Virtual Reality sebagai Media Pembelajaran CT-Scan: Tingkat Penerimaan Mahasiswa

Virtual Reality sebagai Media Pembelajaran CT-Scan: Tingkat Penerimaan Mahasiswa_Dokumen Istimewa

VOKASI NEWS – Mahasiswa Universitas Airlangga menyambut positif VICA, media pembelajaran CT-Scan berbasis Virtual Reality yang interaktif dan efektif.

Kemajuan teknologi telah membawa perubahan besar dalam dunia pendidikan, khususnya di bidang kesehatan. Salah satu inovasi yang kini mulai diadopsi adalah penggunaan Virtual Reality (VR) sebagai media pembelajaran. Di Program Studi D4 Teknologi Radiologi Pencitraan Universitas Airlangga, aplikasi VR bernama VICA (Virtual Reality CT-Scan) dikembangkan untuk membantu mahasiswa memahami prosedur CT-Scan secara interaktif dan imersif. Artikel ini mengulas hasil penelitian mengenai tingkat penerimaan mahasiswa terhadap penggunaan VICA sebagai media pembelajaran, berdasarkan model Technology Acceptance Model (TAM).

Simulasi CT-Scan Berbasis VR dan Analisis Penerimaan Mahasiswa

VICA adalah aplikasi berbasis VR yang mensimulasikan seluruh proses pemeriksaan CT-Scan, mulai dari persiapan pasien, pelaksanaan pemeriksaan, hingga komunikasi dengan pasien. Mahasiswa dapat merasakan pengalaman seolah-olah berada di ruang CT-Scan sungguhan, lengkap dengan instrumen, suara, dan interaksi yang menyerupai dunia nyata. Fitur utama VICA meliputi:

  • Menu Materi: Penjelasan instrumen CT-Scan dan prosedur pemeriksaan.
    Simulasi Interaktif: Mahasiswa dapat melakukan identifikasi pasien, mengoperasikan alat, hingga melihat hasil citra.
  • Lingkungan 3D: Visualisasi ruang tunggu, ruang persiapan, ruang pemeriksaan, dan ruang operator.

Penelitian ini menggunakan TAM untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi penerimaan teknologi oleh mahasiswa. Lima variabel utama yang diukur:

  1. Perceived Ease of Use (PEOU): Kemudahan penggunaan aplikasi.
  2. Perceived Usefulness (PU): Manfaat yang dirasakan dari penggunaan aplikasi.
  3. Attitude Toward Using (ATU): Sikap mahasiswa terhadap penggunaan aplikasi.
  4. Behavioral Intention to Use (BI): Niat mahasiswa untuk menggunakan aplikasi di masa depan.
  5. Actual System Use (ASU): Penggunaan nyata aplikasi oleh mahasiswa.

[BACA JUGA: Belajar CT-Scan Lebih Percaya Diri dengan Teknologi Virtual Reality]

Respon Mahasiswa terhadap VICA: Efektivitas, Kendala, dan Solusi

Tingkat penerimaan mahasiswa berdasarkan faktor PEOU (Kemudahan Penggunaan) sebesar 95,59% mahasiswa merasa VICA mudah digunakan, meski 13,98% masih mengalami kesulitan dalam mengoperasikan fitur tertentu. Berdasarkan faktor PU (Manfaat Penggunaan) sebesar 96,11% mahasiswa menilai VICA bermanfaat, terutama dalam mengenal alat CT-Scan dan meningkatkan pemahaman materi. Faktor ATU (Sikap Terhadap Penggunaan) sebesar 84,71% mahasiswa bersikap positif, namun hampir setengahnya (47,15%) mengalami pusing jika menggunakan VICA terlalu lama. Faktor BI (Niat Menggunakan di Masa Depan) sebesar 89,76% mahasiswa berniat menggunakan VICA lagi, meski hanya 78,75% yang ingin menjadi pengguna pertama di setiap kesempatan. Pada faktor ASU (Penggunaan Nyata), 100% mahasiswa menerima dan akan terus menggunakan VICA sebagai media pembelajaran CT-Scan.

Sebagian mahasiswa merasa perlu belajar dua hal sekaligus, materi CT-Scan dan cara menggunakan VICA. Solusi yang disarankan adalah pembuatan modul dan video tutorial yang mudah dipahami. Mahasiswa merasa waktu pembelajaran kurang efisien karena harus menunggu giliran menggunakan VICA. Penjadwalan dan tutorial mandiri dapat membantu mengatasi masalah ini. Pusing akibat penggunaan VR terlalu lama menjadi kendala utama. Disarankan adanya SOP penggunaan, pembatasan durasi, serta peningkatan spesifikasi perangkat untuk mengurangi efek samping.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengembangan teknologi pembelajaran seperti VICA harus memperhatikan kebutuhan dan kenyamanan pengguna. Keterlibatan aktif mahasiswa dapat ditingkatkan dengan dukungan tutorial, SOP, dan integrasi VR ke dalam kurikulum secara sistematis.

Penggunaan Virtual Reality sebagai media pembelajaran CT-Scan di Universitas Airlangga mendapat sambutan positif dari mahasiswa. Tingkat penerimaan yang tinggi menunjukkan bahwa inovasi ini efektif dalam meningkatkan pemahaman dan keterampilan praktis. Namun, tantangan seperti adaptasi teknologi dan cybersickness perlu diatasi dengan strategi yang tepat. Ke depan, pengembangan konten, pelatihan, dan integrasi VR dalam kurikulum akan menjadi kunci sukses transformasi pembelajaran di bidang kesehatan.

***

Penulis: Nabilah Aulia Darmana

Editor: Habibah Khaliyah