Analisis Sumber Informasi Lansia Di Indonesia dari Kacamata Mahasiswa D3 Perpustakaan

VOKASI – Sumber informasi yang perlu dianalisis mengenai lansia guna merumuskan kebijakan yang ramah manula.

Sumber informasi terhadap lansia berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2015 jumlah lanjut usia mencapai 21,6 juta jiwa (8,49 persen) dari jumlah populasi penduduk.

Diprediksi jumlah penduduk lanjut usia tahun 2020 (27,0 juta), tahun 2025 (33,69 juta), tahun 2030 (40,95 juta),

dan tahun 2035 (4,19 juta) (BPS: Statistik Penduduk Lanjut Usia, 2016). Hal ini menunjukkan bahwa dari tahun ke tahun populasi lanjut usia terus bertambah.

Berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2013, 2014 dan 2015 angka kesakitan penduduk lanjut usia mengalami peningkatan dari 24,8 persen kemudian 25,5 persen menjadi 28,62 persen (Kemenkes RI Pusdatin Analisis Lansia di Indonesia, 2017).

Berdasarkan riset kesehatan dasar (riskesdas) tahun 2013, penyakit terbanyak pada lanjut usia yaitu penyakit tidak menular antara lain hipertensi (57,6 persen), stroke (46,1 persen),

masalah gigi mulut (19,1 persen), penyakit paru obstruktif kronis (8,6 persen), dan diabetes mellitus (4,8 persen) (Permenkes nomor 25 tahun 2016).

Peningkatan Jumlah Lansia Perlu Direspon

Semakin meningkatnya jumlah lanjut usia dan angka kesakitan dibutuhkan perhatian dari semua pihak dalam mengantisipasi berbagai permasalahan,

yang berkaitan dengan lanjut usia khususnya dari segi kesehatan (Kemenkes RI Pusdatin Situasi dan Analisis Lanjut Usia, 2014).

Salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam menangani permasalahan lanjut usia yaitu dengan membentuk pelayanan kesehatan berbasis masyarakat.

Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 67 tahun 2015 tentang Penyelenggaran Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia di Pusat Kesehatan Masyarakat,

dengan menyediakan pelayanan kesehatan seperti posyandu lansia atau pos pembinaan terpadu (posbindu).

Posbindu merupakan suatu kegiatian masyarakat dalam upaya pemberian pelayanan kesehatan untuk lanjut usia.

baca juga: Mahasiswa D3 Perpustakaan Sebagai Sumber Informasi dalam Sosialisasi Penanganan Psikologis Bagi Lansia di Lingkungan Masyarakat

Mengenal Posbindu

Dibentuknya posbindu memiliki tujuan yaitu untuk meningkatkan derajat kesehatan lanjut usia,

dan mutu kehidupan lanjut usia untuk mencapai masa tua yang bahagia, berdaya guna dalam kehidupan keluarga dan masyarakat sesuai dengan keberadaannya (Lilik, 2011).

Selain memberikan pelayanan kesehatan, posbindu juga memberikan kegiatan berupa olah raga, penyuluhan, kunjungan rumah, dan pemberian makanan tambahan untuk lanjut usia.

Dalam pelaksanaannya posbindu bersifat umum yang artinya ditujukan untuk seluruh lanjut usia tanpa terkecuali.

Aksesabilitas untuk Lansia Perlu Diperhatikan

Lanjut usia dapat mengakses suatu program atau pelayanan apabila mampu mendayagunakan 4 sumber yang menjadi fokus aksesibilitas.

Menurut Alfred J. Khan (1973) aksesibilitas adalah “The need for social services focused on the acces function has for sources:

(1) Modern bureaucrat complexity;

(2) Variations among citizens in knowledge and understanding of right or in appreciation of the values of certain resources, benefits, entitlements;

(3) Discrimination; and

(4) Geographic distance between people and services” (aksesibilitas pelayanan sosial difokuskan pada fungsi akses terhadap 4 sumber yaitu

(a) Kompleksitas birokrasi modern;

(b) Keanekaragaman pengetahuan dan pemahaman warga masyarakat mengenai hakhaknya ataupun dalam menilai sumber tertentu, manfaat-manfaatnya dan pengakuannya;

(c) Diskriminasi; (4) Jarak geografis antara masyarakat dengan tempat pelayanan).

Sumber Informasi yang Dibutuhkan Lansia

Menurut penelitian Agoestiani (2014) lanjut usia terlantar yang ingin memperoleh pelayanan sosial harus mampu mengakses 4 sumber,

yaitu kompleksitas birokrasi, keanekaragaman pengetahuan dan pemahaman mengenai program, diskriminasi dan jarak geografis.

Penelitian tersebut menunjukkan bahwa lanjut usia terlantar yang ingin memperoleh pelayanan sosial dari pemerintah masih belum mampu mengakses sumber tersebut.

Hal ini dikarenakan kurangnya pengetahuan dan pemahaman lanjut usia dan keluarga mengenai pelayanan sosial yang ada di tempat tinggal mereka,

birokrasi yang rumit dan jarak yang tidak mampu ditempuh lanjut usia untuk meminta surat kepada RT atau RW.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa aksesibilitas menjadi poin penting untuk memperoleh suatu pelayanan,

karena tanpa adanya 4 sumber tersebut maka lanjut usia tidak akan mampu untuk mengaksesnya yang jika terus berlanjut akan mempengaruhi kehidupan.

***

Penulis: Anindia Ulhak

Editor: Tim Branding Fakultas Vokasi Universitas Airlangga