Revolusi AI di Perpustakaan: Menavigasi Ancaman Positif dan Mengembangkan Strategi Inovatif

VOKASI – Revolusi AI di perpustakaan dapat menavigasi adanya ancaman positif dan dapat mengembangkan strategi inovatif.

Penggunaan kecerdasan buatan (AI) telah mengubah lanskap banyak industri, termasuk dunia perpustakaan.

Perpustakaan yang biasanya dianggap sebagai tempat penyimpanan buku fisik,

kini bertransformasi menjadi lembaga yang menjalankan sistem AI untuk memberikan layanan yang lebih efisien dan efektif kepada pengguna.

Revolusi AI di perpustakaan memberikan peluang besar dalam meningkatkan aksesibilitas, meningkatkan pengelolaan koleksi, dan meningkatkan pengalaman pengguna.

Namun, seperti halnya dengan teknologi baru lainnya, ada juga tantangan dan ancaman yang perlu diatasi untuk memastikan penerapan AI yang sukses di perpustakaan.

Perpustakaan telah menjadi pusat pengetahuan dan informasi selama berabad-abad.

Namun, dengan munculnya kecerdasan buatan (AI) dalam beberapa dekade terakhir, peran dan fungsi perpustakaan telah berubah secara signifikan.

Revolusi AI telah mengubah cara perpustakaan beroperasi, menawarkan peluang baru untuk mengoptimalkan layanan dan memberikan pengalaman pengguna yang lebih baik.

Namun, bersamaan dengan manfaatnya, ada juga tantangan dan ancaman yang perlu dinavigasi.

Artikel ini akan menjelajahi peran AI dalam perpustakaan, mengidentifikasi ancaman dan tantangan yang mungkin timbul,

serta menguraikan strategi inovatif yang dapat dikembangkan untuk menghadapinya.

Peran AI dalam Perpustakaan

AI telah memungkinkan perpustakaan untuk mengotomatisasi dan meningkatkan banyak aspek operasional mereka.

Misalnya, sistem pengindeksan dan pencarian berbasis AI dapat membantu dalam mengklasifikasikan dan menyusun koleksi perpustakaan,

sehingga memungkinkan pencarian yang lebih efisien dan akurat oleh pengguna.

Sistem pemrosesan bahasa alami juga dapat digunakan untuk membantu pengguna dalam mencari informasi yang relevan dalam teks-teks yang kompleks.

Selain itu, chatbot AI dapat memberikan bantuan instan kepada pengunjung perpustakaan dalam menjawab pertanyaan umum atau memberikan saran bacaan.

Salah satu aspek terpenting dari revolusi AI di perpustakaan adalah meningkatkan aksesibilitas informasi.

Dengan sistem AI yang cerdas, perpustakaan dapat menyediakan pencarian yang lebih akurat dan efisien bagi pengguna.

Teknologi pemrosesan bahasa alami (NLP) memungkinkan sistem untuk memahami dan menginterpretasikan permintaan pengguna dengan lebih baik,

menghasilkan hasil pencarian yang lebih relevan.

Selain itu, teknologi pengenalan gambar memungkinkan perpustakaan untuk menyediakan aksesibilitas visual bagi pengguna dengan cara yang lebih baik.

Dengan adanya AI, perpustakaan dapat menyediakan akses ke koleksi digital yang lebih luas, memperluas jangkauan pengguna, dan mengatasi hambatan geografis.

Serta AI dapat membantu dalam membangun profil pengguna yang lebih baik dan memberikan rekomendasi yang lebih personal kepada pengguna.

Dengan menggunakan algoritma pembelajaran mesin, perpustakaan dapat menganalisis preferensi pengguna, sejarah peminjaman,

dan pola perilaku lainnya untuk memberikan rekomendasi buku yang lebih relevan dan menarik.

Hal ini dapat meningkatkan kepuasan pengguna dan mendorong minat membaca yang lebih besar.

Tantangan AI di Perpustakaan

Namun, dengan kemajuan AI juga muncul tantangan dalam menjaga privasi pengguna dan keamanan data.

Perpustakaan harus memastikan bahwa sistem AI mereka mematuhi regulasi privasi dan perlindungan data yang berlaku,

seperti Peraturan Perlindungan Data Umum (GDPR) di Uni Eropa.

Penting bagi perpustakaan untuk mengimplementasikan kebijakan yang jelas dan transparan tentang pengumpulan, penggunaan, dan penyimpanan data pengguna.

Mereka juga harus memastikan keamanan sistem AI mereka agar terhindar dari ancaman keamanan cyber yang mungkin mencoba mengakses data sensitif pengguna.

Penggunaan AI di perpustakaan juga menimbulkan beberapa kekhawatiran.

Salah satu tekanan utama adalah kehilangan pekerjaan manusia.

Dalam beberapa kasus, implementasi AI dapat menggantikan pekerjaan yang sebelumnya dilakukan oleh staf perpustakaan.

Namun, penting untuk diingat bahwa peran AI di perpustakaan tidak mengubah sepenuhnya peran manusia, melainkan meningkatkan dan memperluas kemampuan staf.

Sebagai contoh, staf perpustakaan dapat memanfaatkan AI untuk menganalisis data pengunjung dan memberikan rekomendasi buku yang disesuaikan.

Ancaman lainnya adalah masalah privasi dan keamanan data.

Dalam penggunaan AI, perpustakaan harus mengumpulkan dan memproses jumlah data yang besar.

Data pribadi pengguna, seperti riwayat peminjaman dan preferensi baca, harus dikelola dengan hati-hati untuk menjaga privasi pengguna.

Perpustakaan harus mengembangkan kebijakan privasi yang ketat dan memastikan bahwa sistem kecerdasan buatan yang digunakan aman dari serangan cyber.

Selain itu, adopsi AI juga menimbulkan pertanyaan tentang etika dan bias.

Algoritma AI cenderung mengacu pada data yang ada untuk membuat keputusan dan rekomendasi.

Jika data tersebut tidak mewakili keragaman dan inklusi, maka keputusan yang dibuat oleh sistem AI dapat menjadi bias dan tidak adil.

Perpustakaan harus memastikan bahwa data yang digunakan oleh sistem AI mencakup beragam perspektif dan menghindari masalah.

Penting juga untuk memiliki pengawasan manusia yang tepat dalam penggunaan dan pelatihan sistem AI, untuk meminimalkan risiko bias dan membuat keputusan yang lebih tepat dan adil.

Strategi Inovatif yang Bisa dikembangkan oleh Perpustakaan

Untuk menghadapi tantangan dan ancaman ini, perpustakaan perlu mengembangkan strategi inovatif.

Pertama, perpustakaan perlu memastikan bahwa implementasi AI didasarkan pada prinsip inklusi dan aksesibilitas.

Hal ini berarti AI harus dirancang untuk melayani semua anggota masyarakat, termasuk mereka yang memiliki keterbatasan fisik atau akses terbatas terhadap teknologi.

Kedua, perpustakaan perlu melibatkan staf dalam proses implementasi AI.

Menggandeng staf perpustakaan dalam pengembangan dan pelaksanaan teknologi AI akan membantu mengurangi kekhawatiran kehilangan pekerjaan,

dan memastikan bahwa keahlian manusia tetap relevan dan bernilai.

Staf perpustakaan dapat dilibatkan dalam pelatihan AI dan didorong untuk memanfaatkan AI guna meningkatkan pelayanan kepada pengguna.

Selain itu, kolaborasi dengan pihak eksternal juga penting dalam perpustakaan inovatif yang strategis.

Perpustakaan dapat bekerja sama dengan lembaga pendidikan, perusahaan teknologi, atau komunitas AI untuk mengembangkan solusi AI yang relevan dan bermanfaat.

Ini dapat meliputi pengembangan chatbot cerdas yang dapat memberikan rekomendasi bacaan yang lebih akurat atau sistem pengenalan wajah untuk mempercepat proses pendinginan.

Selain itu, perpustakaan perlu memprioritaskan literasi AI bagi pengguna mereka.

Memberikan pelatihan dan edukasi kepada pengguna tentang konsep dasar AI, etika penggunaan,

dan manfaatnya akan membantu membangun pemahaman yang lebih baik tentang teknologi ini.

Ini juga akan membantu mengatasi ketakutan dan kekhawatiran yang mungkin dimiliki oleh pengguna terkait dengan penggunaan AI.

Catatan untuk Perpustakaan

Dalam rangka navigasi revolusi AI di perpustakaan, penting bagi perpustakaan untuk tetap fokus pada misi intinya sebagai pusat pengetahuan dan pendidikan.

AI dapat menjadi alat yang kuat dalam mencapai tujuan ini, tetapi manusia harus tetap berada di pusatnya.

Dengan menggabungkan kecerdasan buatan dengan keahlian manusia, perpustakaan dapat memanfaatkan potensi penuh AI untuk meningkatkan pelayanan kepada pengguna,

sambil menjaga nilai-nilai inti perpustakaan yang tidak dapat dimuat oleh teknologi.

Dalam kesimpulan, revolusi AI membawa perubahan signifikan bagi perpustakaan.

Dengan strategi inovatif yang tepat, perpustakaan dapat memanfaatkan potensi AI positif dan mengatasi tantangan yang muncul.

Kunci kesuksesan adalah menggabungkan kecerdasan buatan dengan keahlian manusia, menjaga inklusi dan aksesibilitas, melibatkan staf perpustakaan, berkolaborasi dengan pihak eksternal,

dan memprioritaskan literasi AI bagi pengguna.

Dengan demikian, perpustakaan akan tetap relevan dan memainkan peran penting dalam masyarakat yang semakin terhubung secara digital.

 

Referensi :

Bolanle, AR (2020). Kecerdasan Buatan dan Tantangan Perpustakaan dan Kepustakawanan. Filsafat dan Praktek Perpustakaan, 2020.

Brynjolfsson, E., & McAfee, A. (2017). Bisnis kecerdasan buatan. Tinjauan Bisnis Harvard, 95(1), 2017.

Kim, JH, Trimi, S., & Chung, J. (2014). Aplikasi big data di sektor pemerintahan. Komunikasi ACM, 57(3), 2014.

Kumar, N. (2019). Kecerdasan buatan dan pembelajaran mesin di perpustakaan. Dalam Tren Terkini dalam Ilmu Informasi (hlm. 213-219). Springer, Singapura.

Pillai, S., & Yaldram, K. (2020). Evaluasi Empiris Kecerdasan Buatan dan Keefektifannya pada Perpustakaan Umum. Jurnal IFLA, 46(4), 2020.

***

Penulis : Erni Erviani

Editor : Tim Branding Fakultas Vokasi Universitas Airlangga 2023