VOKASI NEWS – Studi Etnobotani tentang pemanfaatan tumbuhan Kecemcem oleh masyarakat Desa Wisata Pengliputan.
Berdasarkan tradisi lintas budaya, sudah sejak lama masyarakat Indonesia mempraktikan penggunaan aneka ragam tumbuhan obat. Pengetahuan penduduk tentang aneka ragam jenis tumbuhan obat dan tata cara pengobatannya merupakan hasil warisan turun-temurun. Indonesia tidak hanya kaya akan keanekaragaman hayati dan ekosistemnya. Akan tetapi juga memiliki keanekaragaman suku/etnis dengan pengetahuan tradisional dan budaya yang berbeda dan unik yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Adat dan etnis yang beragam masing-masing dilaksanakan dan dilestarikan baik secara keagamaan maupun kepercayaan kelompok masyarakat pada suatu daerah. Adat dan budaya ini dapat berupa pengobatan tradisional yang sebagian besar memanfaatkan berbagai jenis tumbuhan.
Etnobotani adalah bidang pengetahuan yang mengkaji mengenai hubungan timbal balik secara menyeluruh antara masyarakat lokal dengan alam lingkungannya. Tentu yang meliputi pengetahuan mengenai sumber daya alam tumbuhan. Salah satu desa tradisional di Bali yang erat kaitannya dengan etnobotani adalah Desa Wisata Penglipuran yang terletak di Kabupaten Bangli. Desa Wisata Penglipuran memiliki tradisi dalam pemanfaatan tumbuhan yang sudah dipraktikkan secara turun temurun salah satunya adalah tumbuhan kecemcem. Tumbuhan kecemcem memiliki peran penting dalam kehidupan Desa ini. Namun pengetahuan etnobotani masyarakat terkait tumbuhan kecemcem dapat terancam punah karena perubahan budaya dan lingkungan, serta perubahan dalam praktik pertanian dan kehidupan sehari-hari.
BACA JUGA: Keuntungan Magang di Kemitraan Sapi Perah Greenfields Indonesia
Kajian etnobotani di Desa Wisata Penglipuran mengenai tumbuhan Kecemcem sangat penting dilakukan. Penting untuk mengetahui pengetahuan Masyarakat Desa Wisata Penglipuran dalam pemanfaatan tumbuhan tersebut. Oleh karena itu, penelitian mengenai tumbuhan kecemcem bermanfaat untuk menggali potensi tanaman obat lokal. Potensi tanaman obat lokal sebagai sumber obat-obatan alami yang dapat digunakan sebagai alternatif bagi obat-obatan kimia. Penelitian ini merupakan langkah awal untuk mendokumentasikan pengetahuan tradisional masyarakat Desa Wisata Penglipuran. Harapannya pengetahuan tradisional tersebut dapat diketahui dan diwariskan kepada generasi selanjutnya.
Penelitian Mahasiswa
Mahasiswa Fakultas Vokasi UNAIR melakukan penelitian selama tiga bulan, mulai Maret hingga Mei 2024. Pada bulan pertama, mahasiswa melakukan survei. Survei dilakukan untuk mengidentifikasi lokasi dan keberadaan tumbuhan kecemcem di sekitar lokasi penelitian. Selanjutnya, pada bulan kedua dan ketiga dilakukan pengumpulan data secara langsung dari masyarakat setempat. Tujuannya untuk mengetahui pemanfaatan tumbuhan Kecemcem dalam pengobatan tradisional. Penelitian ini berlokasi di Desa Wisata Penglipuran Kabupaten Bangli Provinsi Bali.
Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh mahasiswa menunjukkan bahwa tumbuhan Kecemcem dapat mengatasi 10 jenis keluhan sakit. 10 penyakit yang dimaksud ialah susah BAB, panas dalam, hipertensi, gusi berdarah, maag, batuk, kencing batu, susah BAK, kurang nafsu makan dan diare. Cara pengolahan daun kecemcem adalah dengan cara diblender, ditumbuk atau digiling. Bagian tumbuhan kecemcem yang digunakan sebagai pengobatan tradisional adalah bagian daun. Cara penggunaan yaitu dikonsumsi melalui proses pengolahan hingga menjadi ramuan atau minuman khas tradisional Desa Wisata Penglipuran yang disebut loloh cemcem. Dosis penggunaan disesuaikan kebutuhan pasien dengan lama pengobatan 1-3 hari sesuai dengan keluhan sakit.
***
Penulis : Sri Ardi Winda Cahyani – D4 Pengobat Tradisional
Editor : Oky Sapto Mugi Saputro – Tim Branding Fakultas Vokasi UNAIR
