Typical Values pada Pemeriksaan CTA Head and Neck di RSUA sebagai Bentuk Optimisasi Radiasi

VOKASI NEWS – Typical values pada pemeriksaan CTA (Computed Tomography Angiography) kepala dan leher di RSUA (Rumah Sakit Universitas Airlangga) sebagai bentuk optimisasi radiasi.

Computed Tomography Angiography (CTA) kepala dan leher adalah pemeriksaan radiologi yang digunakan untuk memvisualisasikan pembuluh darah dari arcus aorta hingga circle of Willis. Dengan tambahan media kontras, pemeriksaan ini melibatkan tiga tahap scanning: pre-kontras, fase arteri, dan fase delay, sehingga menghasilkan dosis radiasi yang lebih tinggi dibandingkan CT Scan tanpa kontras. Kekhawatiran global terhadap dosis radiasi tinggi muncul karena risiko biologis yang menyertainya.

Optimisasi Radiasi dengan Prinsip ALARA

Optimisasi pemeriksaan CTA bertujuan untuk meminimalkan dosis radiasi sambil tetap mempertahankan kualitas diagnostik. Hal ini mengikuti prinsip ALARA (As Low As Reasonably Achievable) dengan mengontrol faktor-faktor eksposur seperti tegangan tabung sinar-X (kV), arus tabung (mA), ukuran kolimasi, dan pitch. Selain itu, penggunaan Dose Reference Level (DRL) yang diperkenalkan oleh ICRP pada 1996 menjadi alat penting dalam pengendalian dosis radiasi medis.

Parameter dosis utama untuk optimisasi adalah:

  • Computed Tomography Dose Index Volume (CTDIvol): Mengukur paparan per irisan tanpa mempertimbangkan panjang pemindaian.
  • Dose Length Product (DLP): Mengintegrasikan dosis sepanjang pemindaian untuk memperkirakan total energi yang diberikan.
Data Optimisasi di RS Universitas Airlangga

Di Rumah Sakit Universitas Airlangga, pemeriksaan CTA head and neck melibatkan tiga kali scanning dengan nilai dosis sebagai berikut:

  • CTDIvol: Rata-rata 39,73 mGy.
  • DLP: Rata-rata 4315 mGy·cm.

Fase pre-kontras menunjukkan nilai CTDIvol dan DLP tertinggi akibat penggunaan faktor eksposur yang lebih tinggi dibandingkan fase lainnya. Data ini penting untuk mengevaluasi efisiensi protokol dan membantu BAPETEN dalam menetapkan Indonesian Dose Reference Level (I-DRL).

[Gambar: Dose Protocol Report Salah Satu Pasien yang Menampilkan data CTDIvol dan DLP pada pemeriksaan CTA Head and Neck]

[BACA JUGA: KNV 2024, Kolaborasi 3 Bidang Soroti Potensi Kecerdasan Buatan Era Digital]

Optimisasi melalui kontrol faktor eksposur dan evaluasi indikator dosis seperti CTDIvol dan DLP dapat menurunkan risiko radiasi bagi pasien. Implementasi protokol berbasis DRL memungkinkan pemeriksaan diagnostik yang aman dan efektif sesuai standar internasional.

***

Penulis            : Salsabila Aprilia Zain

Pembimbing    : Lailatul Muqmiroh dan Ghinaa Rihadatul

Prodi               : D4 Teknologi Radiologi Pencitraan

Editor              : Oky Sapto Mugi Saputro – Tim Branding Fakultas Vokasi UNAIR