Storytelling Sejarah Perdagangan di Jembatan Merah Surabaya Karya Fani Kurnia Sindi

VOKASI NEWS – Storytelling menjadi peran penting dalam dunia pemasaran di kalangan masyarakat. Dengan adanya storytelling, masyarakat mampu menerima informasi melalui cerita yang menarik. Dari laporan Harvard Business Review menjelaskan bahwa otak manusia secara alami akan merespon cepat ketika mendengarkan orang sedang bercerita dengan narasi dibandingkan berbentuk konten. 

Promosi Pariwisata Surabaya Menggunakan Storytelling

Promosi masuk kedalam strategi dalam pemasaran yang harus dilakukan untuk membujuk, mempengaruhi, dan memberikan informasi. Hal tersebut berguna untuk mengambil keputusan dalam sebuah pembelian agar terjadinya pertukaran dalam pemasaran. Dari tahun ke tahun menunjukkan bahwa storytelling mengenai suatu produk dapat meningkatkan nilai persepsi audience hingga 2,706%. Laporan tersebut diteliti oleh jurnalis Robert Walker dengan John Glenn tahun 2019. 

Mempromosikan suatu produk dengan storytelling tidak hanya dapat digunakan untuk penjualan produk saja, namun juga bisa mempromosikan pariwisata. Bentuk pariwisata tersebut salah satunya ada di Kota Surabaya. Kota Surabaya juga biasa dikenal dengan sebutan Kota Pahlawan. Surabaya yang memiliki sejarah perjuangan panjang seperti aksi heroisme masyarakat Surabaya pada kejadian di tanggal 10 November 1945. 

BACA JUGA: Yuk Intip Keseruan Magang Mahasiswa D3 Paramedik Veteriner di Zona Australiana The Grand Taman Safari Prigen

Kota dengan seribu kenangan dan perjuangan ini sangat strategis sekali pada zaman dahulu maka dari itu. Banyak sekali pemerintahan Kolonial Belanda yang memposisikannya sebagai aktivitas perdagangan yang terletak pada Koridor Jalan Rajawali di ujung barat Jembatan Merah. Dinas Kebudayaan, Kepemudaan dan Olahraga, serta Pariwisata Kota Surabaya memiliki berbagai strategi untuk memperkenalkan wisata Surabaya. Salah satunya yaitu melalui city branding dengan promosi-promosi melalui berbagai produk dan platform media sosial. 

Sejarah Perdagangan di Jembatan Merah Surabaya

Menurut Dinas Kearsipan Kota Surabaya 2020, Jembatan Merah Surabaya merupakan monumen bersejarah yang biasa disebut dengan Roode Brug. Jembatan Merah dibangun dikarenakan adanya sebuah perjanjian antara pihak Verenigde Oostindische Compagnie (VOC) dengan Pakubuwono II. 

Perjanjian tersebut menyebutkan bahwa beberapa daerah pantai utara termasuk Surabaya, diserahkan kepada VOC. Belanda mendirikan Benteng Retracement yang sekarang menjadi Jl. Rajawali, Jl. Merak, dan Jl. Elang. Dalam pembangunan Benteng Retracement tentunya terdapat beberapa isi yang bisa memenuhi kebutuhan para tentara Belanda dalam masa penjajahan. 

Jembatan Merah Surabaya dibangun pada tanggal 1809 yang berguna untuk menghubungkan wilayah timur Kalimas dan wilayah barat sungai Kalimas. Dahulu juga Jembatan Merah memiliki peran yang penting, dikarenakan menjadi penghubung antara orang Eropa dengan orang Timur (China, Arab, Melayu). Tahun 1905, Kota Surabaya berubah status menjadi Gemeente (Kota Madya) saat itulah perkembangan Kota berjalan sangat pesat dan sedikit demi sedikit Kota Lama ditinggalkan dan hanya menjadi daerah perdagangan saja. 

Pasca kemerdekaan Indonesia pada tanggal 27 Oktober 1945 terjadi penyebaran pamflet yang mengakibatkan para pejuang Surabaya melakukan penyerangan kepada pihak sekutu. Tanggal 28 Oktober 1945 terjadi pertempuran yang berlangsung hingga tiga hari tiga malam yang dikenal sebagai Pertempuran Babak Pertama. Dari pertempuran tersebut mengakibatkan jatuhnya pejuang arek-arek Suroboyo dan pihak sekutu. 

Tanggal 30 Oktober 1945 terdapat perundingan antara Presiden Soekarno dengan Mayor Jenderal D.C. Hawthorn. Pertemuan tersebut membuat diakuinya Republik Indonesia secara de facto dengan syarat. Dengan hasil tersebut masih saja terdapat pertempuran di daerah kawasan Jembatan Merah dan Gedung Internatio. Tidak lama kemudian terjadilah pertempuran yang menewaskan banyak sekali pribumi atau arek-arek Suroboyo dan termasuk Brigadir Jenderal Mallaby.

Dari pertempuran tersebut, menjadikan Jembatan Merah sebagai monumen bersejarah tentang perjuangan arek-arek Suroboyo dan sekutu. Hingga saat ini Jembatan Merah (Roode Brug) menjadi kawasan perdagangan dan tempat wisata yang harus dijaga. 

***

Penulis: Fani Kurnia Sindi

Editor: Puspa Anggun Pertiwi