VOKASI NEWS – Tingkat keberhasilan inseminasi buatan pada sapi friesian holstein (FH) di KPUD Tani Wilis Sendang Kabupaten Tulungagung.
KPUD Tani Wilis di Kecamatan Sendang, Kabupaten Tulungagung, menjadi salah satu wilayah sentra peternakan sapi perah dengan populasi sapi Friesian Holstein (FH) yang tinggi. Peternak menggunakan inseminasi buatan (IB) sebagai metode utama untuk meningkatkan produktivitas susu. Mereka mengevaluasi keberhasilan program ini dengan mengukur dua parameter, yaitu Service per Conception (S/C) dan Conception Rate (CR).
Selama periode Agustus hingga Oktober 2024, dilakukan pengamatan terhadap 150 ekor sapi FH yang menjalani inseminasi buatan. Hasilnya menunjukkan sebanyak 117 ekor berhasil bunting. Dari jumlah tersebut, 91 ekor bunting setelah satu kali IB, 23 ekor setelah dua kali IB, dan tiga ekor setelah tiga kali IB. Berdasarkan data tersebut, nilai S/C tercatat sebesar 1,8, sementara nilai CR mencapai 60,6 persen. Keduanya termasuk dalam kategori baik menurut standar keberhasilan reproduksi sapi perah.
Faktor Penentu Keberhasilan Program IB
Beberapa faktor memengaruhi keberhasilan inseminasi buatan, salah satunya adalah keterampilan teknis inseminator. Petugas IB di KPUD Tani Wilis telah mengikuti pelatihan resmi dan mengantongi sertifikat dari Balai Besar Inseminasi Buatan (BBIB) Singosari. Selain SDM, kualitas straw juga penting. Inseminator harus menggunakan straw yang memenuhi standar Kementerian Pertanian, yaitu mengandung minimal 24 juta spermatozoa per dosis dengan motilitas minimal 45 persen.
Pakan turut memengaruhi kesuburan sapi. Peternak di KPUD Tani Wilis umumnya memberikan pakan berupa rumput gajah, silase tebon jagung, dan konsentrat lokal dengan kandungan protein tinggi. Ketepatan waktu pelaksanaan IB juga menjadi kunci keberhasilan. Pelaporan tanda birahi oleh peternak harus akurat, sehingga inseminasi dapat dilakukan pada waktu optimal, yakni 12–18 jam setelah tanda pertama muncul.
Dukungan Lingkungan dan Evaluasi Berkelanjutan
Lingkungan geografis KPUD Tani Wilis yang sejuk turut mendukung kenyamanan sapi FH. Suhu wilayah yang berkisar antara 20–27°C relatif ideal untuk ternak perah, sehingga membantu menekan stres dan meningkatkan produktivitas. Evaluasi berkala terhadap nilai S/C dan CR perlu dilakukan untuk memastikan kualitas reproduksi tetap optimal.
Keberhasilan program inseminasi buatan di KPUD Tani Wilis menjadi contoh praktik peternakan yang terkelola dengan baik. Peternak dan inseminator perlu terus melakukan evaluasi, mengikuti pelatihan SDM, serta memastikan standar pakan dan straw terpenuhi guna meningkatkan keberhasilan inseminasi buatan (IB) di masa mendatang dan memperkuat ketahanan pangan berbasis produk hewani.
[BACA JUGA: Prevalensi Fasciolosis pada Sapi di RPH Prajekan]
***
Penulis:
Editor: Habibah Khaliyah