Terapi Pijat Jawa Sebagai Salah Satu Pengobatan Non-Farmakologi Dalam Penanganan Konstipasi Pada Remaja

VOKASI NEWS – Konstipasi atau sembelit merupakan salah satu gangguan pencernaan yang sering dialami masyarakat, terutama remaja. Gangguan ini ditandai dengan kesulitan buang air besar, frekuensi defekasi kurang dari tiga kali seminggu, tinja keras, dan nyeri saat mengejan. Kondisi ini umum terjadi pada wanita, lansia, dan anak-anak, serta dapat menurunkan kualitas hidup penderitanya. Selain menyebabkan ketidaknyamanan, konstipasi yang tidak ditangani dalam waktu lama dapat menimbulkan komplikasi seperti impaksi feses, hemoroid, hingga kanker kolon.

Penanganan konstipasi secara konvensional umumnya dengan mengkonsumsi obat golongan laksatif. Namun, jika obat ini dikonsumsi dalam jangka waktu yang panjang dapat menyebabkan diare, mual, dan kram perut. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan pengobatan tradisional untuk mengatasi konstipasi, salah satunya dengan pemberian terapi pijat jawa.

Alur pijat jawa melewati area perut, punggung bawah, dan pinggul yang diyakini memiliki hubungan erat dengan fungsi pencernaan. Pijatan pada area perut membantu mengurangi ketegangan otot, meningkatkan aliran darah ke organ pencernaan. Dengan begitu, hal ini dapat merangsang saraf parasimpatis pada usus, dan menjadikan peristaltik usus yang lemah menjadi meningkat. Sementara itu, pijatan pada punggung bawah dan pinggul bertujuan untuk merelaksasi otot-otot yang menopang organ panggul dan meningkatkan sirkulasi saraf yang mengontrol fungsi usus

Hasil Penanganan Konstipasi pada Remaja

Setelah dilakukan terapi pijat jawa sebanyak 7 kali, diperoleh hasil yang cukup memuaskan. Dari 21 responden, tidak ada yang mengalami diare, alergi terhadap minyak, atau hal-hal yang tidak diinginkan lainnya.

Untuk mengukur tingkat keparahan konstipasi, penilaian menggunakan ODS (Obstructed Defecation Syndrome) Longo Score. Semakin rendah skornya, berarti kondisi konstipasinya semakin membaik. Hasil pada kelompok perlakuan mengalami penurunan rata-rata skor ODS Longo sebesar 58%. Sedangkan pada kelompok kontrol yang tidak diberi terapi apapun selama penelitian, diperoleh hasil penurunan rata-rata skor ODS Longo sebesar 2%.

Secara statistic, terdapat perbedaan signifikan antara kelompok perlakuan dan kontrol dengan nilai p < 0,05 yang bermakna terdapat pengaruh pemberian terapi pijat jawa terhadap penurunan skor ODS Longo. Skor penurunan ODS Longo mayoritas responden kelompok perlakuan secara spesifik terjadi pada kategori frekuensi BAB, kesulitan mengejan, perasaan tidak tuntas, dan waktu yang diperlukan untuk BAB.

Jadi, dapat kita simpulkan bahwa pijat jawa terbukti efektif dalam menangani konstipasi, sehingga dapat dijadikan alternatif terapi non-farmakologi yang aman dan mudah diterapkan. Dengan demikian, pijat jawa dapat menjadi solusi inovatif dalam penanganan konstipasi, terutama bagi masyarakat yang ingin menghindari efek samping obat-obatan kimia. 

BACA JUGA: [Tanggap Cepat PT X Dalam Menghadapi Penerbitan SP2DK]

***

Penulis : Rahmadita Ainun Habibah

Editor: Oky Sapto Mugi Saputro