Diagnostic Wax-Up Rahang Atas pada Kasus Gigitan Terbalik

Diagnostic Wax-Up Rahang Atas pada Kasus Gigitan Terbalik_Dokumen Istimewa

VOKASI NEWS- Prosedur diagnostic wax-up pada kasus gigitan terbalik rahang atas untuk membantu perencanaan restorasi gigi yang tepat, fungsional, dan estetis.

Crossbite merupakan kondisi ketidaksesuaian posisi antara gigi atas dan bawah, di mana satu atau beberapa gigi rahang atas berada di bagian lingual atau palatal terhadap gigi antagonisnya. Kondisi ini dapat terjadi pada regio anterior maupun posterior dan berdampak pada estetika senyum, fungsi pengunyahan, serta kenyamanan sendi temporomandibular (TMJ).

Secara umum, crossbite terbagi menjadi dua jenis, yaitu anterior crossbite dan posterior crossbite. Anterior crossbite terjadi ketika gigi depan rahang atas berada di belakang gigi depan rahang bawah pada posisi oklusi sentrik. Sementara itu, posterior crossbite ditandai dengan hubungan gigi posterior yang tidak normal secara buccolingual antara rahang atas dan rahang bawah.

Peran Diagnostic Wax-Up dalam Penanganan Crossbite

Kasus yang ditangani menunjukkan gigitan terbalik pada rahang atas dengan nilai overjet –3 mm dan overbite +2 mm. Kondisi ini disertai kehilangan beberapa gigi, yakni gigi 13, 14, 15, 16, 22, 24, dan 25. Gigi 12 dan 17 telah dipreparasi sebelumnya.

Penanganan pada kasus seperti ini memerlukan perencanaan restorasi yang cermat untuk memperbaiki fungsi dan estetika. Salah satu langkah penting yang dilakukan adalah pembuatan diagnostic wax-up.

Diagnostic wax-up merupakan prosedur laboratorium di mana bentuk restorasi gigi dirancang menggunakan bahan lilin (inlay wax) pada model kerja. Prosedur ini membantu memvisualisasikan hasil akhir restorasi secara tiga dimensi sebelum dilakukan perawatan klinis. Melalui model ini, dokter gigi dan pasien dapat berdiskusi mengenai hasil yang diharapkan, sehingga memperkuat komunikasi dan kepercayaan antara keduanya.

Prosedur Pembuatan Diagnostic Wax-Up

Proses diawali dengan penerimaan instruksi kerja dari dokter gigi yang bertujuan membantu proses diagnosis serta perencanaan restorasi pada kasus gigitan terbalik rahang atas.

Tahapan pembuatan meliputi:

  1. Merapikan model kerja dan menentukan oklusi sesuai catatan gigit.
  2. Menentukan garis median dan menanam model pada artikulator.
  3. Mengaplikasikan die lube pada model kerja.
  4. Melakukan wax-up bertahap pada gigi 11, 21, 12, lalu gigi 13 dan 23 yang dimodifikasi menyerupai gigi insisivus kedua untuk mempertahankan estetika.
  5. Melanjutkan wax-up pada gigi 14, 24, 25, 26, dan 27.
  6. Evaluasi hasil akhir dan tahap finishing.

Dalam kasus ini, strategi estetika dilakukan dengan memodifikasi bentuk gigi karena kehilangan gigi 22. Gigi caninus (23) diubah menjadi menyerupai insisivus lateral dengan pengurangan ukuran mesial-distal, sementara premolar pertama dibentuk menyerupai caninus dengan pelebaran area mesial. Penyesuaian ini bertujuan menciptakan tampilan senyum yang seimbang dan harmonis.

Hasil Akhir Diagnostic Wax-Up

Hasil akhir diagnostic wax-up menekankan pentingnya komunikasi antara teknisi gigi dan dokter gigi dalam mencapai oklusi yang ideal. Pada kasus gigitan terbalik, restorasi disesuaikan agar posisi gigi mendekati hubungan edge to edge, mengingat jarak antar rahang yang cukup besar.

Kondisi edge to edge sering kali menghasilkan gaya kunyah yang lebih tinggi dibanding gigitan normal. Oleh karena itu, distribusi beban perlu diperhatikan agar tidak menimbulkan tekanan berlebih pada gigi maupun jaringan pendukung.

Melalui prosedur diagnostic wax-up, dokter gigi dapat merancang solusi restoratif yang tepat sekaligus memperkirakan hasil estetika dan fungsional sebelum perawatan dilakukan.

[BACA JUGA: Teknik Pembuatan Restorasi All Ceramic Zirconia Monolitik Gigi 11 dan 21]

***

Penulis: Vilkanova Gheriana Selhans