VOKASI NEWS – Dalam era industri 4.0, Indonesia mengalami perubahan besar di berbagai industri yang membutuhkan keterampilan pekerja. Namun, pendidikan vokasi mengalami masalah ketika dunia usaha dan industri membutuhkan kualitas lulusan yang siap berkerja.
Untuk itu, pemerintah perlu melakukan pembenahan penguatan keterampilan pekerja agar terwujudnya keterampilan kerja yang berkualitas. Pendidikan vokasi membutuhkan waktu yang lebih banyak dan fleksibel dalam pembelajaran terutama pada pendidikan tinggi.
Potret Kondisi Pendidikan Vokasi Menjawab Kebutuhan Industri
Berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pengangguran di Indonesia pada tahun 2021 didominasi oleh lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sekisar 9,42%. Diploma sendiri berada di peringkat ke-5 setelah universitas dengan persentase 4,59%. Jumlah angka pengangguran secara nasional sebanyak 8,4 juta jiwa per Februari 2022.
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) berkomitmen untuk meningkatkan kompetensi sumber daya manusia (SDM) untuk mendukung implementasi industri 4.0. Langkah strategis ini, dapat memacu produktivitas dan inovasi sehingga mendorong pertumbuhan ekonomi nasional dan meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia.
Profil Pendidikan Vokasi
Sebagai lembaga pendidikan tertinggi, Pendidikan Tinggi Vokasi (Diksi) memiliki peran sebagai pencetak generasi penerus yang dapat menjadi jembatan percepatan dalam menangani masalah pendidikan di Indonesia.
Dengan kata lain, perguruan tinggi menjadi agen perubahan. Kewajiban tersebut telah tertuang dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu: (1) Pendidikan dan Pengajaran, (2) Penelitian dan Pengembangan, (3) Pengabdian Kepada Masyarakat.
Saat ini, kreativitas dan inovasi menjadi hal penting untuk memastikan pembangunan berkelanjutan Indonesia unggul dimasa depan. Mahasiswa di perguruan tinggi vokasi harus disiapkan menjadi lulusan yang terampil dan berivensi.
Kebijakan Merdeka Belajar-Kampus yang telah ditetapkan pada Peraturan Mendikbud No.3 Tahun 2020. Kebijakan tersebut memberikan hak kepada mahasiswa untuk belajar di luar program studi selama tiga semester.
Melalui program ini, akan memberikan kesempatan luas bagi mahasiswa untuk berkreativitas serta memperkaya wawasan sehingga kompetensinya relevan dengan kebutuhan zaman. Secara khusus, program pendidikan vokasi diarahkan untuk menghasilkan lulusan yang menguasi kemampuan dalam bidang kerja tertentu sehingga dapat langsung diserap sebagai tenaga kerja di Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI).
Harapan Presiden Republik Indonesia
Program Kampus Merdeka merupakan salah satu wujud nyata pemerintah dalam menyiapkan SDM unggul secara nyata mendapat dukungan penuh dari Presiden Jokowi. Pasalnya, program yang memberikan kesempatan bagi mahasiswa belajar di luar program studi dan lintas budaya ini memberikan harapan baru bagai pendidikan Tanah Air.
Presiden Joko Widodo menegaskan bahwa masyarakat perlu beradaptasi dengan keahlian dan sektor pekerjaan baru. Pendekatan ini diperlukan karena bonus demografi harus dimanfaatkan sebaik mungkin sebagai sarana agar Indonesia bisa masuk ke dalam 5 besar negara dengan ekonomi terkuat di dunia pada tahun 2045.
Tantangan Tenaga Kerja Masa Depan
Dalam menjawab tantangan dalam era revolusi industri, kebijakan pemerintah dalam merevitalisasi pendidikan kejuruan mencakup sistem pembelajaran, pendidikan, dan tenaga pendidikan, peserta didik, dan satuan pendidikan yang saling terhubung satu sama lainnya.
Peserta didik tidak hanya sebagai pengguna teknologi namun dapat menghasilkan suatu produk, misalnya aplikasi/software, kercedasan buatan, desain, produk industri, produk pembelajaran, mesin, dan komoditas lainnya. Peran pengajar pada pendidikan vokasi juga harus bertransformasi, harus mampu mengikuti perkembangan teknologi supaya tidak merasa ketertinggalan.
Prospek Pendidikan Vokasi Dengan Keahlian Terapan
Pendidikan vokasi dengan keahlian terapan semakin diminati oleh masyarakat Indonesia. Hal ini terlihat dari peningkatan jumlah pendaftar di perguruan tinggi vokasi, baik di politeknik maupun akademi. Menurut data Kemendikbudristek 2021, terdapat lebih dari 2 juta siswa yang mengikuti pendidikan vokasi dari 4.000 SMK di seluruh Indonesia.
Perguruan tinggi vokasi juga semakin meluas dan berkembang, dengan peningkatan jumlah dari sebelumnya 4.773 menjadi 4.810 pada tahun 2021. Selain itu, pemerintah terus mendorong pengembangan perguruan tinggi dengan memberikan program-program pendanaan dan dukungan lainnya.
Dalam prospek pendidikan vokasi dengan keahlian terapan, perguruan tinggi harus terus beradaptasi dengan perkembangan teknologi dan kebutuhan industri. Pendidikan vokasi harus mampu menghasilkan lulusan yang siap kerja dan mampu bersaing di pasar global. Perguruan tinggi vokasi juga harus mampu memanfaatkan teknologi digital dan revolusi industri 4.0 untuk memperkuat keterampilan lulusannya.
Pemerintah dan dunia usaha perlu bekerja sama untuk memperkuat pendidikan vokasi dengan keahlian terapan. Pemerintah dapat memberikan program-program pendanaan dan dukungan lainnya, sedangkan dunia usaha dapat memberikan pelatihan dan kesempatan kerja bagi lulusan perguruan tinggi vokasi.
Diharapkan dengan pembenahan dan penguatan keterampilan pekerja yang berkualitas, akan terwujud kemampuan kerja yang lebih baik dan mampu memacu produktivitas,
serta inovasi sehingga mendorong pertumbuhan ekonomi nasional dan meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia. Pendidikan vokasi dengan keahlian terapan akan terus berkembang dan menjadi salah satu solusi dalam mengatasi masalah pengangguran dan menghasilkan SDM yang berkualitas di Indonesia.
Penulis: Muhammad Duiqi Alfiansyah
Editor: Tim Branding Fakultas Vokasi Universitas Airlangga