itu, bahan ini juga cukup kuat untuk menahan beban kunyah tanpa menyebabkan resorbsi tulang alveolar yang berlebihan.
Indikasi pembuatan gigi tiruan jenis ini umumnya diberikan pada pasien dengan kehilangan gigi posterior yang panjang, tidak adanya gigi penyangga (abutment), atau ketika kondisi jaringan penyangga tidak memungkinkan pembuatan gigi tiruan cekat.
Tahapan Pembuatan dan Penyusunan Gigi
Kasus yang dikerjakan melibatkan kehilangan beberapa gigi di rahang atas, yakni gigi 16, 17, 22, 24, 25, dan 26, dengan crossbite posterior pada gigi 23, 24, dan 25. Proses pembuatan dilakukan berdasarkan surat perintah kerja dari dokter gigi, dengan klasifikasi Kennedy Kelas II Modifikasi 2.
Tahapan pengerjaan dimulai dari penerimaan dan duplikasi model kerja, kemudian dilakukan survey, block out, serta pembuatan desain. Proses berikutnya adalah pembuatan lempeng dan galengan gigit, diikuti penanaman pada artikulator untuk menyesuaikan oklusi.
Selanjutnya dilakukan pembuatan klamer, yaitu:
- Klamer tiga jari pada gigi 26,
- Klamer dua jari modifikasi pada gigi 15, dan
- Klamer Gillet pada gigi 23.
Proses dilanjutkan dengan penyusunan anasir gigi agar hubungan oklusal harmonis, terutama pada area crossbite. Setelah itu dilakukan konturing, penanaman model dalam kuvet, curing, dan finishing hingga tahap akhir polishing agar permukaan gigi tiruan halus dan nyaman digunakan pasien.
[BACA JUGA: Pembuatan Restorasi Splint Crown Porcelain Fused to Metal Gigi 22 dan 23 Disertai Edge to Edge dan Resesi Gingiva]
Pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan resin akrilik pada kasus crossbite posterior ini tidak hanya mengembalikan fungsi pengunyahan, tetapi juga meningkatkan kenyamanan dan kepercayaan diri pasien. Dengan hasil yang presisi dan estetis, karya ini menjadi bukti keterampilan teknisi gigi dalam menggabungkan ilmu, ketelitian, dan kepekaan estetika.
***
Penulis: Fitriyyah Alfiyyah Nurdiana



