VOKASI NEWS – Restorasi zirkonia monolitik polikromatik berbasis CAD/CAM menjadi solusi estetis dan presisi untuk kasus edge-to-edge bite dan alveolar ridge defect pada gigi anterior.
Kehilangan gigi anterior merupakan masalah yang tidak hanya mengganggu fungsi pengunyahan, tetapi juga berdampak pada penampilan wajah dan kepercayaan diri. Kondisi ini menjadi lebih rumit apabila disertai edge-to-edge bite dan alveolar ridge defect. Kontak langsung antar tepi insisal gigi atas dan bawah pada kondisi edge-to-edge menyebabkan peningkatan tekanan oklusal dan risiko fraktur restorasi. Sementara itu, defek pada tulang alveolar mengakibatkan penurunan volume jaringan dan kolapsnya kontur bibir serta gingiva yang memengaruhi estetika senyum.
Inovasi Restorasi Menggunakan Zirkonia Monolitik Polikromatik
Pemilihan bahan zirkonia monolitik polikromatik menjadi solusi inovatif untuk kasus kehilangan gigi anterior yang kompleks. Bahan ini memiliki gradasi warna alami dari servikal ke insisal, kekuatan tekan tinggi, serta ketahanan terhadap gaya lateral. Selain itu, penggunaan sistem digital Computer-Aided Design/Computer-Aided Manufacturing (CAD/CAM) memungkinkan proses pembuatan restorasi yang presisi, efisien, dan dapat direproduksi dengan hasil yang konsisten.
Menurut penelitian Zhang dan Lawn (2019), zirkonia memiliki kekuatan lentur di atas 900 MPa dan ketahanan fraktur mencapai 9–10 MPa/m², menjadikannya bahan unggulan dalam restorasi tetap modern. Penggunaan teknologi CAD/CAM dalam proses ini juga mempercepat waktu kerja laboratorium tanpa mengurangi ketepatan adaptasi restorasi terhadap preparasi gigi.
Desain Kasus dan Proses Pembuatan
Kasus kehilangan gigi 21 dengan hubungan edge-to-edge anterior dirancang menjadi jembatan tiga unit pada gigi 11, 21, dan 22. Dokter gigi memilih desain pontik Modified Ridge-Lap karena mudah dibersihkan dan mendukung tampilan alami. Untuk mengompensasi kehilangan jaringan gingiva akibat ridge defect, digunakan aplikasi ceramic gingiva yang memberikan efek estetik tanpa tindakan pembedahan.
Prosedur pembuatan dimulai dari pemindaian model kerja, penentuan margin preparasi, dan desain anatomi oklusal melalui perangkat lunak CAD. Selanjutnya dilakukan proses nesting, milling, pelepasan sprue, dan sintering pada suhu tinggi agar restorasi mencapai kekuatan optimal. Setelah tahap fitting, restorasi menjalani proses aplikasi staining pada base gingiva, aplikasi ceramic gingiva, finishing, staining, dan glazing guna memperoleh warna alami serta kilau menyerupai enamel gigi.
Hasil dan Manfaat
Hasil akhir menunjukkan adaptasi marginal yang presisi dan kontak oklusal yang harmonis. Restorasi tampak serasi dengan jaringan sekitarnya, berkat perpaduan gradasi warna alami dari bahan zirkonia polikromatik dan penambahan ceramic gingiva. Pendekatan ini memberikan kenyamanan fungsional sekaligus meningkatkan estetika wajah tanpa memerlukan pembedahan tambahan.
Secara klinis, penggunaan bahan zirkonia monolitik polikromatik dinilai mampu mendistribusikan beban kunyah secara merata dan mengurangi risiko kegagalan restorasi akibat tekanan berlebih pada gigi anterior. Selain itu, sifat biokompatibilitasnya yang tinggi membuat bahan ini aman digunakan pada pasien dengan sensitivitas logam.
[BACA JUGA: Gigi Tiruan Nylon Thermoplastic: Solusi Estetis untuk Kasus Resesi Gingiva]
Pembuatan gigi tiruan jembatan zirkonia monolitik polikromatik pada gigi 11, 21, dan 22 dengan kasus edge-to-edge serta alveolar ridge defect membuktikan bahwa kombinasi teknologi digital CAD/CAM dengan bahan keramik modern mampu menghasilkan restorasi yang kuat, presisi, dan estetik. Inovasi ini menjadi alternatif efektif bagi perawatan anterior kompleks dengan hasil jangka panjang yang stabil dan tampilan menyerupai gigi alami.
***
Penulis: Achmad Haikal Bakir Dzulfahmi
Editor: Habibah Khaliyah



