Cegah Cedera Kerja dengan Ergonomi

Cegah Cedera Kerja dengan Ergonomi

Keluhan musculoskeletal disorders (MSDs) merupakan gangguan pada otot, tulang, atau sendi yang timbul akibat postur tubuh yang salah saat beraktivitas. Gangguan ini sering terjadi dalam lingkungan kerja dan dapat mengganggu produktivitas serta kesehatan pekerja secara jangka panjang.

Jenis Cedera Musculoskeletal Akibat Kerja

Beberapa jenis cedera kerja paling umum terjadi pada tangan, bahu, leher, punggung, dan lutut. Cedera pada tangan, seperti carpal tunnel syndrome atau tendinitis, biasanya disebabkan oleh gerakan yang berulang dan tekanan dari peralatan kerja. Sedangkan postur bahu yang janggal dan pekerjaan yang mengharuskan meraih benda di atas kepala dapat memicu cedera seperti bursitis atau tension neck syndrome.

Pekerjaan yang mengharuskan membungkuk, jongkok, atau berlutut dalam durasi lama juga berisiko menimbulkan nyeri punggung bawah (low back pain) dan gangguan pada lutut. Posisi dan gerakan yang tidak ergonomis dalam jangka panjang dapat memicu keluhan serius pada sistem otot dan rangka.

Beberapa penyebab utama MSDs antara lain postur kerja yang salah, beban kerja yang berlebihan, durasi kerja yang terlalu lama, serta aktivitas yang bersifat repetitif. Postur yang tidak tepat dapat memicu kelelahan otot dan meningkatkan risiko cedera hingga tiga kali lipat (Prahastuti et al., 2021). Semakin berat beban yang harus diangkat, semakin besar pula tekanan yang diterima sendi dan otot (Septiani, 2017).

Peran Ergonomi dalam Pencegahan Cedera

Penerapan ergonomi yang tepat di lingkungan kerja dapat mengurangi risiko cedera. Ergonomi berfokus pada penyesuaian antara alat, lingkungan kerja, dan postur tubuh untuk mengurangi tekanan berlebih pada otot dan sendi.

Posisi kerja yang tepat—baik duduk maupun berdiri—harus menjaga tulang belakang tetap stabil dan berat badan seimbang. Tempat duduk yang mendukung postur tubuh akan membantu mencegah keluhan pada punggung.

Proses kerja juga harus memperhatikan jangkauan peralatan dan ketinggian meja kerja. Penggunaan alat yang memaksa pekerja membungkuk atau melihat ke satu arah secara terus-menerus dapat menimbulkan tekanan berlebih pada otot leher dan punggung.

Tata letak tempat kerja perlu dirancang agar tampilan informasi mudah terlihat dan dipahami. Penggunaan simbol internasional yang jelas lebih disarankan dibandingkan teks panjang. Ukuran tampilan juga harus disesuaikan dengan jarak pandang agar pekerja tidak tegang saat membaca informasi.

Pengangkatan beban harus memperhatikan batas kemampuan tubuh. Berdasarkan standar ILO, pria dewasa idealnya tidak mengangkat beban lebih dari 40 kg, sedangkan wanita dewasa antara 15 hingga 20 kg. Prinsip kerja yang benar, seperti posisi kaki yang tepat, menjaga punggung tetap kuat, dan menjaga lengan tetap dekat tubuh saat mengangkat, sangat penting dalam mencegah cedera.

Penerapan ergonomi secara konsisten akan membantu pekerja menghindari keluhan musculoskeletal. Evaluasi proses kerja dan desain tempat kerja secara berkala perlu dilakukan untuk memastikan lingkungan kerja yang sehat dan produktif.

Penulis :