Tinjauan Mendalam Mengenai Penyebab dan Gejala Tuberkulosis Paru

VOKASI NEWS – Tuberkulosis (TB) adalah infeksi menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Infeksi TB disebabkan oleh lima bakteri, yaitu Mycobacterium tuberculosis, Mycobacterium bovis, Mycobacterium africanum, Mycobacterium microti, dan Mycobacterium canettii. Hingga saat ini, bakteri Mycobacterium tuberculosis adalah yang paling umum dan dapat menyebar antar manusia. Penyakit TB biasanya menyerang paru-paru, tetapi juga bisa menyerang tempat lain. Penularannya terjadi ketika seseorang yang memiliki penyakit TB aktif di paru-parunya batuk atau bersin, dan itu menyebar melalui udara.

Mycobacterium tuberculosis yang termasuk famili Mycobacteriaceace yang berbahaya bagi manusia. Bakteri ini memiliki dinding sel lipoid yang tahan asam dan memiliki waktu mitosis 12 hingga 24 jam. Bakteri ini juga rentan terhadap sinar matahari dan sinar ultraviolet, sehingga akan mati dalam waktu yang cepat. Jenis bakteri Mycobacterium tuberculosis juga rentan terhadap panas, mati dalam waktu 2 menit di air bersuhu 1000ºC. Bakteri Mycobacterium tuberculosis akan mati jika terkena alkohol 70% atau lisol 50%.

Mycobacterium tuberculosis dapat bertahan dalam jaringan tubuh selama beberapa tahun, tetapi kemudian dapat aktif kembali dan menyebabkan penyakit pada penderita. Sifat aerobik mikroorganisme ini, yang membutuhkan oksigen untuk melakukan metabolisme, menunjukkan bahwa Mtb lebih suka jaringan yang kaya oksigen. Tekanan di bagian apikal paru-paru lebih tinggi daripada jaringan lainnya, sehingga area ini menjadi tempat yang ideal untuk pertumbuhan bakteri Mtb

Prevalensi Kasus Tuberkulosis (TB) di Indonesia

Tuberkulosis ini menyebar melalui droplet di udara, sehingga seorang penderita tuberkulosis paru dapat menyebarkan tuberkulosis paru ke orang-orang di sekitarnya. Sampai saat ini, tuberkulosis paru masih menjadi masalah kesehatan utama di Indonesia dan di seluruh dunia. Tuberkulosis menjadi salah satu dari sepuluh tertinggi penyebab kematian di seluruh dunia. Pada tahun 2022 Indonesia menempati peringkat kedua setelah India dengan jumlah kasus sebanyak 969 ribu dan kematian 93 ribu per tahun atau setara dengan 11 kematian per jam. 

Kasus TB di Indonesia pada tahun 2021 sebesar 969.000, atau 354 per 100.000 penduduk. Jumlah kematian akibat TB diperkirakan sebesar 144.000, atau 52 per 100.000 penduduk. Jumlah kematian akibat TB-HIV diperkirakan sebesar 6.500, atau 2,4 per 100.000 penduduk. Berdasarkan data dari Kemenkes RI tahun 2018, kasus TB terbanyak ditemukan pada kelompok usia 25-34 tahun yaitu sebanyak 18,2%. Sedangkan kelompok umur 45-54 tahun sebesar 17,1% serta pada kelompok umur 35-44 tahun sebesar 16,4%. 

Kerentanan infeksi TB paru pada usia >60 tahun terjadi karena lansia diatas 60 tahun memiliki sistem kekebalan tubuh lebih lemah atau menurun dibandingkan dengan orang yang lebih muda. Lansia memiliki lebih banyak kesempatan untuk terpapar TB, terutama jika tinggal di daerah dengan prevalensi TB yang tinggi atau memiliki kontak dengan orang yang terinfeksi TB. Faktor-faktor ini dapat meningkatkan risiko untuk terinfeksi TB.

Faktor dan Diagnosis Infeksi TB Pada Manusia

Faktor resiko penyebaran infeksi TB paru antara lain umur, tingkat pendapatan, kontak langsung dengan penderita, kondisi lingkungan, pola hidup, kondisi sosial. Gejala khas tuberkulosis paru antara lain demam, keringat malam, rasa lelah yang tidak biasa, batuk produktif, dan hemoptisis. Pada orang dewasa yang tidak mengalami gangguan kekebalan, penyakit  berkembang secara perlahan. Namun pada anak-anak dan orang dengan gangguan kekebalan, tuberkulosis fulminan dapat berkembang secara tiba-tiba. Batuk yang berlangsung lebih dari 3 minggu harus selalu langsung digolongkan sebagai tuberculosis paru.

BACA JUGA: Peran Vital Aset Tetap dalam Kesinambungan Bisnis serta Strategi Pengelolaan dan Tantangan yang Dihadapi

Pada tuberkulosis paru, diagnosis etiologinya didasarkan pada hasil pemeriksaan kultur, mikroskopis, dan pemeriksaan tambahan (sebaiknya pemeriksaan yang memberikan hasil cepat). Jika hasil laboratorium menunjukkan negatif, diagnosis klinis dan tes tambahan diperlukan. Jenis pemeriksaan tambahan yang bisa dilakukan, di antara lain seperti pemeriksaan radiologis, pemeriksaan bakteriologis, pemeriksaan darah. World Health Organization (WHO) merekomendasikan kultur sebagai metode pemeriksaan gold standard untuk diagnosis penyakit TB paru. Isolasi organisme penting untuk diagnosis tepat dan untuk menguji kerentanan obat fenotipik.

***

Penulis: Vania Ardiya Putri

Editor: Puspa Anggun Pertiwi