VOKASI NEWS –Pentingnya analisis dan konsep mengenai data pada penekanan diagnosis keperawatan pola nafas tidak efektif.
Diagnosis keperawatan dalam pemberian asuhan keperawatan sangat penting untuk ditegakkan dengan tepat sesuai kondisi pasien berdasarkan standar diagnosis keperawatan nasional di Indonesia. Salah satunya mengacu pada Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI). Kemampuan perawat untuk menghubungkan data dengan teori sangat penting untuk akurasi diagnosis. Namun, perawat sering mengalami kesulitan dan ketidaktepatan dalam menetapkan diagnosis keperawatan disebabkan karena ketidaksesuaian analisis data dalam penegakan diagnosis berdasarkan kriteria SDKI. Salah satunya adalah analisis data yang gayut untuk diagnosis pola napas tidak efektif.
Faktor-faktor seperti tuntutan pekerjaan, kurangnya pelatihan, dan beban kerja yang tinggi dapat mempengaruhi kelengkapan dokumentasi keperawatan. Lingkungan kerja yang menantang, beban kerja yang berat, dan kesulitan dalam format waktu pengisian juga turut berkontribusi terhadap kekurangan dalam dokumentasi keperawatan. Kurang tepatnya penggunaan diagnosis keperawatan berhubungan dengan kurang lengkapnya pengkajian keperawatan dan ketidaksesuaian proses
analisis data. Ketidaktepatan analisis data dan penegakan diagnosis keperawatan akan berdampak pada penetapan intervensi keperawatan. Oleh karena itu, perawat harus betul-betul fokus dan teliti dalam melakukan proses-proses keperawatan. (Yanti & Warsito, 2013).
Konsep Proses Keperawatan
Proses keperawatan pada dasarnya adalah metode ilmiah yang terorganisir untuk memberikan asuhan keperawatan kepada pasien. Proses keperawatan merupakan metode yang digunakan dalam pemberian asuhan keperawatan sebagai kerangka berpikir ilmiah untuk melaksanakan fungsi dan tanggung jawab keperawatan secara mandiri. Selain sebagai kerangka berpikir ilmiah, proses keperawatan juga berfungsi sebagai alat untuk mengenal masalah pasien, merencanakan asuhan keperawatan secara sistematis, melaksanakan rencana keperawatan, dan menilai hasil tindakan. Terdapat 5 tahap proses keperawatan antara lain; Pengkajian, Diagnosis Keperawatan, Intervensi Keperawatan, Implementasi Keperawatan dan Evaluasi Keperawatan.
Konsep Pola Napas Tidak Efektif
Pola napas tidak efektif adalah gangguan yang terjadi pada sistem pernapasan yang diakibatkan oleh adanya gangguan pada proses inspirasi atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat (PPNI, 2017). Pola napas tidak efektif dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Salah satu faktornya adalah termasuk gangguan pada sistem pernapasan, penyakit paru-paru kronis, infeksi, atau bahkan gangguan neurologis. Gejala umumnya meliputi kesulitan bernapas, napas yang dangkal atau cepat, dan mungkin juga adanya suara tambahan seperti wheezing atau stridor. Penegakan diagnosa yang tepat memerlukan pemahaman mendalam tentang pola napas pasien dan bagaimana pola tersebut memengaruhi kondisi kesehatan mereka.
Analisis Data dalam Penegakan diagnosa
Pengumpulan data Data Klinis: Mengumpulkan data dari riwayat medis, gejala yang dilaporkan pasien, dan hasil pemeriksaan fisik. Ini termasuk informasi tentang durasi gejala, frekuensi napas, dan pola pernapasan, Data Pemeriksaan: Melakukan tes diagnostik seperti spirometri, gas darah arteri, dan pemeriksaan pencitraan seperti rontgen dada atau CT scan. Tes ini membantu mengevaluasi fungsi paru-paru dan mendeteksi adanya kelainan struktural atau fungsional. Data Observasi: Mencatat pola napas secara langsung melalui monitor atau pengamatan klinis. Ini dapat mencakup parameter seperti frekuensi napas, kedalaman napas, dan pola pernapasan.
Pada Analisis Data Kualitatif dan Kuantitatif menggunakan data numerik dari tes diagnostik untuk mengevaluasi fungsi pernapasan. Contohnya termasuk volume ekspirasi paksa dalam satu detik (FEV1), kapasitas vital (VC), dan rasio FEV1/VC. Data ini dapat dibandingkan dengan nilai normal untuk menentukan derajat gangguan pernapasan. Sedangkan pada diagnose Analisis Kualitatif: Melibatkan evaluasi deskriptif dari pola napas yang diamati. Ini termasuk analisis frekuensi, durasi, dan karakteristik pola napas seperti napas cepat (takipnea) atau napas lambat (bradipnea). Pada Penafsiran dan Diagnosa, meliputi: Interpretasi Data: Menafsirkan hasil analisis data untuk menentukan apakah pola napas pasien memenuhi kriteria untuk diagnosa pola napas tidak efektif. Ini memerlukan pemahaman mendalam tentang normalisasi dan variasi pola napas serta kemampuan untuk mengidentifikasi penyimpangan.
Rencana Tindakan
Penyusunan Rencana Tindakan: menyusun rencana perawatan yang mencakup intervensi medis, terapi pernapasan, atau pengelolaan penyakit penyerta. Rencana ini harus disesuaikan dengan kondisi spesifik pasien dan hasil analisis data. Analisis data dalam penegakan diagnosis pola napas tidak efektif merupakan proses kompleks yang memerlukan pengumpulan, analisis, dan interpretasi data yang cermat. Dengan menggunakan pendekatan yang sistematis dan berbasis data. Maka tenaga medis dapat memastikan bahwa diagnosa dibuat dengan akurat dan perawatan yang diberikan tepat sasaran. Penelitian dan pengembangan lebih lanjut dalam bidang ini terus berperan penting dalam meningkatkan efektivitas diagnosa dan manajemen gangguan pernapasan. Sehingga akhirnya meningkatkan hasil kesehatan pasien.
BACA JUGA : Inilah Daftar Pemenang Mawapres Fakultas Vokasi UNAIR 2025
***
Penulis : Alvi Ardana Putri
Editor : Maulidatus Solihah