VOKASI NEWS – Pengaruh Drama Korea Selatan, atau drakor, telah merambah Indonesia melalui gelombang Hallyu sejak 1990-an.
Dengan popularitas 49,2% di Indonesia (Statista, 2019), drakor seperti Winter Sonata dan Endless Love 2 menarik 2,8 juta penonton di lima kota besar saat pertama ditayangkan (Arisman, 2014). Fenomena ini mencerminkan keberhasilan diplomasi budaya Korea Selatan, yang memanfaatkan kualitas produksi tinggi untuk menembus pasar global.
Drakor tidak hanya hiburan, tetapi juga cerminan globalisasi budaya. Namun, popularitasnya menimbulkan tantangan bagi media lokal Indonesia, yang kalah bersaing di tengah preferensi masyarakat terhadap streaming drakor. Artikel ini mengulas dampak Hallyu di Indonesia dan langkah yang perlu diambil media lokal untuk menghadapi persaingan.
Hallyu dan Popularitas Drakor di Indonesia
Gelombang Hallyu dimulai ketika stasiun televisi Indonesia menayangkan drakor pada 1990-an, memicu lonjakan penonton (Doobo, 2005). Kini, 54% masyarakat Indonesia memilih drakor karena kualitas produksi, akting, dan sinematografi yang unggul (Angelia, 2022). Platform streaming memperkuat tren ini, memudahkan akses ke judul-judul seperti Crash Landing on You dan Itaewon Class. Data menunjukkan drakor mendominasi preferensi dibandingkan acara televisi lokal, yang sering dianggap kurang inovatif (Arisman, 2014).
Keberhasilan Korea Selatan terletak pada strategi diplomasi budaya, mengemas nilai tradisional dalam format modern. Ini mendorong minat global terhadap bahasa, kuliner, dan pariwisata Korea, sekaligus menantang industri hiburan lokal untuk meningkatkan standar.
Tantangan dan Peluang Media Lokal
Dominasi drakor menekan konsumsi media lokal, dengan penurunan penonton acara televisi nasional. Untuk bersaing, industri hiburan Indonesia perlu meningkatkan kualitas produksi, mulai dari naskah hingga sinematografi. Investasi dalam pelatihan aktor, penulis, dan kru teknis dapat menghasilkan konten yang menarik, seperti serial bertema budaya lokal.
Indonesia kaya akan budaya, dari tarian Bali hingga cerita rakyat Jawa, yang berpotensi mendunia jika dikemas apik. Pemerintah dapat mendukung melalui insentif ekonomi kreatif, seperti dana produksi atau pelatihan. Meski prosesnya kompleks, langkah ini dapat menyaingi Hallyu, mempromosikan budaya Indonesia secara global.
[BACA JUGA: Insan Kampus Berkontribusi untuk Negeri: Dialog Inspiratif Dekan Vokasi UNAIR di Radio Suara Muslim]
Drakor telah mengubah lanskap hiburan Indonesia, menawarkan pelajaran sekaligus tantangan. Dengan strategi yang tepat, media lokal dapat memanfaatkan kekayaan budaya untuk bersaing di panggung internasional, menciptakan gelombang budaya Indonesia sendiri.
***
Penulis : Ahista Febianti
Editor : Oky Sapto Mugi Saputro – Tim Branding Fakultas Vokasi UNAIR