Terapi Non-Farmakologis Efektif di Wilayah Gresik
Nyeri punggung bawah (Low Back Pain/LBP) menjadi salah satu gangguan kesehatan yang sering dialami masyarakat Indonesia dan bahkan tercatat sebagai penyebab utama kecacatan secara global (Buchbinder et al., 2020). Kondisi ini merupakan bagian dari gangguan Musculoskeletal Disorders (MSDs) yang ditandai dengan rasa nyeri, kekakuan, serta ketegangan otot pada bagian tubuh di bawah tulang rusuk ke-12. Dalam praktik Traditional Chinese Medicine (TCM), LBP diyakini disebabkan oleh gangguan aliran Qi dan darah akibat masuknya patogen dari luar maupun dalam tubuh.
Di Indonesia, data Community Oriented Program for Control of Rheumatic Disease (2020) mencatat bahwa 18,2% laki-laki dan 13,6% perempuan usia produktif mengalami LBP, dengan prevalensi tertinggi di Provinsi Jawa Timur. Salah satu pendekatan terapi yang semakin populer adalah elektroakupunktur, yaitu kombinasi antara akupunktur dan stimulasi listrik. Terapi ini dinilai efektif dalam mengurangi intensitas nyeri serta memperbaiki fungsi tubuh secara keseluruhan. Efektivitas terapi ini diukur melalui Numeric Pain Rating Scale (NPRS) dan Oswestry Disability Index (ODI).
Hasil Terapi dan Tinjauan Medis
Penelitian dilakukan di Kecamatan Driyorejo, Kabupaten Gresik, selama Januari hingga April 2025. Sasaran terapi adalah perempuan usia 45–65 tahun yang mengalami nyeri punggung dalam tiga bulan terakhir dan bekerja dengan posisi tubuh berdiri. Sebanyak 20 responden dilibatkan, terdiri dari 15 orang pra lansia dan 5 orang lansia. Mayoritas berprofesi sebagai petani. Penelitian telah mendapatkan persetujuan etik dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga dan izin resmi dari Balitbang Kabupaten Gresik.
Responden dibagi ke dalam dua kelompok, yakni kelompok perlakuan yang mendapatkan terapi elektroakupunktur dan kelompok kontrol yang diberikan akupunktur placebo. Titik akupunktur yang digunakan pada kelompok perlakuan adalah BL 23 (Shenshu) dan BL 25 (Dachangshu). Kedua kelompok diminta mengisi kuesioner NPRS dan ODI sebelum (pretest) dan sesudah (posttest) terapi dilakukan sebanyak 10 kali.
Hasil akhir menunjukkan adanya penurunan signifikan pada tingkat nyeri dan perbaikan fungsi tubuh pada kelompok perlakuan. Secara teori TCM, BL 23 berfungsi menguatkan Qi ginjal dan struktur punggung, sementara BL 25 berperan sebagai titik lokal untuk mengatasi LBP. Terapi dilakukan dengan menggunakan frekuensi listrik sebesar 15 Hz, yang merangsang pelepasan β-endorfin, met-enkefalin, dan dinorfin. Ketiganya berperan dalam meredakan nyeri kronis melalui efek tonifikasi organ. Gelombang continuous dipilih agar terapi lebih nyaman, dengan rata-rata waktu 13 menit untuk memasukkan 1 joule energi ke tubuh.
Terapi elektroakupunktur terbukti efektif secara signifikan dalam mengurangi nyeri punggung bawah dan meningkatkan fungsi tubuh pada perempuan usia 45–65 tahun. Pendekatan ini memberikan alternatif pengobatan non-farmakologis yang aman dan dapat diterapkan di masyarakat luas, khususnya bagi kelompok pekerja dengan risiko tinggi mengalami LBP. Ke depan, terapi ini dapat dikembangkan lebih lanjut sebagai bagian dari layanan kesehatan komunitas berbasis tradisi dan sains.
Penulis : Salsabila Atikah Suni