VOKASI UNAIR

Sedekah Bumi Desa Made Surabaya

Sedekah bumi/penulis

VOKASI NEWS – Sedekah Bumi Desa Made menjadi simbol syukur warga atas limpahan hasil panen. Tradisi tahunan di Desa Made, Kecamatan Sambikerep, Surabaya, ini dikenal sebagai “Tegal Deso”.

Kegiatan ini mencerminkan rasa terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rezeki dari bumi, seperti hasil pertanian yang melimpah, serta keselamatan bagi masyarakat. Selain itu, tradisi ini menghormati leluhur yang telah mewariskan budaya Jawa. Dalam pelaksanaannya, Sedekah Bumi mengandung doa agar warga terhindar dari bencana dan terus hidup harmonis dengan alam. Bagi masyarakat, tradisi ini bukan sekadar upacara, melainkan bagian tak terpisahkan dari identitas budaya Jawa yang memperkuat kebersamaan.

Rangkaian Acara Penuh Tradisi

Pelaksanaan Sedekah Bumi berlangsung selama empat hari setiap September-Oktober. Pada 20 Oktober 2022, doa bersama digelar di Punden Singo Joyo, mengawali rangkaian dengan khidmat. Keesokan harinya, 21 Oktober, pagelaran wayang kulit dan tayub waranggono memeriahkan lokasi yang sama, menarik perhatian warga dari berbagai usia. Hari ketiga, 22 Oktober, menampilkan uyon-uyon tayub di Balai Kelurahan Desa Made, memperkaya nuansa seni tradisional. Puncak acara pada 23 Oktober menghadirkan Kirab Tumpeng Agung. Warga mengarak tumpeng dan ancak—susunan hasil panen seperti tomat, timun, cabai, jeruk, apel, hingga semangka—yang dibentuk menyerupai hewan, menara, atau desain unik lainnya. Kirab ini diiringi musik gamelan, menciptakan suasana meriah.

Setelah berkeliling desa, prosesi ruwatan dilaksanakan di Punden Singo Joyo, di mana warga memanjatkan doa syukur. Antusiasme terlihat saat warga berebut ancak dan tumpeng. Sore hari, okol—gulat tradisional mirip sumo dengan atribut udeng dan selendang—digelar, menampilkan ketangkasan pegulat lokal. Malamnya, kesenian ludruk Jawa Timur di Balai Kelurahan menutup hari dengan hiburan khas.

Dampak Budaya dan Kebersamaan

Tradisi ini berlanjut dengan “Made Bersholawat” pada 12 November 2022, mengundang Habib Hanif Al-Hadad. Acara yang diselenggarakan remaja masjid di Balai Kelurahan ini dihadiri warga lokal dan luar desa, menambah semarak kebersamaan. Sedekah Bumi tidak hanya melestarikan budaya, tetapi juga mengajarkan nilai syukur kepada Tuhan dan penghormatan kepada leluhur. Kegiatan ini mempererat hubungan antarwarga, menciptakan rasa solidaritas yang kuat. Melalui kirab, seni tradisional, dan doa bersama, tradisi ini mengingatkan bahwa rezeki berasal dari Tuhan dan alam. Dengan menjaga warisan ini, Desa Made memperkuat identitas budaya Jawa di tengah modernisasi, menjadikannya daya tarik wisata budaya di Surabaya. Tradisi ini juga menginspirasi generasi muda untuk menghargai akar budaya, memastikan kelangsungan nilai-nilai luhur di masa depan.

[BACA JUGA: Insan Kampus Berkontribusi untuk Negeri: Dialog Inspiratif Dekan Vokasi UNAIR di Radio Suara Muslim]

***

Penulis : Alvina Erdiansyah Putri

Editor : Oky Sapto Mugi Saputro – Tim Branding Fakultas Vokasi UNAIR

Share Media Sosmed

Pilihan Kategori

Name Link
Form permohonan peliputan, publikasi dan penerbitan
Panduan Prosedur Peliputan
Panduan Penulisan Artikel

Pastikan karya kamu sesuai panduan yang ada ya voks, tetap semangat!