Warning: Trying to access array offset on false in /home/vokasi.unair.ac.id/public_html/wp-content/plugins/elementor-pro/modules/dynamic-tags/tags/post-featured-image.php on line 39

Warning: Trying to access array offset on false in /home/vokasi.unair.ac.id/public_html/wp-content/plugins/elementor-pro/modules/dynamic-tags/tags/post-featured-image.php on line 39

Warning: Trying to access array offset on false in /home/vokasi.unair.ac.id/public_html/wp-content/plugins/elementor-pro/modules/dynamic-tags/tags/post-featured-image.php on line 39

Warning: Trying to access array offset on false in /home/vokasi.unair.ac.id/public_html/wp-content/plugins/elementor-pro/modules/dynamic-tags/tags/post-featured-image.php on line 39
Gambaran Kualitas Tidur Pada Pasien Myalgia di Mantup

Gambaran Kualitas Tidur Pada Pasien Myalgia di Puskesmas Mantup


Warning: Trying to access array offset on false in /home/vokasi.unair.ac.id/public_html/wp-content/plugins/elementor-pro/modules/dynamic-tags/tags/post-featured-image.php on line 39

VOKASI – Gambaran kualitas tidur pada pasien Myalgia di wilayah Puskesmas Mantup, sebuah penelitian mahasiswa.

Myalgia (nyeri otot) atau istilah awam menyebutnya pegal linu merupakan kondisi otot-otot tubuh dalam keadaan tegang. Kondisi tegang itu menyebabkan rasa capek, lelah, nyeri, atau pegal-pegal.

Pegal linu bisa menyerang daerah pundak, leher, punggung, tangan, dan kaki yang disebabkan oleh aktivitas fisik yang berat atau melebihi kebiasaan (Nabela, 2022). Nyeri otot bisa menjadi penyebab sekaligus akibat dari kurang tidur. Nyeri kronis sangat berpengaruh dengan durasi atau kualitas tidur yang kurang, seperti yang terlihat pada gangguan tidur. Terdapat bukti kuat bahwa tidur yang singkat atau terganggu dapat menyebabkan hiperalgesia (yaitu peningkatan sensitivitas terhadap rangsangan nyeri) dan perkembangan gejala nyeri spontan (misalnya nyeri otot, sakit kepala) (Haack et al., 2020).

Penyebab Gangguan Tidur dan Nyeri Otot

Gangguan tidur dan nyeri otot yang menyertainya mungkin disebabkan oleh ansietas temporer akibat situasi yang menimbulkan stress. Faktor lain yang dapat mempengaruhi adalah adanya nyeri otot yang dapat timbul pada saat tidur sehingga individu tersebut akan terbangun di tengah-tengah waktu tidurnya (Tam et al., 2021). Kurang tidur menyebabkan sistem kekebalan tubuh melemah. Faktor yang mempengaruhi kebutuhan tidur pada seseorang dapat terganggu oleh rasa nyeri, latihan dan kelelahan akibat aktivitas berat (R. A. Wahyuni, 2023). Gangguan tidur gejala umum berkaitan dengan myalgia. Kebanyakan orang menunjukkan bahwa kelelahan dan nyeri dapat mempengaruhi kualitas tidur.(Kleinman et al., 2020).

Prevalensi Gangguan Nyeri Otot

Menurut data World Health Organization (WHO) tahun 2018, prevalensi gangguan nyeri otot (myalgia) berkisar 50-62% dari total populasi di dunia dan sering menyerang pada masyarakat yang tinggal di negara-negara industri. Di Indonesia myalgia termasuk dalam 10 diagnosa primer terbanyak menurut kunjungan FKTP tahun 2019-2020. Myalgia menempati urutan ke 4 dengan prevalensi penderita myalgia yaitu berkisar 4.09% (Rizqia & Ngingrum, 2023). Di Indonesia prevalensi pasien myalgia sekitar 45-59 % (Mulyani et al., 2023). Sementara untuk kasus myalgia di Jawa Timur tahun 2018 tercatat dengan prevalensi 4,2%.(Mulyani et al., 2023).

Penelitian Mahasiswa Vokasi UNAIR

Hasil penelitian ini yang dilakukan dengan kuesioner PSQI (Pittsburgh Sleep Quality Index) menunjukan bahwa hampir seluruhnya responden mengalami kualitas tidur buruk 55 responden (88,7%) dan responden yang mengalami kualitas tidur buruk 7 responden (11,3%).

Berdasarkan hasil penelitian di komponen 1 Kulitas tidur subjektif menunjukan bahwa seluruhnya responden memiliki kualitas tidur subjektif yang baik 56 responden (90,3%). Sedangkan untuk komponen 2 letensi tidur menunjukan bahwa setengah responden mengalami bangun dimalam hari 31 responden (50%). Komponen 3 durasi tidur sebagian besar dari responden memiliki durasi tidur 6-7 jam 38 responden (61,3%), komponen 4 efesiensi kebiasaan tidur didapatkan sebagian besar responden memiliki efisiensi tidur >85% 43 responden (69,4%), komponen 5 gangguan tidur hampir seluruh responden mendapatkan skor 10-18 untuk tidur mengalami gangguan 53 responden (10-18%), komponen 6 tidak ada responden yang menggunaan obat tidur 62 responden (100%), komponen 7 disfungsi di siang hari  sebagian kecil responden mendapatkan skor 3-4 dan 5-6 masing masing 21 responden (33,9%).

BACA JUGA: Pengaruh Pemberian Terapi Akupunktur Terhadap Perubahan Tekanan Darah Penderita Hipertensi

Dari penelitian yang dilakukan di Puskesmas Mantup terdapat hampir seluruhnya responden yang memiliki kualitas tidur buruk yang bisa di sebabkan oleh usia dan pekerjaan, Selain itu juga kualitas tidur buruk juga dapat dipengaruhi oleh gangguan tidur seperti terbangun dimalam hari yang disebabkan oleh kedinginan atau kepanasan, rasa nyeri yang dapat mengganggu tidur dan juga seringnya terbangun untuk ke kamar mandi.

***

Penulis : Mega Agustina

Editor : Oky Sapto Mugi Saputro – Tim Branding Fakultas Vokasi UNAIR