Terapi Akupunktur Turunkan Insomnia bagi Penderita Diabete Melitus Tipe 2

VOKASI NEWS – Berdasarkan prevalensi diabetes melitus tipe 2 Riskesdas pada tahun 2018 usia 45-54 tahun memiliki presentase 3,88 % dan pada usia 55-64 tahun memiliki presentase 6,29 %. Pada tahun 2019 berdasarkan data WHO, diabetes menjadi penyebab dari 1,5 juta kematian dan 48% dari seluruh kematian akibat diabetes terjadi sebelum usia 70 tahun. Prevalensi berdasarkan jenis kelamin perempuan sebesar 1,8%  lebih besar dibanding laki-laki dimana sebesar 1,2%. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Patel dan kawan-kawan pada tahun 2018, wanita berusia lebih dari 45 tahun 1,7 kali lebih mungkin mengalami insomnia dibanding pria.

Bagaimana Mekanisme Insomnia pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2?

Insomnia adalah suatu persepsi seseorang yang merasa memiliki kualitas tidur yang buruk sehingga menyebabkan perasaan tidak bugar setelah bangun tidur. Kondisi hiperglikemia pada penderita diabetes melitus tipe 2 dapat membuat kortisol meningkat yang dikeluarkan korteks adrenal karena perangsangan hipotalamus, sehingga menyebabkan rangsangan susunan syaraf pusat otak. Tubuh menjadi waspada dan menjadi sulit tidur. Gejala yang timbul pada penderita diabetes melitus tipe 2 seperti polyuria (sering berkemih atau buang air kecil), polydipsia (rasa haus berlebih) dan polyphagia (rasa lapar berlebihan) di malam hari, sehingga menyebabkan penderita sulit untuk mendapat kualitas tidur yang baik.

Faktor yang Mempengaruhi Insomnia

Emosi, usia dan jenis kelamin turut berkontribusi dalam menyebabkan insomnia pada pasien diabetes mellitus. Kondisi emosi terutama rasa cemas dan gangguan stress pada penderita diabetes melitus dapat menurunkan waktu istirahat tidur. Bertambahnya usia menyebabkan penurunan sensitivitas insulin berakibat kadar gula darah tidak terkontrol dan meningkatkan kunjungan ke kamar mandi dan frekuensi terbangun. Perempuan lebih beresiko menderita diabetes melitus tipe 2 karena pada perempuan memiliki peluang peningkatan indeks massa tubuh, serta penurunan hormone estrogen yang terjadi pada masa menopause. Sehingga membuat perempuan dengan usia lanjut mengalami gangguan tidur. Insomnia dapat menimbulkan beberapa masalah, seperti :

  • Sensasi tidak normal saat tidur
  • Terjaga ditengah malam
  • Mengantuk di siang hari
  • Gangguan konsentrasi
  • Gangguan fisik
  • Gangguan psikis
  • Peningkatan resiko kecelakaan

Dalam Traditional Chinese Medicine (TCM) insomnia disebabkan tujuh emosi abnormal, pola makan tidak benar, terlalu lelah dan aktivitas seksual berlebih. Kondisi tersebut menyebabkan disfungsi dari organ jantung, hati, limpa, ginjal dan kekurangan darah.

Manfaat Terapi Akupunktur

Secara farmakologis insomnia dapat ditangani dengan obat penenang, antikonvulsan, opioid, dan nonsteroidal anti-inflammatory drugs (NSAID). Penggunaan klinis jangka panjang dibatasi karena efek samping yang dapat ditimbulkan seperti reaksi alergi, kecanduan, dan reaksi gastrointestinal. Oleh karena itu terapi akupunktur hadir sebagai pengobatan tradisional china yang memberikan kontribusi sebagai salah satu cara menjaga kesehatan. Penusukan dengan jarum akupunktur dapat merangsang kelenjar pineal untuk mengeluarkan melatonin yang berfungsi memperbaiki kualitas tidur.

Titik Akupunktur Apa Saja yang Dapat Digunakan

Titik-titik yang dapat digunakan untuk manangani insomnia diantaranya seperti titik Zusanli (ST 36) dikombinasikan Sanyinjiao (SP 6) dapat menguatkan Qi dan darah. Zhongwan (CV 12) dikombinasikan dengan Zusanli (ST 36) dapat menguatkan limpa dan lambung. Taixi (KI 3) untuk menguatkan ginjal, Taichong (LR 3) untuk membersihkan api hati. Hegu (LI 4) dan Shenmen (HT 7) menenangkan Shen/jiwa sehingga dapat membantu tidur dan meningkatkan darah jantung. Terapi akupunktur dapat dilakukan sebanyak 3x dalam seminggu selama 1 bulan. Kelebihan penggunaan terapi akupunktur adalah sedikit efek samping yang dihasilkan, merupakan pengobatan komplementer yang aman dan efektif.

Penulis : Firda Ifa Lestiana

Dosen Pembimbing : Ario Imandiri, Tjitra Wardani