Pemantauan Lingkar Perut sebagai Skrining Dini Risiko Paru dan Kardiometabolik

Pemantauan Lingkar Perut sebagai Skrining Dini Risiko Paru dan Kardiometabolik_Google

VOKASI NEWS – Pemantauan lingkar perut penting untuk mendeteksi dini risiko gangguan paru dan metabolik pada usia produktif.

Sindrom metabolik atau yang biasa disebut juga sebagai sindrom X menurut WHO didefinisikan sebagai keadaan patologis yang ditandai dengan adanya obesitas sentral, resistensi insulin, hipertensi, dan hiperlipidemia (Romadhoni, Syarifuddin and Husna, 2023). Data Riskesdas menunjukkan bahwa prevalensi obesitas sentral meningkat dari 26,6% menjadi 31,0% dalam lima tahun. Mahasiswa termasuk kelompok usia muda yang rentan mengalami sindrom metabolik.

Gaya hidup sedenter berkontribusi pada peningkatan lemak tubuh, terutama di area perut. Penumpukan lemak intraabdomen dapat menekan kerja diafragma dan tulang rusuk. Hal ini menyebabkan penurunan volume ekspirasi dan meningkatnya hambatan pernapasan. Dampaknya adalah penurunan nilai VO2max dan PEFR yang mengganggu kebugaran kardiopulmoner.

Faktor Resiko Obesitas Sentral 

Obesitas sentral terjadi ketika lemak berlebih menumpuk di area perut atau abdomen. Lemak visceral berperan dalam memicu pelepasan hormon dan protein proinflamasi. Senyawa tersebut berhubungan dengan penyakit kardiovaskular seperti hipertensi dan penyakit jantung. Risiko ini lebih tinggi pada individu dengan distribusi lemak tipe android atau “apple-shaped” (Maranressy et al., 2023).

Akumulasi lemak intra-abdomen dapat mengganggu fungsi pernapasan dengan membatasi gerakan mekanik costae dan diafragma. Hal tersebut meningkatkan resistensi pernapasan, menurunkan arus puncak ekspirasi (PEFR), dan menyebabkan hipoventilasi. Gangguan ini menghambat pertukaran gas dan menurunkan kapasitas aerobik (VO2max). Oleh karena itu, lingkar perut penting sebagai indikator risiko penurunan fungsi respirasi dan kebugaran kardiorespirasi, khususnya pada mahasiswa usia produktif.

Skrining Antropometrik dan Deteksi Dini

Lingkar perut merupakan indikator antropometrik untuk mendeteksi distribusi lemak tubuh secara praktis. Pengukuran ini dilakukan di antara tulang rusuk terbawah dan puncak tulang panggul (crista iliaca). Posisi tubuh saat pengukuran harus tegak dengan distribusi berat badan yang seimbang. Ketegangan pita ukur juga memengaruhi hasil pengukuran.

Menurut WHO, batas lingkar perut yang menunjukkan risiko pada populasi Asia adalah 90 cm untuk pria dan 80 cm untuk wanita. Lingkar perut yang melebihi batas tersebut dikategorikan sebagai obesitas sentral. Kondisi ini perlu diwaspadai sebagai faktor risiko awal penyakit metabolik. Pemantauan secara rutin dapat menjadi upaya pencegahan dini.

Pengukuran yang akurat membantu dalam skrining gangguan metabolik dan fungsi paru. Lingkar perut berlebih sering kali berkaitan dengan penurunan kapasitas paru. Hal ini dapat mengurangi efisiensi pertukaran gas dalam tubuh. Penurunan kapasitas aerobik juga menjadi konsekuensi jangka Panjang.

Gizi Seimbang dan Perilaku Hidup Sehat

Pola makan bergizi seimbang membantu mengendalikan berat badan dan kadar lemak tubuh. Asupan tinggi serat, rendah lemak jenuh, dan minim gula tambahan disarankan setiap hari. Sayuran hijau, buah segar, biji-bijian, dan protein nabati mendukung kesehatan metabolik.
Konsumsi air putih yang cukup membantu proses metabolisme dan pembuangan racun tubuh.

Perilaku hidup sehat meliputi manajemen stres, istirahat cukup, dan kebersihan diri.
Pola tidur yang teratur menjaga keseimbangan hormon dan sistem imun.
Menghindari rokok dan alkohol juga penting untuk menjaga integritas sistem metabolik.
Gabungan pola makan sehat dan gaya hidup aktif memberikan perlindungan terhadap sindrom metabolik.

Latihan Fisik dan Komposisi Tubuh

Peningkatan kesadaran akan pentingnya aktivitas fisik perlu ditanamkan sejak usia muda. Aktivitas seperti lari, jogging, dan latihan otot perut mendukung penurunan lemak tubuh. Latihan fisik juga meningkatkan kapasitas kardiorespirasi serta metabolisme tubuh. Program latihan rutin berkontribusi terhadap stabilitas berat badan dan fungsi paru.

Aktivitas fisik mampu meningkatkan VO2max dan PEFR melalui adaptasi fisiologis paru dan otot pernapasan. Latihan otot perut memperkuat tekanan intra-abdomen saat ekspirasi. Hal ini membantu mengeluarkan udara secara lebih efisien. Latihan rutin dapat memperbaiki postur, sirkulasi, dan kualitas hidup secara keseluruhan.

[BACA JUGA: Hati-Hati! Terlalu Lama Pakai Flat Shoes Bisa Picu Nyeri Tumit]

***

Penulis : Elfa Sofiyana – D4 Fisioterapi

Dosen Pembimbing : Andriati, Akhmad Susiloaji

Editor: Habibah Khaliyah