Seminar Kewirausahaan OSHTEN 2024: Menyongsong Era Revolusi Industri 5.0

VOKASI NEWS – Seminar kewirausahaan OSHTEN 2024 diselenggarakan untuk menyongsong era revolusi industri 5.0.

Pada Minggu, 22 September 2024, Himpunan Mahasiswa Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Universitas Airlangga kembali menggelar seminar kewirausahaan tahunan, OSHTEN (Occupational Safety and Health to be Entrepreneurship). Tahun ini, seminar mengangkat tema yang sangat relevan dengan perkembangan zaman, yaitu “Inovasi Kewirausahaan untuk Menyongsong Era Revolusi Industri 5.0.” Seminar ini diadakan di Aula Moh. Hatta, Gedung Ex-Pusba, Kampus B Universitas Airlangga. Pembicara utama yang berpengalaman dalam bidang kewirausahaan dan teknologi pun diundang dalam kegiatan tersebut. Adapun narasumber yang diundang ialah Dr. Rahmat Yuliawan, S.E., M.M., CHRM., CPM Asia, seorang Dosen Kewirausahaan Fakultas Vokasi sekaligus konsultan UMKM, dan Nur Maulida Al Badriyah, mahasiswa sekaligus awardee AYE yang sukses berwirausaha di bidang F&B.

Kegiatan ini mendapat respon positif dari para mahasiswa baru Program Studi K3, yang menjadi peserta utama. Terlihat antusiasme tinggi dalam menggali wawasan baru tentang cara mempersiapkan diri menghadapi tantangan dan peluang di era Revolusi Industri 5.0. Sebagaimana diketahui bersama bahwa saat ini integrasi antara manusia dan teknologi semakin terjalin erat melalui inovasi yang mendalam.

Revolusi Industri 5.0: Era Baru Kolaborasi Manusia dan Teknologi

Dr. Rahmat Yuliawan membuka sesi pertama dengan memaparkan gambaran umum tentang Revolusi Industri 5.0. Menurutnya, jika Revolusi Industri 4.0 menekankan otomatisasi dan penggunaan teknologi seperti Internet of Things (IoT), kecerdasan buatan (AI), dan robotika. Maka Revolusi Industri 5.0 membawa pendekatan yang lebih humanistik. Teknologi canggih tidak hanya dimanfaatkan untuk meningkatkan efisiensi, tetapi juga untuk menciptakan lingkungan kerja yang inklusif. Tentunya dengan memperhatikan aspek emosional dan sosial manusia.

“Revolusi Industri 5.0 bukan tentang menggantikan manusia dengan teknologi, melainkan bagaimana teknologi membantu manusia bekerja dengan lebih baik, lebih kreatif, dan lebih kolaboratif,” ujar Dr. Rahmat Yuliawan.

Rahmat menambahkan bahwa pengusaha harus mampu menggabungkan kemampuan analitis dan kreativitas dengan pemanfaatan teknologi secara tepat, tidak hanya untuk efisiensi, tetapi juga untuk menciptakan solusi yang berkelanjutan. Pengalaman pribadinya dalam menggunakan AI untuk meningkatkan interaksi dengan pelanggan dan analisis big data menjadi contoh konkret bagaimana teknologi dapat mendukung bisnis.

Inovasi sebagai Kunci Kewirausahaan

Sesi kedua dilanjutkan oleh Nur Maulida Al Badriyah, yang lebih akrab disapa Kak Yaya. Kak Yaya menekankan pentingnya inovasi dalam kewirausahaan. Menurutnya, inovasi tidak selalu berarti menciptakan produk baru, tetapi lebih kepada bagaimana pengusaha bisa melihat peluang di tengah perubahan besar dalam masyarakat.

“Inovasi sering kali muncul dari kebutuhan, bukan dari keinginan,” tegasnya.

Kak Yaya juga menyoroti bahwa inovasi di era Revolusi Industri 5.0 harus diselaraskan dengan tren kewirausahaan sosial, yang tidak hanya fokus pada keuntungan finansial, tetapi juga dampak positif bagi lingkungan dan masyarakat.

Kak Yaya juga menekankan pentingnya kolaborasi dalam menciptakan inovasi.

“Generasi muda yang akan menjadi pelaku wirausaha di masa depan harus memiliki pola pikir yang inovatif, mampu menciptakan solusi yang relevan, dan tentu saja adaptif terhadap perubahan teknologi,” ujarnya.

Diskusi Interaktif dan Rekomendasi untuk Pengusaha Muda

Setelah kedua pemateri menyampaikan materi, sesi tanya jawab dan diskusi interaktif dimulai. Para peserta, mayoritas mahasiswa baru yang bercita-cita menjadi wirausaha, sangat antusias mengajukan pertanyaan seputar tantangan membangun usaha di era digital. Seorang peserta bertanya tentang cara memulai usaha berbasis teknologi tanpa modal besar. Dr. Rahmat Yuliawan menekankan pentingnya mencari mitra strategis dan memanfaatkan sumber daya yang ada, seperti jaringan universitas dan relasi bisnis.

“Mulailah dari yang kecil, tetapi dengan visi yang jelas dan kemauan untuk terus belajar,” ujarnya.

Kak Yaya juga memberikan saran bagi pengusaha muda untuk berani bereksperimen dengan ide-ide baru dan tidak takut gagal.

“Kegagalan adalah bagian dari proses inovasi. Yang penting adalah bagaimana kita belajar dari kegagalan itu dan bangkit dengan ide yang lebih baik,” tutupnya.

Seminar OSHTEN 2024 ini berhasil memberikan wawasan yang bermanfaat bagi peserta dalam menghadapi tantangan di era Revolusi Industri 5.0. Dengan menekankan pentingnya inovasi, kolaborasi, dan adaptasi terhadap teknologi, seminar ini diharapkan mampu menginspirasi generasi muda untuk menjadi penggerak perubahan yang lebih besar, serta menciptakan solusi bisnis yang tidak hanya menguntungkan, tetapi juga berkelanjutan dan berdampak positif bagi masyarakat.

***

Penulis : Binta Khoirurrosyida

Editor : Oky Sapto Mugi Saputro – Tim Branding Fakultas Vokasi UNAIR