VOKASI UNAIR

Surabaya Tourism Management in Colonial Period (1906-1945)

VOKASI NEWS – Penulis: M. Nilzam Aly

Genetika Pariwisata Surabaya Era Kolonial

Sekitar tahun 1908 muncul sebuah perundingan antara pemerintah yang diwakili oleh Gubernur Jendral Van Heutsz (1904-1909) dan beberapa perwakilan pihak swasta yang bekerja di bidang kepariwisataan. Tujuan pertemuan itu adalah untuk merumuskan sebuah perhimpunan (vereeniging) yang bergerak di bidang pariwisata. Setelah persiapan yang cukup lama, akhirnya dibentuk sebuah perhimpunan kepariwisataan di Hindia Belanda dengan nama Vereeneging Toeristen Verkeer (VTV) yang kemudian diresmikan pada tanggal 13 April 1908. Di tahun yang sama pula VTV telah menyusun kepengurusan di tingkat daerah seperti susunan kepengurusan VTV di Surabaya dipimpin oleh A. E Dinger, J. De Greve, dan HJ. De Bruijn (Sunjayadi, 2007).

Melihat arah perkembangan pariwisata yang cukup potensial, menjadikan Pemerintah Surabaya saat itu melakukan pengembangan dan perbaikan fasilitas. Tujuannya untuk meningkatkan jumlah kunjungan serta memperlama masa kunjungan wisatawan di Surabaya. Pengembangan ini dibawah kendali Dinas Pekerjaan Umum (Wethouder voor Publieke Werken), yang mengurusi masalah pembangunan fasilitas publik. Pembuatan buku-buku promosi untuk wisatawan yang mengangkat tema tentang atraksi wisata di Surabaya juga dibuat oleh VTV bekerja sama dengan pemerintah kota. Diantara atraksi wisata di Surabaya yang sering dipromosikan adalah Sungai Kalimas, Pelabuhan Surabaya, Kampung Arab, Makam Sunan Ampel, Kawasan Pecinan, Kebun Binatang, dan Pasar Malam Tahunan (Jaarmakt).

Persepsi Wisatawan tentang Surabaya

Sekitar tahun 1914 Cabaton, seorang peneliti kesehatan asal Prancis berkunjung ke Surabaya. Penduduk Surabaya digambarkan oleh cabaton sangat aktif dalam kegiatan jual beli dan penduduk Jawa asli di Surabaya turut terseret dalam aktivitas ini khususnya di pelabuhan, meskipun Surabaya memiliki iklim kurang bersahabat, persediaan dan kualitas air minum yang buruk, dan ancaman penyakit kolera (Cabaton, 1920).

Persepsi yang agak kritis diungkapkan oleh wisatawan asal Belanda bernama HW. Ponder sekitar tahun 1920an. Ponder bercerita tentang permukiman Surabaya yang sangat menakjubkan khususnya di kawasan pemukiman Eropa. Kondisi berbeda terletak di pemukiman penduduk lokal yang banyak terdapat jalan sempit atau gang yang dianggap Ponder sebagai deretan rumah boneka (rows of dolls’s houses).

Selengkapnya kunjungi : http://news.unair.ac.id/2020/06/30/desain-tata-kelola-pariwisata-di-surabaya-era-kolonial/ 

Artikel : https://produccioncientificaluz.org/index.php/utopia/article/view/32118/33561
Penulis: M. Nilzam Aly

Share Media Sosmed

Pilihan Kategori

Name Link
Form permohonan peliputan, publikasi dan penerbitan
Panduan Prosedur Peliputan
Panduan Penulisan Artikel

Pastikan karya kamu sesuai panduan yang ada ya voks, tetap semangat!