VOKASI NEWS – Dispepsia adalah suatu sindrom atau kumpulan gejala dengan rasa tidak nyaman berupa rasa nyeri atau terbakar pada epigastrium. Biasanya ditandai dengan kembung, cepat merasa kenyang, rasa penuh setelah makan, mual, muntah, dan sering bersendawa. Prevalensi dispepsia di Asia tercatat sekitar 8-30%. Menurut data Kemenkes (2016), prevalensi dispepsia di Indonesia cukup tinggi terutama di Kota Surabaya tercatat sebesar 31,2%.
Dispepsia merupakan kondisi umum yang mempengaruhi banyak orang, terutama pada mahasiswa dengan rentang usia 18-25 tahun. Banyak faktor yang dapat menyebabkan tingginya prevalensi dispepsia di kalangan mahasiswa. Contohnya yaitu mahasiswa sering menghadapi tekanan akademis dan sosial yang tinggi hingga menyebabkan stres atau bahkan depresi, pola makan yang tidak teratur karena jadwal kuliah yang padat, sering mengonsumsi kafein agar tetap terjaga saat mengerjakan tugas, pola tidur tidak teratur, dan kurangnya aktivitas fisik.
Salah satu faktor psikologis yang mempengaruhi dispepsia yaitu depresi. Gangguan depresi adalah gangguan yang ditandai dengan kesedihan, kehilangan minat atau kesenangan, perasaan bersalah atau harga diri yang rendah, gangguan tidur atau nafsu makan, perasaan lelah, dan konsentrasi yang buruk. Depresi dapat berlangsung lama atau berulang, secara mendasar mengganggu kemampuan seseorang untuk menjalankan aktivitasnya di tempat kerja atau sekolah atau menghadapi kehidupan sehari-hari.
Manfaat Terapi Akupunktur bagi Penderita Dispepsia
Penanganan dispepsia dapat dilakukan secara farmakologi dan nonfarmakologi. Adapun pendekatan penanganan dispepsia secara farmakologi dengan obat antasida. Antasida dapat menetralkan asam Lambung dan efektif meredakan nyeri. Antasida digunakan untuk meredakan gejala nyeri ulu Hati namun tidak terlalu membantu dalam menangani dispepsia fungsional (Shellack et al., 2015).
Penanganan dispepsia secara non-farmakologi dapat dilakukan terapi akupuntur. Akupuntur adalah pengobatan yang dilakukan dengan cara menusuk jarum pada daerah permukaan tubuh. Tujuan utama dalam terapi akupuntur, yaitu untuk menyeimbangkan energi dalam tubuh manusia (Abdurachman et al., 2015). Pada kasus dispepsia dapat diatasi dengan titik ST34 Liangqiu dan PC6 Neiguan.
Titik ST34 Liangqiu sebagai titik akumulasi organ Lambung yang membantu menurunkan Qi Lambung, menggerakkan Qi dan darah agar tidak terjadi stagnasi, serta mengatasi gejala dispepsia (Macioca, 2008). Sedangkan titik PC6 Neiguan adalah titik utama untuk mempengaruhi bagian atas dan tengah Lambung. Titik ini bertugas untuk menurunkan Qi Lambung yang memberontak dan mengatasi gejalanya. Selain itu, titik PC6 Neiguan juga bermanfaat untuk menggerakkan Qi pada tingkat emosional agar rileks, menenangkan pikiran dan menstimulasi Jiwa Ethereal, mengatasi masalah mental emosional dan depresi.
Penelitian Keefektifan Terapi Akupunktur
Penelitian ini menggunakan desain penelitian kuantitatif eksperimental dengan rancangan Pretest-Posttest Control Group Design. Pada penlitian ini menggunakan dua kelompok yaitu kelompok perlakuan dan kelompok kontrol dengan jumlah total 34 responden. Responden dengan kriteria perempuan yang berusia 18-25 tahun.
Kelompok perlakuan diberi intervensi terapi akupuntur titik ST34 Liangqiu dan PC6 Neiguan selama 20 menit dan dilakukan manipulasi rotasi selama 2 menit. Sedangkan, kelompok kontrol diberi intervensi terapi akupuntur titik non-akupuntur (NP4) selama 15 menit tanpa dilakukan manipulasi rotasi. Penelitian dilakukan selama 30 hari.
Hasil Penelitian
Data yang telah diuji menunjukkan bahwa terdapat penurunan skor kuesioner SF-LDQ (dispepsia) pada kelompok perlakuan (p=0,015) berbeda bermakna dengan kelompok kontrol (p=0,889). Sedangkan, penurunan skor kuesioner HDRS-17 (depresi) pada kelompok perlakuan (p=0,029) tidak berbeda bermakna dengan kelompok kontrol (p=0,013). Penelitian terapi akupuntur pada titik ST34 Liangqiu dan PC6 Neiguan menunjukkan adanya pengaruh perubahan tingkat keparahan dispepsia dan tingkat depresi responden.
Terapi akupuntur juga menunjukkan adanya penurunan gejala dispepsia dan gangguan emosi pada responden. Pada hasil uji korelasi pearson menunjukkan hasil posttest kuesioner SF-LDQ dan HDRS-17 pada kelompok perlakuan diperoleh nilai p-value sebesar 0,003 yang menunjukkan nilai p < 0,05 yang berarti terdapat hubungan yang signifikan. Lalu, nilai korelasinya sebesar 0,682 yang berarti hubungan korelasi kuat. Jadi, terapi ini juga menunjukkan bahwa adanya hubungan yang signifikan antara tingkat keparahan dispepsia dan tingkat depresi. Sehingga, jika terjadi penurunan tingkat depresi, maka tingkat dispepsia akan menurun dan sebaliknya.
BACA JUGA: Pengaruh Pemberian Terapi Akupunktur Terhadap Perubahan Tekanan Darah Penderita Hipertensi
***
Penulis: Nayun Putri Iqroma
Editor: Puspa Anggun Pertiwi