Gaya Hidup Gen Z dalam Cengkraman Konten Digital

Gaya Hidup Gen Z dalam Cengkraman Konten Digital - AULIA BILQIS M - Aulia Bilqis Maharani

Pengaruh Media Sosial terhadap Gaya Hidup Gen Z

Dalam era digital yang terus berkembang, media sosial telah menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari. Generasi Z—mereka yang lahir antara tahun 1997 hingga 2012—adalah kelompok yang paling terhubung dengan kemajuan teknologi dan internet. Sejak usia dini, mereka telah mengenal berbagai platform digital seperti Instagram, TikTok, X (sebelumnya Twitter), dan Facebook. Kini, fungsi media sosial melampaui sekadar sarana komunikasi. Platform tersebut juga menjadi sumber hiburan, informasi, dan bahkan peluang ekonomi.

Meskipun kehadiran media sosial memberikan berbagai manfaat, penggunaannya yang berlebihan membawa sejumlah konsekuensi. Kemudahan mengakses konten digital setiap saat menjadikan banyak individu, khususnya remaja, cenderung menghabiskan waktu lebih lama di depan layar. Kondisi ini berdampak langsung pada berkurangnya aktivitas fisik, sebagaimana dilaporkan oleh World Health Organization (WHO), yang menyebut peningkatan jumlah remaja tidak aktif sebagai konsekuensi dari penggunaan gadget yang berlebihan.

Dampak Negatif dan Perlunya Literasi Digital

Paparan layar dalam jangka panjang tidak hanya memengaruhi kesehatan fisik, tetapi juga memberikan efek pada aspek mental dan sosial. Gangguan tidur, penurunan konsentrasi, serta rasa cemas yang meningkat menjadi beberapa gejala umum. Selain itu, interaksi sosial di dunia nyata kian tergantikan oleh dunia digital, sehingga kegiatan seperti berolahraga, bermain di luar ruangan, atau bersosialisasi langsung menjadi semakin jarang dilakukan.

Tidak hanya itu, dominasi konten di media sosial turut membentuk pola pikir dan emosi pengguna. Banyak individu mudah terpengaruh oleh opini yang belum diverifikasi, bahkan cenderung mempercayai informasi palsu atau hoaks. Hal ini berpotensi menimbulkan keresahan, menurunkan kepercayaan diri, dan menciptakan rasa tidak puas terhadap diri sendiri karena adanya standar sosial yang tidak realistis.

Oleh sebab itu, literasi digital menjadi kebutuhan mendesak. Masyarakat perlu diedukasi untuk menggunakan media sosial secara bijak dan proporsional. Salah satu solusi yang bisa diterapkan adalah melakukan digital detox secara berkala serta mengalokasikan waktu untuk aktivitas fisik. Teknologi seharusnya menjadi alat pendukung, bukan pengendali kehidupan. Jika dikelola dengan benar, keberadaan media sosial dapat memperkuat produktivitas dan menjaga keseimbangan antara dunia digital dan kehidupan nyata.

Penulis : Aulia Bilqis Maharani